13

3.4K 419 72
                                    

Dont forget to vote and comment

Deru nafas memburu dengan raut wajah khawatir terlihat jelas pada beberapa orang dilorong rumah sakit tersebut.

"Keluarga pasien?"

Dengan cepat Irene berjalan kearah dokter bername tag park jihyun yang baru saja muncul dari balik pintu bercat abu-abu dihadapannya.

"Kami keluarganya"

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.  Pasien hanya terlalu kelelahan serta mengalami magh akut karena telat makan, Dia hanya memerlukan bed rest selama beberapa hari kedepan untuk pemulihan" ujar park jihyun mengundang raut kelegaan beberapa orang disana.

Setidaknya, kekhawatiran mereka tidak terbukti.

"Yerim-ah? "

Iris jernihnya teralih pada wajah cantik member tertuannya. 

"Masuklah dulu, aku dan manager oppa akan mengurusi beberapa administrasi"

Yerim mengaggukkan wajahnya cepat sebelum memasuki ruang rawat dihadapannya,  mendapati seorang gadis sedang terbaring memejamkan matanya dengan sambungan infus ditangan kanannya.

Mata nya semakin menyendu seiring dengan langkah kakinnya Yang semakin mendekati ranjang

Tak bohong ia begitu khawatir melihat seulgi tiba-tiba pingsan ditengah latihan untuk comeback mereka beberapa jam lalu membuatnya dengan segera dilarikan kerumah sakit terdekat.

"Eonni? " ujarnya lirih sembari menggegam tangan seulgi dan merapikan rambut orang yang sudah ia anggap sebagai keluarga nya sendiri.

Badannya terduduk dikursi samping ranjang, masih setia mengamati wajah damai didepannya, hingga tiba-tiba suara gaduh dari luar menarik atensinnya.

",BRAK"

"SEULL!!!"

yerim menolehkan wajahnya pada sumber suara, mendapati lelaki yang sangat ia kenali berjalan terburu lengkap dengan wajah yang tertutupi topi dan masker.

"Astaga, tenanglah oppa" ujar yerim menekan suarannya sekecil mungkin agar tak membangunkan seulgi.

"Mwo?! Bagaimana bisa aku bisa tenang yerim-ah?! Seulgi pingsan begini" ujar lelaki itu dengan raut histeris.

Yerim menghela nafas pelan, 
"eonni sedang tidur, kecilkan suara oppa kalau tak ingin ia bangun"

"Hah tidur? "

"Dia hanya kelelahan tak ada masalah serius . Jangan teriak-teriak begitu "
ujar yerim sedikit ketus,

bagaimana tidak? jimin berteriak dan menggebrak pintu ruangan seperti orang yang sedang mencari keributan.

Raut wajah jimin terlihat melunak  "ah begitu.  Syukurlah aku benar-benar khawatir sampai lari terbirit-birit dari studio hingga kemari" ringisnya merasa bersalah sebelum beralih menatap kekasihnya yang masih terbaring diranjang.

Yerim yang menyaksikan pemandangan tersebut hanya diam, merasa sangat bersyukur walau terbesit sedikit rasa iri.
Bersyukur karena eonni nya bisa mendapatkan lelaki yang sungguh mencintainya dan rasa iri ketika terfikirkan bahwa ia tak mempunyai Seseorang yang benar-benar menginginkan dan mencintainya, seperti  jimin menginginkan seulgi .

[3] Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang