39

2.8K 383 15
                                    

Setelah semalam dan pagi tadi menghabiskan waktu di atas tempat tidur, kini Bastian mengajak Keisha keluar sekedar untuk jalan-jalan dan mencari sarapan. Rencananya mereka ingin makan bubur ayam yang waktu itu sempat mereka lihat warungnya. Bastian tak pernah mau melepaskan genggamannya pada tangan Keisha meski hanya sebentar.

"Aku gak bakalan hilang kok, Mas. Harus banget ya gandengan sepanjang jalan begini?"

Satu lagi, mereka memang memutuskan berjalan kaki agar sehat. Lagipula tempatnya pun tak begitu jauh.

"Ya harus lah, Sayang... Lihat aja nih, jari kamu itu pelengkap kekosongan di jari aku. Seperti kehadiran kamu yang mengobati kekosongan di hati aku," jawab Bastian seraya mengacak dan mencium rambut Keisha.

"Apaan sih."

Keisha memalingkan wajahnya yang malah merona karena ucapan suaminya itu. Berbanding terbalik dengan Bastian yang malah tersenyum. Dia paling suka melihat wajah merona milik istrinya. Entah itu saat Keisha marah dulu, saat istrinya malu, atau malah saat Keisha dikuasai hasrat seperti semalam dan pagi tadi. Semuanya dia suka.

"Buburnya dua, Pak," ujar Bastian pada penjual bubur. Dia mengajak Keisha duduk di salah satu kursi plastik di sana.

"Siap, Mas."

Selagi menunggu bubur mereka dibuat, Bastian tak pernah bosan-bosannya untuk memandangi keindahan Tuhan yang ada di sebelahnya. Wanita yang sudah menjadi istri sekaligus menemani hari-harinya.

Begitu pesanan mereka tiba, Bastian pun mengucapkan terima kasih. Mereka mulai menyantap bubur itu.

"Enak?" tanya Bastian yang hanya diangguki Keisha. Seperti biasa dia mengulurkan tangannya untuk membersihkan sudut bibir Keisha yang belepotan.

"Kalo aja kita lagi di rumah, udah aku bersihin pakai bibir aku sendiri," bisik Bastian seraya terkekeh. Tapi kemudian dia mengaduh saat Keisha mencubit perutnya.

"Mesum aja kamu, Mas. Gak cukup apa yang semalam dan pagi tadi?"

"Ya namanya juga lagi bulan madu 'kan? Jadi wajarlah kalau mau begituan terus," sahut Bastian terkekeh.

"Alasan kamu aja. Padahal pas di rumah pun juga sering minta."

"Dan kamu juga selalu ngasih apa yang aku mau. Jadi gak ada yang salah dong. Toh kita sama-sama mau. Iyakan, Sayang?" Bastian menggerakkan alisnya turun-naik demi menggoda Keisha. Senyumnya pun bertambah lebar karena melihat wajah kesal istrinya.

"Ngomong-ngomong nih ya, Sayang... Aku suka loh kamu panggil, Mas. Terdengar mesra dan juga seksi pas kita lagi begituan."

"Mas, ih! Bisa gak pikirannya jangan ngeres mulu?"

"Iya-iya. Pikirannya gak boleh ngeres, tapi yang itu harus keras kan biar bisa muasin kamu?"

Bastian seakan tak ada bosannya untuk menggoda Keisha.

"Tau, ah."

"Jangan ngambek dong. Masa gitu aja ngambek sih?"

"Kamu sih ngeselin."

***

Pada siang harinya, Bastian mengajak Keisha jalan-jalan ke kebun buah milik warga. Mereka pergi ke sana menggunakan mobil karena jaraknya yang lumayan jauh. Di sana mereka membeli dan memetik sendiri buah dari pohonnya.

"Manis banget sih."

Keisha tidak tahu yang dimaksud Bastian manis itu buah jeruk yang suaminya itu makan atau dirinya sendiri. Sebab, sejak tadi tatapan mata Bastian tak pernah lepas darinya.

"Namanya juga jeruknya udah matang. Ya manis lah, Mas."

"Bukan jeruknya, tapi kamu yang manis." Bastian terkekeh saat melihat wajah Keisha merona. Kalau sekarang istrinya itu mudah sekali tersipu. Saat mereka belum menikah Keisha begitu pandai menyembunyikan perasaan dan ekspresi wajahnya.

Keisha's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang