[16/11/20] 16. BUKANKAH KAMU YANG MENYURUHKU PERGI?

132 37 215
                                    

AKU JANJI FOLLOW WP KAK LEL!!
Nah hahahaa

SIAP EMOSI LAGI?

SIAP NERIMA KATA-KATA PEDAS?

Siap dong💖💖
Selamat membaca😀

Ayo hei komen di tiap baris-!!
Biar gacorrr

•••

16. BUKANKAH KAMU YANG MENYURUHKU PERGI?

"Ada kalanya berjeda sejenak bukan untuk tamat, melainkan untuk menghilangkan rasa penat."

"MAU APA LO SAMA ZIA?!"

Ardi menghempaskan lengan dan mendorong dada Glen dengan begitu kuat sehingga Glen terbentur ke dinding yang ada di belakangnya. Ardi lalu menghampirinya dan mencengkram kerah seragam Glen kuat-kuat. Sedikit mengangkat kerahnya sehingga lelaki yang dicengkram itu mendongak.

Sorot mata Ardi menajam pada kedua bola mata Glen. "Lo mau ngerusak cewek?"

Glen terkekeh masam. "Apa urusannya sama lo?"

Duak

Satu bogeman mentah sukses mendarat di pipi kiri Glen. "Kalau gue bilang ada urusannya sama gue, masalah juga buat lo?"

Duak

Satu lagi, bogeman mentah itu sukses mendarat di pipi kanan Glen. Glen tak tinggal diam, kaki kanannya menendang ulu hati Ardi hingga Ardi meringis dibuatnya.

Keberadaan Zia yang melihat dua pria berkelahi itu membuatnya gemetar di tempat. Ia tak tahu harus berbuat apa, jika harus meleraipun Zia takut kena imbas kemarahan mereka.

Kini Ardi berada di bawah Glen. Tangan kanan Glen menangkup dagu Ardi dengan kuat. "Bisa lo kebawa emosi? Ngapain lo ngikutin gue sama Zia kesini, hah?!"

Lutut Ardi bergerak cepat ke atas sehingga mengenai perut Glen. "Nggak penting lo tau!"

Glen lengah sehingga Ardi bisa mendorong Glen dan Ardi dapat bangkit. Ardi mengunci dua kaki Glen sehingga kini Glen tepat berada di bawah Ardi. "Lo lupa waktu itu gue bilang apa?!"

Bilang apa? Gumam Zia. Ardi bilang apa ke Glen?

Melihat Glen hanya terdiam. Akhirnya Ardi mendorong Glen ke samping sehingga tubuh lelaki itu menyerong. Ardi berdiri lalu menghampiri Zia dan meraih tangannya.

"Zia, lo ngapain, sih?!"

Zia ketakutan dengan tatapan tajam Ardi padanya. Namun, Zia harus membangun bentengnya lagi untuk tidak terpana dengan ucapan-ucapan Ardi.

"Harusnya gue yang tanya ke lo! Lo ngapain?!"

Ardi tersentak diam. Ada yang berbeda dari cara berbicara Zia. Kemarin, dia menggunakan aku-kamu padanya, sekarang, gue-lo pada Ardi. Ditambah lagi, Zia berani menyentak dirinya.

Mata Ardi menghunus bola mata hazelnut Zia. "Zia, lo kenapa?"

"Kenapa apanya, hah?" ucap Zia memelan. "Gue nggak mau deket-deket sama lo lagi!"

Ardi hanya terus menatap Zia.

Zia memiringkan kepalanya. "Bukannya itu yang lo mau kan Ar? Lo mau gue ngejauh dari lo, dan nggak muncul di depan lo lagi. Itu kan yang lo mau?"

Zia melepas dengan kasar cengkraman Ardi yang sedaritadi ada di pergelangan tangannya. "Terus sekarang, gue udah mau jauh dari lo. Lo mau narik gue lagi? Lo mau bikin gue sakit hati lagi kayak semalem? Iya?! Nggak punya hati lo!"

PHOENIX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang