27

4K 432 178
                                    

"Oppa, apa kau mencintaiku? "

"Yerim"

"Tidak, Jangan katakan apapun. Aku hanya ingin jawaban iya atau tidak" ujar yerim mengeratkan pelukannya saat merasa jungkook akan melepasnya.
Ini jauh lebih baik, daripada harus menatap lelaki itu. Dia tidak siap bila harus mendapat jawaban yang tidak ia inginkan sembari menatap wajah jungkook.

Jungkook menghela nafas berat, netranya menatap kantung belanjaan diatas pantry yang yerim bawa, menerawang jauh seolah memikirkan jawaban apa yang seharusnya ia berikan.

Fikirannya terasa tak sinkron, masih begitu terkejut akan  pertanyaan tiba-tiba yang sama sekali tak ia duga.
Masih terlalu bingung harus menjawab apa seolah tak punya satu kosa kata pun yang mampu mewakilinya. semua masih terasa membingungkan baginya.

Disisi lain, Yerim mengulas senyum kecut, ia cukup peka akan keterdiaman lelaki ini. Dengan pelan tubuhnya melepas pelukan mereka.
Sekarang Ia sadar, perkataan yumi memang benar. Menjadi kekasihnya bukan berarti bahwa jungkook mencintainya.

"Sepertinya tidak ya? " lirihnya tersenyum miris.

jungkook hanya diam, sedikit merasa tak rela saat pelukan itu terlepas tiba-tiba. Netranya memandang wajah sendu yerim yang tak mau menatapnya.
Ingin sekali, ia bergerak menghapus air mata itu. namun nyatannya ia begitu stagnan, hanya mampu memandang .

Yerim menghapus air mata pada pipinya, menghela nafas berat sebelum beralih menatap sang lelaki.
"Aku fikir, lebih baik kita akhiri saja" ujar nya pelan mengundang raut terkejut jungkook.

"kita akhiri saja hubungan ini, berbahagialah dengan gadis yang kau cintai. Kau bisa bersamanya tanpa harus terganggu olehku" ujarnya penuh sesak. bukan seperti ini akhir yang ia inginkan, namun disisi lain ia tak bisa terus begini.

semuanya terasa begitu abu-abu tanpa kepastian,  seolah dia sendiri yang menginginkan jungkook,  sedangkan lelaki itu tidak.  Dia fikir perlakuan tersirat lelaki itu tadi malam cukup menjawab kegundahan hatinya bahwa jungkook juga sama menginginkannya dalam hubungan ini.

Namun nyatanya, jungkook masih lebih menginginkan wanita masa lalunya dibanding dia.

Badannya beranjak meraih tasnya, mengusap air mata yang terus mengalir sembari kakinya melangkah pergi kearah pintu keluar. 

Meninggalkan jungkook yang masih diam ditempatnya. Mencerna segala perkataan gadis itu, hingga tiba-tiba rasa kosong dan tak rela yang terasa samar dalam hatinnya semakin terasa jelas, membuatnya mulai menyadari situasi yang terjadi.

Tidak!, mengakhiri?
Dengan segera ia melangkah lebar kearah yerim yang sudah berada diambang pintu. 

Beralih menutup pintu apartemen yang sempat terbuka dengan keras menimbulkan keterkejutan sang gadis.
"Kenapa kau memutuskan sesuatu secara sepihak? " ujar jungkook sedikit terengah menatap sang gadis tajam.

Yerim mengernyit tak mengerti, 
Sedang jungkook mengusap wajahnya frustasi.  Tidak!  Ini tidak benar.  Jungkook apa maksud ucapanmu barusan.  Ini benar-benar bukan seperti dirinya.

Matanya beralih menatap wajah gadis didepannya.  gadis yang selalu membuatnya kehilangan kendali diri dan bertindak spontan diluar rencananya.
Tatapannya tiba-tiba melunak saat mendapati mata sembab sang gadis. Entah mengapa hatinya ikut terasa sesak. 

Tangan besarnya beralih menggengam tangan yerim.  Terasa begitu mungil dan nyaman dalam genggamannya.
"Tidak, jangan akhiri hubungan ini" ujarnya tanpa sadar meremat pelan tangan tersebut.

"Apa maksutmu?" ujar yerim menatap lamat lelaki didepannya. Ia benar-benar takut salah mengartikan ucapan lelaki ini.  Ia takut harapannya kembali membumbung tinggi dan nantinya akan dijatuhkan kembali.

[3] Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang