17. Ciuman

2.7K 164 297
                                    

Vote sama komentnyaa

jgn lpa follow akun wttpd sama ig ku oll
ig: diaanfitry

Hepiriding oll,

Enjoy

🔔🔔🔔

Ini adalah hari kedua sejak bella memutuskan untuk tak bersekolah. Hatinya masih belum siap, dan sejak kemaren dian dan rafael sibuk menghiburnya, begitupun dengan rio yang dua hari ini selalu mengunjunginya.

Dan sekarang di sinilah bella berada,di kamarnya bersama dian dan rafael. Sedari tadi bella menangis tersendu-sendu. Air matanya seperti enggan untuk berhenti. Kenapa jadi seperti ini sekarang? semuanya semakin hari semakin rumit. Ia harus apa sekarang. Apalagi setelah insiden kemaren, langit sama sekali tak menemuinya untuk sekedar menyapa atau menghiburnya. Malahan langit,lah yang menjauhinya. Kenapa langit yang marah?Sedangkan bella,lah yang korban di sini. Apa langit benar-benar telah mencintai zia? Sungguh, memikirkan itu membuat bella semakin sakit.

“Bella harus apa sekarang rafa dian?” Rafael mengusap pelan punggung bella, menenangkan. Sedangkan dian hanya diam saja memikirkan sesuatu.

"Bella sakit banget. Bella gak tau bakal seperti ini. Padahal bella gak bermaksud ganggu hiks.”

"Makanya! Jauhin langit bella. Udah sejak dulu gue bilang. Jauhin dia!” geram dian membuat bella menghentikan tangisannya.

"Bella gak bisa!” cicitnya pelan.

"Lalu gue harus apa? Bilang bell. Gue sanggup ngelakuin apa yang lo suruh!” Bella menggeleng pelan.

"Di coba dulu, baru bilang gak bisa. Lo harus jauhin langit. Terkadang cowok itu gak suka liat cewek yang hyper agresif!” ujar rafael menasehati.

Bella terdiam, memikirkan ucapan rafael. Apakah ia harus mencoba? Memikirkannya saja sudah membuat bella resah. Bella segera membuka es krim yang ada di depannya. Ini sudah es krim ke sepuluh sebagai pelampiasan sakit hatinya. Ia tampak kacau sekarang, lukanya sudah tidak diobati lagi jika tidak dian dan rafael yang turun tangan. Bella seakan mati rasa. Ia tidak tahu harus mengapa selain memikirkan langit, sumber kesakitannya.

🔔🔔🔔

Bella masuk ke dalam kelas dengan tak semangat, ia lansung membenamkan wajahnya pada meja. Sebelum ke kelas, bella dipanggil oleh guru, ia mendapatkan surat peringatan untuk kesekian kalinya karena nilai serta perilakunya. Dan juga, tadi ia melihat langit dan zia yang semakin akrab. Membuat bella melemah, Tidak hatinya saja yang lelah saat ini. Tapi juga badannya. Segalanya terasa sangat berat saja, membuat bella hampir goyah.

Dian dan rafael melihat bella yang hanya diam saja, mendadak sedih. Bella yang berisik, dua hari ini seakan menghilang.

Rafael menyentuh kepala bella. “Bella, lo gak boleh kayak gini.”

Dian memeluk bella. “Lo nyakitin gue kalau kayak gini bell.” Dian dan rafael mendengar isakan kecil dari bibir bella. Ramah dan luman yang melihat itu,pun segera menghampiri bella.
Mereka menatap iba pada bella yang sekarang, Bella yang selalu berisik kini mendadak hilang.

“Bella cantik asli murni gak pakai susuk dan oplas, Jangan kayak gini. Guru mau masuk.” Dian segera menggampar wajah ramah dengan buku. Membuat ramah melongo.

Bella segera mengangkat wajahnya. Ia menghapus air matanya dan tersenyum pada mereka.

“Udah bella gak papa,kok. Sana, bel udah bunyi. Bentar lagi guru masuk.” Mereka mengangguk dan berlalu dari meja bella. Ujung mata bella melirik langit sedikit, bella melemah saat langit benar-benar tak peduli padanya.

Langit Untuk BellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang