38. Tetap ada

2.5K 211 1.2K
                                    

YG MAU JOIN DI GC YUK DM AKU SMA TULISKAN NO WA KALIAN. NANTI BAKAL AKU MASUKIN. YG UDH DM AKU, DTUNGGUYA CNTK. NANTI AKU BAKAL MASUKIN KLAU ORGNYA UDH CUKUP. PASTI KOK INI WKWK

Ayok dong spam lagiii

Sebulan ke depan bakal sibuk pakai banget krna ad sesuatu gt. Jdnya aku cma bsa megang hp 2-3 jaman gtu huhu

tp tenangggg

aku bakal usahain up kok, walaupun gk secepat biasanya. Yuk yg lupa alurr, buruann baca bab2 sebelumnya cntik

vote plus komentttt

ig: diaanfitry

Enjoy💙

Bella yang baru dari kantin tertegun saat mendapati langit di kelasnya sedang bercanda ria dengan luman dan ramah. Ada apa ini? Apakah ia masih sekelas dengan langit?

"Bella yang cantiknya gak murni kok makin cantik?" Teriak ramah membuat bella menghela nafasnya. Mata bella beradu tatap dengan mata langit. Kemudian ia segera berlari ke luar, menuju papan mading untuk melihat kelasnya.

Bella melemas, saat mengetahui fakta bahwa kelasnya tidak jadi diacak.

Bella balik ke kelas lagi, dengan wajah lesu ia segera berlalu menuju kursinya.

Bella menelungkupkan kepalanya di meja. Tanda lelah melawan hatinya. Matanya terbelalak saat mengingat kunci hidup bona masih berada di tangan langit. Ah bodo amatlah ia tidak akan memintanya jika tidak langit sendiri yang memberinya.

Bella mengeram kesal saat mejanya di ketok kasar. Ia sudah tau orangnya, siapa lagi kalau bukan ramah si pembuat onar.

Tok tok tok tok tok

Ketoknya bertubi-tubi membuat bella emosi.

"Woi ramah kampret bisa san--"

Bella membeku di tempat, ternyata bukan ramah. Melainkan langit.

Bella berdehem pelan, "Kenapa?" Cueknya. Langit tak menjawab ia malah melemparkan kunci hidup bona membuat bella tersenyum, tapi cepat-cepat bella ubah menjadi cuek lagi.

"Makasih!" Ujarnya tanpa menatap mata langit lalu mulai menelungkupkan kepalanya di kedua tangannya.

"Kak langit apa kabar?" Teriak cempreng seseorang membuat bella mendongakkan kepalanya menatap dua insan yang sedang bercakap-cakap di depan pintu.

"Cie cemburu nih!" Goda ramah. Bella mengambil bukunya lalu di lemparkannya pada wajah ramah.

"Pergi sono!"

"Oke! Man ayok pergi! Kecewa gue padahal mau ajak berantem. Eh zia kok tambah bening sih?" Teriak ramah membuat bella melotot.

Bella segera melemparkan bukunya kesal, lalu buru-buru ia lewat di tengah-tengah langit dan zia menambrak sedikit lengan langit membuat langit menatapnya tajam. Masa bodo, ia sedang galau sekarang!

🔔🔔🔔

Bella menangis dalam diam di bahu rafael sedangkan dian sedang tidur karena memang mereka sekarang berada perpustakaan.

"Udah bell yang sabar." pelan rafael takut dian terbangun.

"Bella sakit. Dia sanggup ngacuhin bella." Bisiknya terisak. Rafael mengusap punggung bella menenangkan.

"Makanya lupain dia." Sebal rafael. Bella mengangguk, "Bella mau, Tapi bella gak bisa huaaa!" Rafael segera membekap mulut bella. Kalau dian dengar dan bangun, nambah masalah lagi nih.

Langit Untuk BellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang