01.87

6.3K 816 184
                                    

Flash kamera gak berhenti aktif dari tadi. Diruangan yang penuh sama wartawan, ada satu meja di depan sana yang udah diisi sama Keluarga Bahari dan tim pengacaranya.

Pas ditengah-tengah meja, Nina duduk dikursinya dengan senyum tertahan. Gak sia-sia dia bayar orang buat nyelametin dia. Sekarang tinggal tunggu berita nyebar dan Chandra bakalan jadi punya dia.

Nina ngelirik Papanya, ngasih kode buat mulai konferensi pers hari ini. Papanya ngangguk pelan terus noleh ke pengacaranya yang langsung paham.

Pengacara itu dehem pelan bikin suasana hening.

"Ekhem, jadi kita bisa mulai konferensi pers hari ini. Jadi, putri dari Bapak Bahari yaitu Nona Nina baru saja menjadi korban pemerkosaan dan percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh putra dari Bapak Johnny yaitu Chandra."

Suara para wartawan saling saut bikin suasana heboh. Pengacara itu minta mereka buat tenang atau acara gak di lanjutin. Akhirnya dengan beberapa kesepakatan, wartawan mulai ngasih mereka pertanyaan.

"Dimana Nina dan Chandra berkenalan? Apa kemungkinan yang anda pikirkan sehingga hal ini terjadi?"

"Apakah Nina menolak Chandra lalu semua ini direncakan oleh Chandra?"

"Tapi mengapa kejadian ini terjadi dirumah anda?"

"Apa bukti yang menguatkan klaim anda barusan?"

Pak Bahari senyum tipis terus mulai ngomong, "Awalnya Chandra menolong putri saya ketika mengalami tindakan diskrimanasi disekolahnya lalu kedekatan mereka berlanjut. Belakangan ini putri saya sakit, lalu saya menghubungi Johnny untuk meminta Chandra datang berkunjung menemui putri saya dengan harapan itu dapat mendukung putri saya secara moril."

Bahari ngehela nafas berat sebelum nampilin muka kecewanya, "Tapi yang saya dapat malah putri saya yang di perkosa lalu dibawa lari dan berusaha dibunuh. Saya dan bawahan saya bergerak cepat agar dapat menyelamatkan putri saya."

Nina dengan make up ala orang sakit itupun nunduk dan mulai nangis. Baru aja dia mau ngomong, suara pintu yang di dobrak bikin semua orang kaget.

Disana berdiri Johnny, mukanya udah gak bersahabat. Dibelakangnya ada Jeno, Narendra, Aji, Yeri, sama Arjuna yang juga gak keliatan ramah sama sekali.

Johnny narik sudut bibir kanannya, "Ingin mendengar sebuah dongeng?"

.

.

.

"Kak, udah?"

Rendi yang lagi duduk di depan komputer cuma dehem pelan, jarinya masih aktif diatas keyboard. Gak beda jauh sama Chandra yang juga lagi ngerjain hal yang sama.

"CCTV udah balik, rekaman udah balik. All clear."

Chandra senyum tipis terus nyentuh alat komunikasi yang ada di telinga kanannya.

"All clear."

Mark yang lagi nyetir dan dapet laporan dari Chandra senyum miring. Dia berentiin mobilnya di depan gedung perusahaan Bahari. Dia keluar dari mobilnya dan jalan dengan angkuh, dibelakangnya ada Hendery sama Arin yang ngikutin dengan muka gak kalah angkuhnya.

Mereka jalan lurus kedalem lift bikin security sama resepsionis panik. Baru aja salah satu security mau nahan mereka dengan narik Arin, Arin lebih dulu balik badan dan senyum tipis, "Hai, gua Arin salam kenal dan sorry."

BRUGH

Arin senyum manis, "Ups."

Mark liatin mereka semua tajem, "Panggil Wakil Dierektur kalian atau saya sendiri yang kesana."

Doo Bee Doo [MarkHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang