7. Diobatin langit

2K 138 240
                                    

HATIKUU SAKIT LIAT KEADAAN NEGARAA KAYAK GINI😭😭
LEKAS MEMBAIKKK NEGARAKUUU, JGN LPA KRM DOAYA BUAT YG TURUN LNSG KE LAPANGANNNN🙏🙏🙏

VOTE SAMA SPAM KOMENTTYA OLL, FOLLOW.IGKU DAN WTTPDKU. IG: diaanfitry

HEPIRIDING OLL

ENJOY💞

“Nyatanya langit memang selalu tinggi untuk digapai”

-Rabella Queensha

🔔🔔🔔

"Aaa.” Teriak bella saat sebuah kantong plastik besar mengenai kepalanya, Bella lansung mengutarakan matanya ke arah pintu kamarnya, ternyata di sana sudah berdiri dian dan rafael dengan senyum tak berdosa. Bella menganga, lalu dibukaknya plastik itu dan betapa kagetnya bella saat melihat berbagai macam es krim, mulai dari magnum, walls, dan lain-lain  serta berbagai macam coklat, dimulai dari silverqueen serta dairy milk di dalamnya. Bella tersenyum cerah Memandangi dian dan rafael yang sudah memonopoli kasurnya.

"Kalian pasti cabut,ya. Kan waktu pulang masih lama.” tanya bella Sambil membukak salah satu es krimnya, yang diangguki oleh rafael dan dian. 

"Rafael dian makasih es krim sama coklatnya. Ini banyak banget bisa stok seminggu.” Bella menyengir lalu berlalu sebentar untuk meletakan es krim dan coklat itu ke kulkas.

"Kalau rafael sama dian mau, ambil aja di kulkas.” Ucap bella saat ia sudah kembali. Bella tentunya tidak kaget dengan dian dan rafael yang bisa masuk ke rumahnya tanpa akses. Karena bella sudah memberi kunci rumah cadangan ke dian.

"Lo kenapa pulang?“ Tanya rafael, menatap bella.

“Tadi langit masuk, terus ngambil tas,lo. Terus gue liat langit gak makai seragam. Ditanyain guru dia bilang lo sakit. Dian udah teriakin si langit, nanyain lo sakit apa, eh dianya malah lansung pergi. Jadinya kami cabut deh.” sambung rafael memperjelas. Bella menatap terharu dua sahabatnya itu. Walaupun mereka gak punya otak, tapi solidaritasnya benar-benar tak bisa diragukan. Bella mendekat, mendudukan dirinya di samping rafael.

"Lo Sakit apa?” Tanya dian menyelidik. Bella meringis saat dian menyentuh wajahnya yang sedikit membengkak. Bella memukul pelan tangan dian.

"Pelan-pelan dong dian. Kan sakit.”

"Pipi,lo kenapa?” Tanya dian lagi. Bella menatap rafael dan dian, lalu ia mulai menceritakan semuanya pada dian dan rafael.

Rafael menatap iba pada bella, berbeda dengan dian yang sudah mengertakan giginya. tanda geram dan tak terima sahabatnya ditindas.

“Lo ada obat merah? Sini gue obatin, wajah,lo kegores, pasti karena mereka pakai cincin.”  Ujar rafael. Bella menggeleng.

"Habis, tapi nanti bella beli.”

"Gimana,sih lo. Itu obat, penting! Miskin boleh, tapi harus miskin pintar.”  Ujar dian menambahi.

"Raf lo beliin bella obat merah, ni duitnya.” Dian mengeluarkan satu lembar uang seratus ribu. Bella lansung menggeleng.

"Gak usah, nanti bella sendiri yang beli sekalian mau ke cafe ayah.” Alibi bella menolak karena segan. Pasalnya dian dan rafael selalu baik pada mereka.

"Beneran,nih?” tanya rafael tak yakin. Bella mengangguk menyakinkan mereka.

"Yodah ni, yuklah pesen makanan, laper. Di rumah,lo cuma ada air putih doang. Besok-besok ke rumah gue banyak makanannya kan gue orkay.” seru dian bangga.

Langit Untuk BellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang