[11/11/20] 11. GLEN: BECAUSE YOU'RE MINE!

180 42 149
                                    

Liat ke atas gih, angkanya 11 semua
Ada 20 tuh ka lel?
Yaiyalah sayang

Coba ketik 'SEMANGAT' disini pakai capslock biar aku bacanya ngegas

Pesanku sebelum baca part ini:
- banyak plot tersembunyi
- Membuatmu oleng

Selamat membaca😻

•••

11. GLEN: BECAUSE YOU'RE MINE

"Aku tak suka melihatmu menaruh harap pada orang lain yang bahkan menyayangimu saja tidak."

Zia berjalan dengan langkah gontai menuju kelasnya berada. Badannya lemas dan terasa tidak enak badan. Wajahnya pucat seperti tidak ada semangat sama sekali. Isi pikirannya hanya masalah tentang kemarin sore.

Selama perjalanan menuju kelas, Zia tak henti-hentinya ditatap dengan tatapan mengintimidasi dari seluruh warga sekolah SMA APOLLO. Mereka menatap Zia dengan sinis, akhirnya Zia hanya bisa menunduk saat berjalan.

Pasalnya, Ardi adalah cowok terpandang dan terkenal sangat elite kehidupannya, kenapa harus begitu dekat dengan Zia? Yang bernotabene cewek bodoh dan tak punya prestasi sama sekali?

"Ih kok cewek sok kecakepan gitu bisa deket sih sama Ardi? Gue yang superduper cantik gini masa nggak deket-deket?"

"Kak Ardi mah cocoknya sama Kak Areyn. Kak Areyn tuh cantik banget, kaya, anak cheers, baik, panteslah. Nggak kayak yang itu tuh."

"Menang lebay sama manja aja bangga."

Zia yang mendengar berbagai celotehan itu hanya bisa menutup telinganya seraya terus merapal doa. Zia akhirnya sampai dan berbelok masuk ke dalam kelas. Sudah ada Kesya yang menunggu di kursi sebelah tempat Ia duduk.

"Pagi Zia! Sini-sini!" sapa Kesya begitu ceria seraya menepuk-nepuk kursi Zia yang ada di sebelahnya.

Zia tersenyum lalu duduk di bangku tersebut. "Iya Kesy."

Kesya menutup buku sejarah yang Ia baca, dan tersenyum ke arah Zia dari samping. Yang disenyumi malah asyik menekuri meja dengan raut wajah lesu.

"Hei Zia, jangan sedih dong," hiburnya. "Nanti Kesya ikutan sedih."

Zia menoleh pada Kesya dan membalas senyumannya. "Zia nggak apa-apa kok."

Kesya kemudian menangkup pipi Zia dengan gemas. "Bohong. Zia bohong."

Zia menggeleng seraya tersenyum getir. "Zia nggak bohong kok, Kesya. Zia cuman⎯,"

Tanpa aba-aba, Kesya langsung merengkuh Zia masuk ke dalam pelukannya. Zia menangis di bahu Kesya. Kesya paham betul Zia sedang menahan tangis, dia yang mendengar sahabatnya menangis itu lalu ikut menangis juga karena merasakan rasa sakit yang sama.

"Tuh kan, Zia tuh nggak mungkin nggak kenapa-kenapa," ujar Kesya terbata-bata karena menangis. Tangan kanannya mengelus punggung Zia yang bergetar hebat.

"Kesya, Zia dibilang menyusahkan lagi sama orang," ujar Zia yang masih setia di bahu Kesya. Mendengar hal itu, Kesya melepas pelukannya dan memegang kedua bahu Zia. Lalu menatap Zia dengan serius.

PHOENIX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang