Arfan Satya Ditama

172 14 2
                                    


"Huft,, akhirnya sampai juga" Andra pun bernafas lega. Akhirnya setelah berjam-jam ia menyupir, ia sampai juga di Jakarta. Lalu ia menoleh ke samping, dimana Arfan yang masih tertidur pulas dipangkuan Zora. Hatinya menghangat. Ia pun tersenyum kecil melihat hal itu.

Andra pun keluar dari mobilnya, ia pun memutari mobil untuk menggendong Zora. Ia pun langsung membuka seatbelt Zora. Namun posisi mereka sangat dekat, dan jika dilihat dari depan mereka seperti orang sedang ciuman.

Bugh,, tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik kerah Andra dan memukul wajahnya dengan brutal.

"Bangsat! Lo bawa Zora kemana hah!" ucap orang itu dengan emosi tinggi.

Bugh,, Andra pun membalas pukulan orang itu. Hingga kini mereka berdua pun saling memukul dengan brutal.

Tidur Zora terusik ketika ia mendengar suara gaduh. Mata nya membulat saat melihat Andra dan Dicko saling memukul dengan brutal di depan matanya.

Dengan segera, ia pun turun dan berusaha sepelan mungkin agar Arfan tak terganggu tidurnya. Setelah ia menidurkan Arfan di bangku penumpang, ia pun keluar dan memisahkan mereka.

"Andra, Dicko, stop!" teriak Zora. Namun keduanya tak mendengar nya, mereka malah semakin menjadi-jadi.

"Haduh gue harus gimana" monolog Zora dengan bingung. Ia pun berteriak meminta tolong, tetapi tetangga nya tidak ada yang mendengar nya karena saat mereka sampai di Jakarta, saat tengah malam.

"Mama" saat Zora sedang berpikir keras untuk menghentikan keduanya, tiba-tiba saja Arfan keluar dari mobil dengan wajahnya yang kebingungan. Sontak Zora pun langsung menghampiri bocah lelaki itu dan ia langsung memeluk nya dengan erat.

"Sayang, kok kamu bangun?"

"Mama,, itu papa kenapa kok dipukulin sama om ganteng? Ih mama liat tuh wajah papa ada darahnya." tunjuk Arfan dengan bingung saat melihat sudut bibir Andra yang mengeluarkan darah.

"Jangan liat papa ya, kamu merem terus tutup telinga kamu" instruksi Zora pada Arfan. Namun bocah kecil itu sama sekali tak mendengar nya.

"Mama, itu kasihan papa dipukulin sama om ganteng itu ma" tunjuk Arfan pada Dicko. Dan benar sekali, disana Andra sudah terduduk tepar.

"Sayang, kamu jangan li- Ya Allah Arfan!" Zora panik. Tiba-tiba saja bocah kecil itu berlari kearah Dicko dan Andra yang sedang berkelahi itu. Sontak Zora pun langsung mengejar nya. Ia takut kalau sampai Arfan malah jadi sasaran.

"Om ganteng, jangan pukulin papa Alfan om" pinta Arfan dengan memelas sambil memeluk kaki Dicko. Sontak tarikan Dicko pada kerah Andra pun mengendur. Ia pun menoleh ke bawah, dan mendapati seorang anak kecil yang sedang memohon kepadanya.

"Arfan!" Zora pun langsung menarik Arfan menjauh dari keduanya.

"Kamu kenapa sih ngeyel banget sama mama? Tadi kan mama udah bilang, jangan dilihat, tapi kamu malah nyamperin kesini. Ini bahaya sayang!"

Arfan pun langsung kicep. Ia menunduk. Ia takut saat Zora memarahinya. "Maaf mama" ucap Arfan dengan nada takut.

"Mama?" ucap Dicko sambil memandang Zora dengan bingung.

"Dia anak kamu Ra?" lanjutnya bertanya.

"Em,, bukan dia anak-"

"Kalau dia bukan anak kamu, kenapa dia manggil kamu dengan sebutan 'mama'?"

"Karena dia bukan anak aku!" ujar Zora dengan nada tinggi.

"Mama bukan mama nya Arfan? Terus siapa mamanya Arfan pah?" tanya Arfan dengan polos. Andra pun gelagapan. Ia tak tau harus menjawab apa. Sedangkan Zora dan Dicko hanya memandangi bocah itu.

Fake [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang