Hilang

182 12 0
                                    


"Dua minggu lagi kalian berdua berangkat kuliah ke London" ucap Subakti dengan nada serius kepada dua cucu lelakinya.

"Gak opa! Andra gak bisa ninggalin Zora disini sendiri!"

"Maaf, tapi saya juga tidak bisa meninggalkan ibu saya sendiri disini" ucap satu lagi lelaki cucunya.

"Masalah itu, biar opa yang urus, kalian fokus saja kuliah di luar negeri!"

"Maaf sebelumnya, lebih baik saya kuliah di Indonesia saja, saja tidak bisa meninggalkan ibu saya sendiri disini" lagi-lagi cucunya itu menolak. Subakti hanya bisa menghela nafasnya pelan.

"Kamu itu calon penerus di perusahaan opa! Ingat, kamu itu cucu tertua di keluarga ini, jadi mau gak mau kamu harus turutin omongannya opa!"

Lelaki itu tertawa masam. "Saya sudah bukan lagi keluarga ini setelah anak anda menyakiti hati ibu saya"

Hati Subakti serasa mencelos ketika mengingat kejadian belasan tahun yang lalu ketika anak kesayangannya itu telah melukai menantu pertama di keluarga itu. Dan sedangkan Andra, ia hanya bungkam mendengar penuturan kakak nya itu.

"Tidak! Kamu tetap cucu opa! Opa sayang kamu nak, makanya opa berusaha buat ngasih segalanya untuk kamu demi menebus kesalahan anak opa itu"

Andra terdiam. Entah kenapa hatinya sakit saat kakeknya itu mengatakan hal seperti itu. Ia sadar, kalau dia hanya seorang anak pelakor, jadi dia gak berhak apapun dari keluarga ini.

"Saya dan ibu saya sudah memaafkan kalian, jadi kalian tidak perlu repot-repot memberikan harta kalian kepada kami. Lagi pula, saya juga tidak butuh harta keluarga ini. Saya bisa cari uang sendiri dengan hasil keringat saya sendiri!" ucapnya dengan nada yang dingin.

"Nak jangan bicara seperti itu, kamu tetap tanggung jawab saya!"

Andra tertawa getir. "Opa benar, lo harus jadi penerus di keluarga ini bang, karena cuma lo yang berhak atas segalanya"

Lelaki itu terdiam. Entah kenapa ia menjadi sangat bimbang saat ini. Satu sisi ia tak mau lagi berurusan dengan keluarga ini, tapi di sisi lain ia tak mau jika ibu nya itu terus menerus menderita karena tidak mendapatkan keadilan.

"Baik, saya mau!" ucapnya dengan final. Dan langsung membuat Subakti tersenyum senang.

"Terimakasih nak, kamu memang cucu terbaik opa" ucap Subakti sambil merangkul cucunya dengan erat. Sedangkan Andra? Ia hanya bisa melihat hal itu.

"Kalau begitu, dua minggu lagi kalian harus kuliah di London"

"Baik, tapi Andra titip Zora. Saya mohon, jaga dia sampai Andra kembali lagi ke Indonesia" ucap Andra.

"Tenang saja, opa akan melindungi dia"

"Makasih. Kalau gitu Andra pamit dulu, opa" ucap Andra. Setelah menyalami kakeknya itu, ia langsung keluar dari rumah itu. Namun sebelum ia keluar, ia sempat menatap kakak tirinya itu dengan tatapan yang sangat tajam.

***

"Goll,,," Arfan berteriak dengan senang saat ia berhasil membobol gawang Imam saat mereka bertiga bermain bola. Ya, Arfan, Imam dan Nathan.

Fake [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang