40 (end)

7.2K 394 71
                                    

"Jung yumi? "

Yerim memicingkan matanya saat mendapati dua baris kata itu tercetak jelas disebuah kardus diatas meja.

Netra jernihnya beralih memandang kehadiran jeon jungkook, --yang sama menatap heran pada keberadaan benda tersebut.

"Oppa masih berhubungan dengannya?" Tanya yerim dengan tatapan menyelidik.

Sedang yang ditatap, semakin mengernyit "Tidak" gelengnya dengan raut tak bersalah.

Yerim memicingkan matanya. Oke, entah mengapa ia begitu sensitif sekarang. "Tidak bohong kan? "

Jungkook meghela nafas berat "Untuk apa aku berbohong padamu, sayang?"

Jungkook beralih menarik kursi untuk sang gadis "Duduklah. Aku akan menyiapkan sarapanmu" ujarnya berbalik menuju counter dapur. Tak menyadari akan raut wajah yerim yang semakin muram.

Langkah lebar dengan dua piring pancake hangat itu sontak terhenti saat mendapati wajah mendung kekasihnya didepan sana.

Menghela nafas pelan kini jungkook melanjutkan langkah. Menarik pelan kursi disamping sang gadis.

"Ada apa, hm?"

Yerim mendengus pelan, "untuk apa ia mengirimi oppa barang, Kalau kalian tidak berhubungan?"

Jungkook menatap kembali sumber perdebatan mereka "Kalau begitu, kau saja yang buka. Aku benar-benar tidak tau apa-apa, yerim" ujarnya mencoba bersabar.

Yerim mencebikkan bibirnya kesal,  "yasudah sini-kan guntingnya"

Jungkook beranjak dari duduknya.  Beralih kearah dapur guna mengambil barang yang diinginkan sang gadis.

"Aku saja yang buka. Nanti tanganmu bisa terluka" ujarnya menjauhkan jangkauan gunting dari tangan sang kekasih.

Tangan besar yang bergerak membuka bungkusan kardus berukuran cukup besar itu kontan terhenti saat dering ponsel miliknya mengintrupsi.

Berdecak pelan kini tubuhnya sekejap terasa menegang saat mendapati nama penelfon yang tertera dilayar ponselnya.

"Siapa oppa?" Tanya yerim mengerjap heran.

Jungkook mengusap wajah pelan, sebelum menoleh pada gadis disampingnya. "Aku angkat telfon sebentar" ujarnya yang dibalas anggukan ragu yerim.

Mata bulatnya bergerak mengikuti punggung kekar yang berjalan menjauh dan hilang dibalik sekat pembatas dapur.

Jujur saja, ia merasa sedikit heran juga bingung akan perubahan raut wajah sang lelaki.

Netranya kini beralih menatap benda didepannya yang cukup menarik atensi juga rasa penasarannya. Apa sebaiknya ia buka sendiri saja?

:
:

"Maaf noona"

"Aku juga tidak tau kalau kemarin yerim akan kemari"

"Semuanya diluar kendaliku"

"Aku senang. Tapi merasa tak enak juga padamu"

"Dia sudah bilang padaku kemarin"

"Terimakasih. aku benar-benar minta maaf atas nama yerim karena ia tidak bisa ikut latihan bersama kalian"

"Tentu saja, aku akan merawatnya dengan baik. Sakitnya tidak terlalu parah"

"Aku tutup. Sampaikan salamku pada yang lainnya"

Setelah menutup sambungan telfonnya, jungkook menghela nafas lega. Semenjak kejadian 6 bulan lalu pandangannya pada Irene sedikit berubah.

[3] Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang