[18/11/20] 18. BROKEN

151 39 281
                                    

AYE AYE BESOK AKU ULTAH GUYS AVV
Minta hadiah vomment dari kalian yaa guys xixi❤❤

Sebenernya hari ini males up gara2 part kemarin bikin dongkol. Masa total komennya udh 100 lebih tapi yang jumlah komen di kanan atas part malah cuma 55 pas terakhir aku liat💔 jdi ga semangat kaaan

Makanya vomment ya biar aku semangat, biar aku konsisten 1 day 1 chapter💖

Selamat membaca😀🍿
Btw, part ini banyak kode keras
Teliti ya bacanya❤

•••

18. BROKEN

"Beruntung sekali mereka yang masih bisa menganggap rumah adalah tempat ternyaman. Di luar sana banyak yang lebih menganggap kos-kosan adalah tempat teraman."

Prang prangg prangg

Zia menundukkan wajahnya. Matanya terpejam takut. Mama nya sudah berdiri di depannya seraya menggenggam beling dari pecahan gelas di dapur tadi. Siap ditancap ke tubuhnya.

"KAMU JADI ANAK TUH HARUSNYA NURUT SAMA ORANG TUA!"

Zia mendongak takut. "Aku udah selalu nurut sama Mama, Ma. Aku salah apa lagi?" katanya lirih. "Bahkan Mama yang selalu siksa aku pakai benda tajam pun aku nurut, kan?"

Mama nya terkekeh. "Jangan banyak omong kamu! Salah kamu itu banyak!"

Zia tambah menangis. "Ma, kapan Mama balik kayak dulu? Sadar Ma, Mama itu depresi!"

"Mama nggak depresi," ucap Mama nya dengan kekehan. "Kamu jangan asal bicara!"

"Apa Mama punya bukti kalau Mama emang beneran nggak depresi? Kalau memang nggak, kenapa Mama suka tiba-tiba ngamuk? Hancurin barang sana-sini, nusuk-nusuk benda tajem ke aku! Mama nggak sadar apa kalau aku jadi bahan siksaan Mama!" ucap Zia berniat menyadarkan sang Mama. Nadanya lirih menahan sakit di hati.

Mama nya kemudian terdiam. Selalu seperti itu. Setelah asyik menyiksa dirinya, Ia akan terdiam beberapa jam di kamarnya atau di tempat sepi lain. Namun setelah itu sikapnya kambuh. Tertawa sendiri, memecahi gelas atau piring kalau sudah kacau, atau seringkali menyiksa Zia dengan benda tajam yang sudah Ia pecahi.

Zia mengelap air matanya sendiri. "Aku kangen Papa...,"

Mama nya menoleh, memasang raut wajah pura-pura terkejut. "Hahahaha, Papa kamu itu jahat! Nggak pernah sayang sama Mama!" Matanya sudah gelap, seperti manusia yang hidup namun tidak sadarkan diri. Raganya disini namun roh nya entah kemana.

Zia berdiri, mencengkram kedua tangan sang Mama dengan erat. Padahal Zia tau di tangan Mama nya itu sudah ada pisau runcing dan beling kaca, yang kapan saja bisa mendarat di tubuhnya. "Mama salah! Papa itu sayang sama Mama! Mama, sadar dong Ma! Hiks, Mama itu sakit...,"

Mama nya terkekeh menyebalkan. "Mama nggak sakit," katanya. "Gara-gara Papa, Mama jadi begini!! AAAAAA!!"

Jleb

Tes tes

Darah segar di lengan Zia menetes di lantai setelah ditusuk dalam oleh Mama nya dengan beling kaca. Zia meringis sejenak, sang Mama sudah pingsan di hadapannya. Akhirnya Zia membiarkan darah luka itu menetes dan lebih memilih untuk membopoh Mama menuju kamar Mama nya.

PHOENIX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang