[06/11/20] 07. RAGAKU KUAT BATINKU LEMAH

225 59 216
                                    

Alhamdulillah update lagi
Jangan lupa vote & komen ya cantik dan ganteng💙

TEMBUS 100 komen di part ini langsung update lagi💖💖

Kalian baca ini sambil ngapain?

Selamat membaca yaw😻

•••

07. RAGAKU KUAT BATINKU LEMAH

"Yang sering tersenyum adalah dia yang paling akrab dengan kesedihan."

Malam ini, Zia memutuskan untuk menginap di rumah Kesya sampai besok. Di rumahnya sendiri, Ia merasa kesepian karena tak ada siapa-siapa.

Zia sedang duduk di meja makan yang ada di dapur rumah Kesya, memperhatikan Kesya yang tengah memasak mie rebus untuk makan mereka berdua.

Mie goreng yang tadi direbus sudah matang, lalu Kesya meraciknya dengan cepat dan duduk di kursi depan Zia berada.

"Nih, mie lo. Makan. Jangan suntuk terus," oceh Kesya seraya menyodorkan sepiring mie kepada Zia.

"Makasih ya Kesy," ucap Zia sambil tersenyum.

"Sama-sama."

Mereka berdua awalnya sibuk dengan urusan perut masing-masing. Namun Zia melihat Kesya berhenti makan dan malah memandang dirinya.

"Lo ngeliatin gue makan? Kurang kah mie lo?"

Kesya menggeleng. "Nggak gitu. Gue heran sama mata lo."

Zia refleks menyentuh matanya. "Kenapa sama mata gue?"

"Kemarin-kemarin lo begadang ya kok gue perhatiin ada lingkaran hitam kayak mata panda?"

Zia tertegun. Dia segera menunduk. Bukan masalah begadang, dua hari lalu Ia memang menangis berjam-jam karena perkataan orang tuanya. Itulah mengapa matanya menjadi seperti mata panda.

"Zia?" tegur Kesya ketika Zia malah terdiam sambil memainkan mie dengan garpu. "Cerita Zi. Jangan dipendem-pendem gitu. Gue nggak suka."

Zia cepat-cepat menatap Kesya lagi. Lalu Ia mulai menarik nafas panjang untuk memulai cerita. Mungkin, Ia akan segera mewek disini.

"Waktu sore-sore sebelum Ardi dateng ke rumah buat nganter kotak brownies gue, gue dimarah-marahin lagi sama mama gue," ujar Zia dengan lirih. Matanya sudah berat membendung air mata. "Gue nggak kuat Kesy, setiap dia marah sama gue pasti selalu ada kata-kata kalau gue itu anak yang menyusahkan. Gue nggak tau salah gue ada dimana sampai-sampai mama gue sendiri benci banget kayaknya sama gue. Apapun yang gue lakuin."

Zia sedikit demi sedikit mengangkat jari telunjuknya yang terbalut sesuatu untuk mengusap air mata. Kesya yang melihat itu langsung merasa bersalah karena sudah memaksanya untuk bercerita.

Kesya bangkit dari kursinya dan berdiri di sebelah Zia yang sudah menunduk sambil menangis. Zia sudah sering seperti ini. Apabila sudah berbicara mengangkut masalah keluarga Ia takkan pernah kuat. Bentengnya hancur seketika.

"Iya Zi gue paham. Udah jangan dilanjut kalau lo nggak kuat buat cerita."

"Nggak apa-apa," ucap Zia. "Dengan menangis gue jadi merasa lega."

PHOENIX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang