[19/11/20] 19. DIAPIT DUA LELAKI

143 35 167
                                    

HAPPY ULEL'S DAY💖💖
Maap yaa malem-malem updatenya
Hari ini sibuk banget💔

Siap baper di detik-detik terakhir ya?

Siap oleng nggak nih?

Ehehe selamat membaca😀

•••

19. DIAPIT DUA LELAKI

"Selalu ada maksud baik disetiap sikapku padamu. Ingat itu."

Zia duduk di halaman rumahnya yang dipenuhi dengan pot-pot bunga yang besar, rumput-rumput hijau yang tertata rapi, serta lampu-lampu lantera. Suasananya hangat disini, tidak terlalu dingin. Zia duduk sendiri disana ditemani secangkir teh dan sepiring biskuit.

Brumm brumm

Zia refleks menoleh ke arah gerbang rumahnya. Ia jalan menuju gerbang, walaupun sudah ada satpam yang membukanya.

Lelaki pemakai kaos oblong hitam yang dibalut jaket jeans, jeans putih serta sneakers putih itu turun dari atas motornya lalu berdiri di hadapan Zia. Di tangannya Ia membawa plastik berwarna putih.

"Glen? Dateng juga. Gue kira bohong," ujar Zia ketika Glen sudah berjalan di sampingnya, jalan masuk menuju halaman lalu duduk di kursi yang ada.

Glen menoleh. "Nggak mungkin gue lupa."

"Hehe."

"Mama mana?" tanya Glen, seraya memperhatikan Zia dari atas hingga bawah. Memastikan agar dia baik-baik saja.

"Umm, ada di kamarnya."

Glen manggut-manggut. Terkadang, Zia harus terpaksa bersikap baik pada Glen. Namun di sisi lain, Ia tak mau Glen ada di hidupnya lagi hanya karena perjanjian itu. Tetapi bukan berarti semua kebaikan Zia pada Glen itu pura-pura, hanya saja Ia harus berbalas budi. Mengingat dulu selama hampir lebih dari sepuluh tahun orang tua Glen lah yang mengasuh dirinya dengan sangat baik.

Glen mengusap puncak kepala Zia. "Udah makan, hm?"

Zia mendongak. "Udah."

"Pakai apa?"

"Pakai piring sama sendok."

Glen menggeleng heran menanggapi Zia yang polos. "Lauknya, Zia. Bukan alat makan."

Zia terkekeh kecil. "Hehe, pakai ikan."

Glen mengernyit. "Katanya nggak suka ikan?"

"Iya, emang nggak suka," ucap Zia. "Tadinya gue mau beli yang lain."

"Malem-malem gini? Beli apa?"

Zia menyembunyikan senyumnya supaya tidak terlihat oleh Glen. "Beli nasi goreng yang dulu sering gue sama lo beli. Itu enak banget."

Glen terkekeh. Mengingat hal itu, membuatnya rindu dengan masa-masa kecilnya dengan Zia.

"Haha, inget gue dulu pernah suapin lo, Zi."

PHOENIX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang