Prom night

137 12 0
                                    

"Jangan berambisi untuk memasukkan semua orang ke hati kamu. Karena pintu hati itu cuma satu, dan itu hanya untuk satu orang bukan banyak orang"

***


Satu bulan kemudian.
Setelah perjuangan yang panjang, akhirnya kelas dua belas SMA Bakti Buana telah berhasil menamatkan sekolah mereka. Seluruh siswa dan siswi pun dinyatakan lulus 100%. Dan untuk merayakan hal itu, besok malam mereka akan mengadakan pesta dansa atau biasa disebut dengan prom night.

Seluruh siswa pun sibuk untuk menyiapkan busana untuk pesta besok malam, tak terkecuali Zora. Akhirnya, setelah menjalani treatment dengan rutin, kini ingatannya pun pulih. Dan sekarang ia tak lagi tinggal di rumah keluarga Wirawan. Ia kembali lagi ke rumah orangtua nya karena ia merasa tak enak bila disana.

"Jadi kamu mau belanja sepatu dulu atau gaun hmm?" tanya Dicko dengan lembut saat mereka berdua sudah menapaki lantai di mall tersebut.

"Sepatu dulu deh. Tapi nanti kamu bantuin aku ya cariin high heels yang cocok buat aku ya"

"Siap, apapun untuk tuan putri" ujar Dicko sambil tertawa pelan.

"Selamat datang mas, mbak, mau cari model sepatu yang bagaimana?" tanya sang pelayan saat mereka sudah berada di toko sepatu.

"Tolong cariin high heels buat pacar saya. Kalau bisa yang simple tapi elegan ya mbak" ujar Dicko.

Pelayan itu tersenyum. "Baik, kalau begitu silahkan mbak nya ikut saya"

"Oke" ujar Zora singkat. "Aku kesana dulu ya" kali ini Zora berkata kepada Dicko.

"Iya" dan Zora pun mengikuti mbak-mbak pelayan tadi. Akhirnya setelah lumayan lama menunggu, Zora dan pelayan tadi sudah membawa tiga pasang sepatu berhak tinggi dan menghampiri Dicko yang sedang bermain ponsel di kursi tunggu.

"Dicko" panggil Zora dengan lembut seketika Dicko pun meletakkan ponselnya dan menghadap ke Zora.

"Iya kenapa? Udah belanja nya?"

Zora pun menggeleng. "Aku bingung harus pilih yang mana karena semuanya bagus"

Dicko pun tersenyum. Lalu ia mencubit pipi Zora. "Ya udah beli aja semuanya"

"Tapi-"

"Sstt,," Dicko meletakkan telunjuk nya pada bibir Zora dan membuat Zora menghentikan ucapannya.

"Mbak tolong bungkus semua itu ya"

"Baik mas"

"Nanti mubazir Ko" ucap Zora. Namun Dicko sama sekali tak menanggapinya. Kemudian, ia meninggalkan Zora untuk membayar belanjaannya tersebut.

"Ini mas" ujar pelayan itu sambil menyerahkan paper bag yang berisi sepatu milik Zora setelah Dicko membayar nya.

"Terimakasih" ujar Dicko disertai senyuman kecil. Setelahnya mereka berdua meninggalkan toko sepatu itu.

Sesampainya di butik, Zora langsung terperangah melihat baju dan gaun yang sangat indah sekali. Karena Dicko memang sengaja membawanya ke butik yang merancangnya dari desainer terkenal.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu mas, mbak?"

"Saya mau bertemu dengan tante Rika, bisa tunjukkan dimana beliau sekarang?" tanya Dicko. FYI, Rika merupakan adek kandungnya Ratna (bunda Dicko), atau lebih tepatnya Tante nya Dicko yang sekaligus pemilik butik ini.

"Maaf, tapi mas ada perlu apa ya?" tanya mbak-mbak itu dengan heran, dan Zora pun juga ikut heran.

"Saya sudah buat janji dengan beliau kok mbak, kalau mbak gak percaya, tanya aja sama tante Rika"

Fake [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang