3.) Dia Kembali

7 2 0
                                    

"akan ada masalalu yang membuat kita jadi lebih baik di masa mendatang!"
_AchaHellizaHendarso_

_______

Pintu ruang rawat Acha terbuka menampakan seorang Dokter perempuan disana dan yang lainpun berdiri menunggu kejelasan dari dokter tersebut.

"Keluarga Acha Helliza Hendraso?!"

"Dia adik saya Dok" Jawab Mukhlis

"Bagaimana keadaannya dok?!"

"Keadaannya sudah mulai stabil tapi masih belum sadar efek obat yang kita berikan. Tapi sebelum itu jika boleh tau apa ada suatu kejadian yang membuat pasien trauma?!" Tanya Dokter.

Yang lain mengangguk, "ada dokter!"

Dokter itu menghela nafas. "Sepertinya trauma itu menganggu mentalnya, dari pemeriksaan saya sepertinya pasien mengalami depresi berat tapi ia bisa menutupinya sehingga itu membuatnya tertekan, ia juga sering merasa terancam dan membuatnya terkena serangan panik. Saya harap kalian bisa menemaninya, menjadi teman bercerita, melindungginya. Karna yang pasien butuhkan saat ini adalah dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat!"

Mukhlis dan yang lainnya tertegun mendengar penjelasan itu, mereka tak menyangka menderitaan Acha seberat itu.

Mereka tau apa saja yang sudah Acha lewati tetapi mereka tak pernah menyangka bahwa kejadian dulu ternyata sangat membekas bagi Acha sehingga membuat seperti sekarang, Acha sangat pandai menutupi semuanya, selama ini ia selalu terlihat ceria dan tampak tanpa beban, membuat hati mereka sakit, mereka jadi merasa bahwa mereka adalah sahabat yang buruk.

"Makasih dok!" Dokter tersebut mengangguk dan pamit untuk kembali bekerja.

"Mukhlis!"

Fauzan dengan tergesah menghampiri adiknya, ia dapat kabar dari suster bahwa adik iparnya dibawa ke rumah sakit dalam keadaan pingsan lantas setelah selesai memeriksa beberapa pasien Fauzan langsung bergegas melihat adiknya.

"Apa yang terjadi?!"

Mukhlispun menceritakan semuanya dan penjelasan dokter tadi hingga Fauzan paham sekarang. "Sudahlah sekarang kita lihat kondisi Acha dulu oke!" Yang lain mengangguk dan merekapun masuk ke ruang rawat Acha.

Disana sudah terlihat Acha sudah sadar, ia duduk sambil meringkuk menutup wajahnya dengan lutut. Fauzan mencoba mendekatinya namun Acha langsung berteriak membuat yang lainnya kaget.

"AAAAAAAAAAA!!!! PERGI KALIAN!! JANGAN SAKITIN AKU PERGIIIII PERGIIIII!!!"

semua orang yang ada disana tertegun tak terkecuali Tian, ia juga sedih melihat Acha seperti ini.

"Dek!"

"HIKS....PERGIIIIIIIIII JANGAN SAKITIN AKU!!! AKU BUKAN PEMBUNUH!! ITU KECELAKAAN!!"

Mukhlis mendekat dan membawa Acha ke dekapannya, Acha mendonggak melihat wajah Mukhlis dengan tatapan sendu. Ia langsung terisak dan memeluk Mukhlis dengan erat karna ia sangat takut saat ini apalagi mengingat teror tadi, membuatnya teringat akan masa-masa buruk yang pernah ia lalui dulu dan membuatnya trauma hingga sekarang.

"Takut!" Lirih Acha membuat yang lain menatap Acha kasihan.

"Sssttt!, udah gak usah takut!! Ada abang disini dan lo tenang aja kita semua bakal jagain lo kok!"

"Dia kembali!"

Mukhlis mengeryit binggung dengan ucapan Acha. "Who!" Tanyanya.

"Aunty Res!" Jawaban itu membuat semua orang yang ada disana mematung, Mukhlis mengepalkan tangannya, rahangnya mengetat marah. Wanita yang dulu menyakiti Acha kini kembali, apakah wanita itu akan balas dendam?, Mukhlis tidak akan biarkan itu.

"Aunty ngirim pesan, katanya dia kembali!! A-aku takut!!...a--aku takut nanti di-dia nyakitin aku lagi...aku...hiks.....aku...."

"Don't cry baby, kita semua ada disini buat jagain lo, kita bakal terus ngelindungin lo, jadi jangan takut ya!" Ujar Budi mengelus rambut Acha.

"Iya Cha, gue juga gak bakal biarin lo kenapa-napa!" Timpal Lexa.

"Abang juga, kamu harus kuat kita disini ada jagain kamu!" Fauzan memberi ketenangan pada adik iparnya.

Wawa dan Tian mendekat, "jangan takut beb, gue disini kok, kita semua disini!!" Ujar Wawa.

"Iya, lo jangan takut lo kan cewek barbar yang ngak pernah ada takutnya. Jadi lo harus kuat!" Tambah Tian menyemanggati.

"Pllaakk!!"

"Aduh!!! kok lo nampar gue sih!!" Kesal Tian.

"Pengen aja!!" Jawab Acha santai, sedangkan yang lainnya hanya menggeleng. Disaat seperti ini saja bisa-bisanya.

Tapi disisi lain mereka bersyukur melihat Acha yang kini akan mulai berdebat dengan Tian lagi, itu tandanya kondisi Acha sudah sedikit membaik.

"Heh harusnya lo berterima kasih sama gue, karna gue yang bawa lo kesini. Lo pikir ngegendong lo dari mall lantai tiga sampai ke mobil gak capek apa?!!"

Acha melotot horor ke arah Tian, "LO YANG NGEGENDONG GUE?!!"

"Iya lo pikir siapa lagi?!, Malaikat Izrail?!"

Acha mengguncang tangan Lexa dan Wawa. "PLISSS CARIIN GUE KEMBANG TUJUH RUPA!!! GUE HARUS MANDI KEMBANG TUJUH RUPA KARNA DI SENTUH SAMA TIAN!!"

Mendenggar hal itu membuat Budi terbahak diikuti oleh yang lainnya kecuali Tian yang wajahnya sudah memerah karna marah tentunya.

"Sudah-sudah!, Abang mau periksa pasien yang lain dulu. Acha kamu harus istirahat dan Tian kamu suruh suster untuk mengobati muka kamu ya!" Ujar Fauzan melihat wajah Tian yang bonyok akibat ulah Mukhlis dan Budi.

Sebenarnya luka itu tak terlalu parah, apa yang Fauzan katakan tadi hanya alibi saja, Fauzan tau betul resiko jika kedua remaja itu berada di satu ruangan seperti sekarang, meskipun ini ruangan VVIP tapi tidak lucukan jika Acha dan Tian berbuat keributan di rumah sakit. Fiks bang Fauzan lebay.

_____

Vomen atuhhhhh :))

After Your Departure! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang