32

4.6K 458 128
                                    

Jungkook memicing tak suka,  saat mendapati kehadiran seorang lelaki yang tak ia inginkan kehadirannya --- berdiri dilorong,--tepat didepan ruang tunggu redvelvet, setelah sebuah acara penghargaan berakhir beberapa jam lalu.

Nafasnya yang sedikit tersenggal karena berlarian menuju kemari tanpa memedulikan badannya yang sedang lelah luar biasa. Nyatanya tak semulus rencananya, ah dan Jangan lupakan dengan perdebatan sengit yang cukup mengulur waktu dengan para hyung-nya yang tidak setuju akan keputusannya membawa pulang mobil sendiri mengingat keadaannya yang tidak terlalu baik.

Namun siapa peduli, ia sadar masalah ini harus segera terselesaikkan. Semuanya begitu kacau. Emosi, nafsu makan, bahkan fokus jungkook tak pernah bisa 'benar' akhir-akhir ini.

Netranya yang sedari tadi beradu pandang pada lelaki itu, kini segera teralih saat mendengar suara pintu terbuka menampilkan kehadiran gadis yang hampir 3 minggu ini sangat ia rindukan.

Sedang sang gadis sendiri, sedikit terkejut saat mendapati presensi jeon jungkook didepan sana menatapnya lekat dengan sendu.

Pandangannya dengan cepat teralih pada lelaki disamping nya,
tidak. Ia tidak boleh jatuh dalam lubang yang sama berkali-kali. Jungkook terlalu berbahaya untuknya, terlalu berbahaya bagi hatinnya hingga membuat ia menjadi bodoh hingga mau disakiti berkali-kali.  bukankah seharusnya ia berhenti setelah mendapati penghianatan dan kebohongan lelaki itu tepat didepan matanya, Setelah berkali-kali ia disakiti?

"Ingin pulang sekarang?" Tanya hanbin memecah keterdiaman diantara mereka.

Yerim tersenyum tipis mengangguk pelan.  Berusaha mengabaikan eksistensi jungkook yang tak pernah melepas tatapannya padannya.

Niatnya yang akan melangkah beriiringan dengan hanbin meninggalkan tempat tersebut, terpaksa terhenti saat tiba-tiba ada tangan lain yang menahan langkahnya

"Yerim, bisa kita bicara? " Tanya jungkook, tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada tangan sang gadis,  saat mendapati raut enggan yerim.

"...hanya 5 menit. Aku hanya meminta waktumu lima menit" ujar jungkook tak menyerah.

Walau sejujurnya perasaannya sempat melunak, namun ia buru-buru menepisnya saat kilasan kejadian menyesakkan tiga minggu lalu masih jelas terbayang dibenaknya.

Tentu saja ia masih sakit hati, melihat lelaki yang sudah berkomitmen untuk menjalani suatu hubungan dan berjanji untuk tak menemui masa lalunya lagi. Nyatanya sudah bertindak begitu jauh tanpa ia ketahui dibelakangnya. Membawa gadis itu keapartemennya, 'tidur' bersama dan membohonginya.

Nyatannya jeon jungkook memang tidak bisa dipercaya. Ia mulai sadar mungkin jungkook hanya menganggapnya sebagai sebuah mainan yang bisa ia tarik ulur sesuka hatinnya, menganggap perasaan tulus yerim dan apapun yang yerim korbankan selama ini hanya sebuah lelucon.

Mata yerim terasa memanas,  rasa benci akan kilasan penghianatan itu mulai terlihat pada wajahnya, ia benar-benar merasa muak dengan kesakitan ini.
"Maaf, sunbaenim aku tidak ada waktu" ujar yerim menarik tangannya

Sedang jungkook sempat terdiam beberapa saat, merasa terkejut saat mendapati tatapan datar serta ucapan gadis itu. Binar jernih yang dulu menatapnya penuh ketulusan kini seolah hilang tak bersisa. Dan apa? 'sunbaenim'? Tidak. mereka tidak se-asing itu, mereka jauh lebih dekat daripada hubungan seorang senior-junior.

Langkah yerim yang semakin menjauh, mulai menyadarkan lamunan jungkook. Diikuti langkah lebarnya untuk menyusul dan menahan gadis itu kembali. "Setidaknya, balas pesanku" ujar jungkook mulai merasa frustasi

Yerim memicing tak suka,  berusaha melepaskan genggaman tangan itu walau nyatanya sia-sia.  "Yerim, ini hanya sebuah kesalahfaham----"

Ucapan jungkook terhenti seketika,  saat seorang lelaki tiba-tiba berdiri didepannya, membawa yerim berdiri dibelakang punggungnya dan menghalangi arah pandang jungkook.

[3] Two SidesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang