Kini Kara sedang duduk termenung di kelasnya. Dengan kondisi kelas sepi hanya ada dirinya saja. Tidak ada ketiga sahabatnya yang entah pergi kemana.
Tidak tahu untuk keberapa kali Kara menghela napas. Saat ini Kara sedang merasa dilema karena perkataan Razel saat di perpus beberapa hari yang lalu.
Sebenarnya Kara tidak ingin memusingkan hal itu, tapi entah kenapa Kara selalu kepikiran.
"Huft... gini aja terus, dulu waktu gue minta putus dia bilang... jangan. Sampe 3 bulan lamanya dia gak pernah muncul lagi di depan gue.Terus... tiba-tiba dia muncul lagi dan dengan seenak jidatnya narik gue buat nemenin ke mall ujung-ujungnya malah ninggalin gue sendirian, habis itu tuh ngilang lagi!"
Kara menopang dagunya dan kembali bersuara. "Terus kemarin-kemarin... tiba-tiba meluk dan bilang sayang? Setelah itu ngilang lagi!" racau Kara terus bermonolog.
Kara mengacak rambutnya frustasi. "sebenernya... ini tuh gimana sih? Kok malah gue yang bingung?" Kara terus saja meracau.
Sorak sorai para suporter yang terdengar tidak membuat Kara terusik dengan ketermenungannya.
Hingga tiba-tiba terdengar suara seseorang yang membuat Kara menoleh ke arah suara tersebut. Tepat saat Kara menoleh Kara melihat ketiga sahabatnya sedang berdiri di dekat pintu.
Dengan santai ketiganya masuk menghampiri Kara. "Gila! Kesambet atau mabok lo?" tanya Shasa membuat Kara mengerutkan kening.
"Apaan sih?" ucap Kara sambil mendelik.
Ketiganya sudah berdiri di hadapan Kara yang sedang duduk menopangkan dagunya pada meja.
"Lo tuh bukannya ikut gabung jadi suporter, ini malah enak-enakan duduk di sini! Bagus sekali!'' cerca Abel kesal sedangkan Kara hanya diam.
"Ck, napa sih lo?" kini giliran Shasa yang kesal. Kara kembali diam tidak menyaut.
"Beneran kesambet nih bocah," ucap Abel sambil menunjuk-nunjuk Kara.
Kara berdecak kesal dengan kelakuan sahabatnya ini, tidak tahu apa dirinya sedang galau.
"Gue lagi galau," ucap Kara akhirnya. Shasa, Abel dan Echa yang mendengar sontak saja tertawa terbahak-bahak. Kara mengerutkan keningnya memangnya ada yang lucu?
"Apa sih lo semua? Gak jelas!" gerutu Kara karena kesal.
Shasa meredakan tawanya lalu berucap. "Lo galau? Gue kira lo gak bisa galau," ucap Shasa, Kara mendelik mendengarnya.
"Ya bisalah! Gue kan juga manusia," jawab Kara.
"Nggak, masalahnya kuping gue rada-rada geli gitu dengernya," timpal Shasa kembali tertawa.
"Tawain aja! Gue mah ikhlas," ucap Kara sambil memalingkan wajahnya.
"Lagian lo kenapa sih?" tanya Abel heran.
"Lo budeg? Di bilang gue lagi galau," ucap Kara nge-gas
Abel berdecak. "Iya gue tahu gue gak budeg! Maksud gue lo galau kenapa juminten?" balas Abel tak kalah nge-gas.
Kara menghela napasnya sejenak. "Gue bingung, kemarin Razel bilang sayang sama gue," jawab Kara dengan pandangan yang menerawang.
"WHAT??" teriak ketiganya berbarengan. Sontak saja Kara langsung terlonjak kaget.
"Seriously?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boyfriend [END]
Novela Juvenil( Sudah Tamat tapi ada baiknya di ramaikan dengan voment. ) Banyak cewek-cewek yang ingin memiliki hubungan dengan seorang Razelio Neftra Xiliks cowok tampan dan merupakan ketua geng besar sekolah. Namun, berbeda dengan cewek bernama Arnlytha Karame...