[02/12/20] 30. BUCIN DI TURNAMEN

131 26 209
                                    

H-hai? Kangen aku? Nggak ya?

Yuk di vote, aku bikin ini berjam-jam tau nggak. Bikin aku bahagia hanya dengan sedetik aja masa gak mau?

Seperti biasa, uwu-uwu selalu aku selipin di akhir haha!

Diketik 2500+ kata karena sudah 2hri ga up, ini gantinya!

Siap baper yaya? Selamat membaca!

•••

30. BUCIN DI TURNAMEN

"Milikku, ya milikku. Aku tidak mau berbagi apalagi terbagi."
─Ardinata Renal Atmanegara

Lapangan utama bendera merah putih SMA APOLLO jam delapan pagi ini benar-benar ramai. Pasalnya, klub sepakbola akan berangkat turnamen sekarang dan itu membuat satu sekolah dengan semangat bergerumbul di lapangan hanya untuk melihat para lelaki tampan.

"AAAA KIPER NYA GANTENG BANGETTTT!"

"KAK KEVIN!! SEMOGA MENANG YAA!!"

"KALAU ADA KAK ARDI MAH PASTI MENANG!!!"

"GILA GILA GILA!! GUE NGGAK LIAT GUE NGGAK LIAT!! ITU SI ARDI KENAPA GANTENG BANGETTT!!"

"UDAH ADA PAWANGNYA! NGGAK USAH JADI PELAKOR!"

"HALAH PAWANG-PAWANG, NGGAK PEDULI GUE!! EMANG SIAPA SIH, SI ZIA??!"

"EH EH ITU KAK ARDI NGEDEKETTTT!! AAAA!!"

Kuping Zia terasa panas. Sejak tadi namanya asyik disindir-sindir oleh teman seangkatan, adik kelas sebelas maupun sepuluh yang rata-rata menyukai Ardi. Ingin rasanya Zia menjambak rambut para perempuan itu namun tidak mungkin Ia melakukan hal tersebut.

"Lo berdua bisa diem nggak sih buat nggak nyebut-nyebut nama gue?! Gue ada urusan apa sama lo emangnya hah?! Kalau berani, sini samperin gue bukan main sindir!! Cupu lo!!" ujar Zia berani pada gerumbulan perempuan di dekatnya. Ada dua orang yang sedaritadi asyik menyebut namanya dan itu membuat Zia gerah.

Perempuan yang satu berdiri. "Ih, apaan lo? Geer banget jadi orang! Siapa emang yang nyebut-nyebut nama lo? Gue? Korek dulu sana kuping lo!"

Yang satunya lagi menyahut sambil duduk. "Lagak amat sih lo jadi pacar Ardi! Lo sehebat apa sih bisa jadi pacarnya? Nggak usah nge sok lo! Pake marah-marahin kita!"

Zia tambah geram dan akhirnya mendekat pada gerumbulan itu. Kesya kewalahan menahan Zia. "Gue bukan orang budek ya. Gue denger nama gue lo sebut-sebut daritadi! Ngaku aja deh lo susah amat!"

Dua perempuan tadi yang ada di dalam gerumbulan teman-temannya itu lantas tertawa. "Hahahaha! Emang kenapa kalau gue sebut nama lo? Ketagihan? Iya? Mau gue sebut lagi biar jadi terkenal?"

"Sini-sini biar gue sebut. WOI ANAK CUPU NAMANYA ZIA DARI ANAK KELAS 12 IPS 3 MASA PACARAN SAMA ARDI, SIH??? RELA NGGAK SIH LO SEMUA???"

Sontak seluruh murid yang ada disana langsung melihat ke arah gerumbulan itu, lalu pandangannya langsung pindah menatap Zia. Suara perempuan tadi benar-benar lantang sehingga dari jarak jauh pun orang-orang akan mendengarnya.

Sedetik kemudian, orang-orang banyak yang berbisik-bisik seraya melirik dirinya. Ataupun tertawa menyindir dengan menatapnya dari atas hingga bawah. Dan sisanya, mereka menyorak 'huu' dengan sangat kencang pada Zia dan itu membuat Zia gemetar takut.

"Zia, udah jangan diladenin. Mereka kalau diladenin malah semakin menjadi, lebih baik dibiarin aja sampai capek sendiri. Yuk cari tempat duduk lagi?" ucap Kesya lembut.

PHOENIX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang