[05/12/20] 31. RENCANA BUSUK AREYN (1)

99 23 129
                                    

Hai pembaca ku semua👋
Kalian bosen nggak sih kalau baca dengan 2000an kata di setiap partnya?
Soalnya ke depan, cerita ini akan semakin rumit dan menguras emosi, nggak bisa kalau cuma 1700an kata di setiap partnya.

Coba jawab sini, bosen nggak?
Kalau yang jawab sedikit, berarti deal aja ya setiap part 2000an kata.

Selamat membaca💙

•••

31. RENCANA BUSUK AREYN (1)

"Silahkan lakukan semuanya semaumu. Akan kubuat kamu terjerembab ke dasar jurang dengan rencanamu sendiri."
─Ardinata Renal Atmanegara

Zia pagi ini sudah sangat cantik menawan. Rok seragam abu-abu selutut dengan kaos kaki putih setinggi lutut, juga sepatu sneakers putih yang melekat sempurna di kedua kakinya. Rambut coklat kehitaman yang digerai sepanjang bahu, membuat wajahnya yang begitu manis, nampak lebih terlihat manis lagi.

Sekolah SMA APOLLO termasuk sekolah yang membebaskan seluruh muridnya untuk ber-fashion seperti apa. Asal riasan wajah mereka tidak menor dan tidak memakai jaket tebal, tidak dipermasalahkan. Laki-laki yang kancing seragamnya terlepas sempurna dengan kaos hitam dibaliknya pun sama sekali tidak dihiraukan.

Kadang terlintas di pikiran, "guru nya pada bodoamat atau emang bebas?". Entahlah, SMA APOLLO memang menghalalkan semua itu.

Zia sudah berada di depan gerbang rumahnya, menunggu Ardi datang menjemput. Namun sudah lima belas menit berlalu, Ardi sama sekali belum nampak. Di telepon pun tidak diangkat.

Zia melirik jam tangan yang ada di tangan kanannya. Sudah mendekati pukul setengah tujuh dan Ardi sama sekali belum datang. Akhirnya Zia mengirimi sebuah pesan pada lelaki itu bahwa dirinya akan berangkat seorang diri saja. Mungkin dengan memesan ojek online.

Setelah Zia memesan ojek online, ponsel langsung Ia masukkan ke saku roknya. Namun benda putih pipih dengan logo apel ke gigit itu bergetar dan menimbulkan suara.

Tliling~ tliling~

Zia menarik ponselnya lagi. Nampak Ardi meneleponnya. Lalu segera Zia menggeser tombol hijau di screen.

"Halo Ar?" tanya Zia terlebih dulu.

"Maaf ya, aku nggak bisa jemput. Aku ada urusan."

Zia terdiam sejenak lalu mengangguk. "Ohh, iya udah ng―"

Piip

Zia refleks menjauhkan ponselnya dari telinga lalu melihatnya. Dia mengernyit, kenapa Ardi tiba-tiba aneh begini. Ucapannya bahkan belum tuntas namun lekaki itu sudah mematikannya secara sepihak. Kenapa laki-laki itu tiba-tiba aneh?

Zia lalu memasukkan ponsel ke dalam sakunya lagi dan menghela nafas. Mencoba untuk tetap berpikir jernih tentang Ardi. Berusaha tetap berprasangka baik bahwa Ardi tak mungkin tiba-tiba berubah.

•••

Kesya berlarian di koridor hanya untuk mengejar Zia. Bel sekolah ini akan berdentang sekitar lima belas menit lagi. Dua perempuan itu masih saja berjalan di koridor depan kelas-kelas.

"Zia! Zia!"

Zia menoleh ke belakang, ketika dirasa namanya disebut oleh suara perempuan.

Zia berhenti berjalan. "Kesya? Kenapa kok lari-lari? Lho, lo baru dateng juga?"

PHOENIX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang