"Bagaimana keadaan pasien dok?"
"Alhamdulillah pasien tidak papa, tidak perlu ada yang dikhawatirkan karena pasien hanya mengalami luka kecil, dan saya sudah mengobati luka goresan pada tubuh pasien" jelas dokter itu. Andra, Dicko disertai semua orang pun akhirnya bisa bernafas dengan lega.
"Apa saya boleh menjenguk pasien dok?" tanya Andra.
Dokter mengangguk. "Boleh, tetapi kalau mau menjenguk jangan rombongan ya mas, paling banyak dua orang. Pasien harus istirahat saat ini, karena dia sempat ketakutan tadi"
"Baik dok, terimakasih"
Dokter pun tersenyum. "Kalau begitu saya permisi dulu ya mas."
Setelah kepergian dokter tersebut, Andra dan Dicko pun langsung masuk ke ruangan Zora. Iya, Andra sengaja membiarkan Dicko ikut masuk ke ruangan itu, karena berkat Dicko juga ia bisa menyelamatkan Zora.
Sesampainya di dalam, kedua lelaki itu langsung disambut dengan senyuman Zora.
"Udah baikan?"
"Udah mendingan?"
Kedua lelaki itu kompak bertanya kepada Zora dan membuat Zora tertawa pelan melihat kekompakan mereka.
"Kompak banget sih kalian, kaya kakak adek aja"
Raut wajah kedua lelaki itu langsung berubah. Menutup rapat bibir nya. Mereka langsung terdiam.
"Maaf gue-"
"Lo udah makan?" tanya Andra balik. Dan Zora langsung menggeleng.
"Yaudah, gue ke kantin dulu ya" ucap Andra.
"Iya"
Setelah Andra pergi, Dicko pun mendekati ranjang Zora. Ia menunduk, ia masih merasa bersalah.
"Ra,, maaf"
Zora tersenyum. "Iya, kamu udah aku maafin kok"
"Kenapa sih Ra, hati kamu itu kaya malaikat, padahal aku udah jahat sama kamu, tapi kamu tetap maafin aku"
"Dengan memaafkan seseorang gak akan bikin kamu jadi rendah. Justru itu adalah hal sangat mulia untuk dilakukan. Tuhan aja pemaaf, kenapa aku hanya seorang hamba aja gak maafin kamu"
Hati Dicko menghangat. Gadis di depannya itu memiliki hati yang sangat tulus. Ini yang membuat dia menjadi semakin menyayangi Zora. Meskipun ia tak berpotensi memiliki, namun mengagumi nya bukan hal yang buruk bukan?
"Makasih Ra, makasih kamu udah mau maafin orang brengsek kaya aku."
"Kamu gak brengsek, aku tau sikap brengsek kamu itu untuk nutupin luka kamu"
Dicko mengangkat kepalanya. Ia menatap manik cokelat milik gadis itu dengan lekat. Tiba-tiba saja air matanya menurun. Benar kata Zora, selama ini ia bersikap nakal, hanya untuk menghilangkan rasa sakit itu, namun rasa sakit yang ia dapat di masa lalu tak akan pernah hilang.
Tangan Zora pun terulur untuk menghapus air mata Dicko. "Mau berbagi cerita sama aku?"
Dicko diam. Ia masih ragu untuk menceritakan masa lalu nya sama Zora.
"Yaudah kalau kamu gak mau cerita sekarang gak papa" ucap Zora.
Dicko menggeleng. "A-aku mau cerita sekarang"
"Kamu yakin?"
"Iya"
Sontak tangan Zora pun menggenggam tangan Dicko untuk memberinya kekuatan, karena Zora yakin, bahwa masa lalu lelaki itu tak baik-baik saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake [END]
Teen Fiction[SELESAI] Dalam Bahasa Inggris, fake artinya palsu. Sesuai dengan judulnya, cinta,kasih sayang, dan persahabatan yang dimiliki Zora hanyalah kepalsuan. Penghianatan seolah sudah menjadi makanan sehari-hari nya. Mampukah ia melewatinya atau malah tak...