[13/11/20] 13. MASA LALU KELUARGA ATMANEGARA

174 47 229
                                    

HAPPY 1K STORY PHOENIX
⚠️WARNING⚠️

Wattpad sekarang makin berbahaya. Bisa copast tulisan.

Saya peringatkan untuk kalian. Sesuka-sukanya kamu dengan cerita saya ini, saya nggak akan pernah mengizinkan kamu untuk menjiplak karya saya. Mungkin pembaca saya memang belum banyak dan kamu bisa meniru.

Silahkan kamu sider disini saya tidak masalah, tapi jangan jadikan kesideranmu itu untuk menjiplak diam-diam.

Tapi saya peringatkan lagi, cerita ini murni dari saya. Tiap malam saya bergulat dengan ide dan kamu dengan mudahnya meng-copast, dimana etikamu?

Sampai suatu saat jika saya menemukan yang seperti itu, saya tidak akan main-main untuk melacaknya.

Pembaca setia cerita ini, tolong beritahu saya jika ada kesamaan dari cerita lain yang sangat persis dengan cerita ini. Terimakasih.

•••

13. MASA LALU KELUARGA ATMANEGARA

"Aku bisa menyayangimu sama seperti aku menyayangi beliau. Semoga kamu sama sepertinya sehingga aku akan menyayangimu. Menjadikanmu poros semestaku, menjadikanmu tempat aku berpulang."

"ARDINATA."

Suara berat bariton khas orang tua berumur empat puluhan itu menggema di dalam ruangan kerja supermewah bernuansa hitam putih ini. Banyak fasilitas-fasilitas mewah dari hasil kekayaan keluarga Atmanegara yang sudah dirintis lebih dari lima generasi.

Perusahaan yang merintis di dunia perhotelan dan dunia hiburan di kawasan Jabodetabek ini adalah milik keluarga Atmanegara. Mereka sudah menjalankan semuanya benar-benar dari nol hingga sesukses sekarang tentu tidak mudah, perlu kegigihan. Dan perintisan ini sudah lebih dari lima generasi didalam keluarga Atmanegara.

Tak butuh waktu lama, pemilik nama lengkap Ardinata Renal Atmanegara, keturunan Atmanegara generasi kelima untuk yang pertama kalinya, akan menjadi CEO muda sebentar lagi.

Pemilik nama itu menoleh pada lelaki yang memanggilnya tadi, yang tak lain adalah Papa nya.

Ardi bergumam malas. "Apa Pa?"

Papa nya menunjuk dagu ke depan, mengarah pada kursi hitam di depan meja kebesaran Papa nya.

Lalu Ardi segera duduk di sana dengan suasana hati yang tidak mengenakkan. Papa memanggilnya kemari pasti membicarakan topik yang sudah muak Ia dengar, sudah malas dan tak ada gairah untuk membicarakan hal yang sama lebih lanjut.

Sang Papa merapatkan sepuluh jari tangannya di bawah dagu. Menatap lelaki semata wayang kebanggaan keluarga mereka itu dengan sangat intens. "Bagaimana progress mu dengan Areyn?"

Inilah, ini topik yang sangat tidak Ardi suka. Membicarakan kemajuan dirinya dengan Areyn sama saja seperti bernegosiasi menuju lubang kematian. Rasa-rasanya telinga Ardi pedih mendengar lontaran nama Areyn terus berdengung di telinganya dari rahang sang Papa.

"Biasa," ucap Ardi sekenanya.

"Maksudmu?"

Ardi berdecak pelan, sang Papa masih dapat mendengarnya. "Apa Papa nggak merasa bosan terus-terusan menanyakan hal yang sama ke Ardi?"

PHOENIX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang