47. Sebuah kunci?

3K 288 142
                                    

Haiiii oll

Aku saranin sblm baca, liat atau baca dlu part sblmnya biar makin aduhai wkkw

Ig: diaanfitry

Enjoy Yaa❤

"Bukan kita yang kuat, tetapi keadaan yang memaksa"
  -Hario pradipta-

🔔🔔🔔

Brengsek!" langit yang akan berdiri mendadak tidak jadi saat andre mendekat ke arahnya. Andre menatap tajam pada langit, begitupun langit balas menatap tak kalah tajam pada andre.

"Lo selalu menang langit. Tapi kali ini gak akan gue biarin. Lo pilih sekarang! Cintai adek gue? Atau bella mati di tangan gue?"

Langit menatap elang mata andre yang juga menatapnya tajam. Langit terkekeh, meremehkan semua ucapan andre. Langit segera mendorong tubuh andre hingga terdorong ke belakang.

"Perkara kunci doang? Lo yakin itu ancaman?!" Tegas namun dengan nada meremehkan yang mampu membangun emosi andre.

"Lo yakin bisa nyelamatin dia?" Balas andre tak mau kalah.

Langit tersenyum miring. "Lo juga yakin bisa nyelamatin dia?" Balasnya lagi, membuat urat leher andre keluar.

Langit menggeleng pelan sambil tersenyum. Kakinya ia langkahkan menjauh dari tempat itu. Tapi sebuah suara mampu menghentikan langkahnya.

"Bagaimana dengan keperawanannya?!" Andre terkekeh, di saat langit menghentikan langkahnya dan menatapnya enteng. "Ya walaupun sekarang keperawanan gak terlalu penting ya kan. Jadinya kalau hilang gue rasa,sih gakpapa."

"Gue juga bisa kalau lo lupa. Zia cinta mati, kan sama gue?! Nah berarti dia mau dong ngabulin semua permintaan gue. Kalau lo tanya soal keperawanan? Itu benar-benar sangat mudah gue dapatin dari adek,lo. Lo punya otak, kan? Jadi pikirin baik-baik tingkah, lo. Kalau lo bilang gue takut sama lo? Lo salah besar. Lo bukan apa-apa buat gue!" Setelahnya langit pergi dengan senyuman kemenangan di bibirnya meninggalkan andre yang sudah berteriak tak terima.

"Langit anjing! Kembali lo! Awas aja kalau sampai lo apa-apain zia! Mati lo bangsat!" Teriaknya murka menatap kepergian langit.

🔔🔔🔔

Rio menghentikan langkahnya menatap bella yang sedang duduk membelakanginya di sebuah kursi. Bella tampak banyak pikiran hingga, derap langkah kaki riopun tak di dengarnya.

Rio tersenyum lega,  setidaknya bella tidak menangis seperti kemaren lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rio tersenyum lega,  setidaknya bella tidak menangis seperti kemaren lagi. Itu benar-benar sangat menyakitinya.

Rio tersentak, saat darah berceceran di tangannya. Ia menyisingkan jaketnya kulit warna hitam ke atas. Ia kaget melihat kulit tangannya robek karena jatuh saat berkendara ke sini.

Langit Untuk BellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang