2. BELONG WITH ME

529 51 7
                                    

Setelah tujuh tahun, akhirnya Mean dipertemukan kembali dengan Plan melalui cara yang tak disangka-sangka. Selama ini, Mean mencari Plan melalui detektif yang ia sewa, tapi tak ada jejak.

Namun, pada suatu hari, saat ia melakukan pengontrolan ke perusahaan cabangnya di sebuah kota kecil nun jauh di sana di dekat Jala, ia melihat Plan tengah mengayuh sepedanya memasuki pabriknya.

Ia tak memakai seragam, artinya, ia bukan pegawai di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia tak memakai seragam, artinya, ia bukan pegawai di sana. Mean mengikutinya diam-diam san kemudian menyelidikinya. Hasilnya cukup memuaskan.

Plan sudah menikah dengan seorang lelaki bernama Ohm Thitiwat. Ia seorang satpam di pabriknya. Mereka belum mempunyai anak padahal pernikahannya sudah berlangsung lebih dari tiga tahun.

Dari hasil penyelidikan, Mean juga mengetahui bahwa Ohm memiliki kebiasaan buruk, yaitu gemar judi. Ia sering taruhan tetapi juga sering dikalahkan. Ini semakin membuat ia penasaran dan ia semakin kecanduan. Alhasil, utangnya menumpuk dan ia hampir mati dibunuh kalau saja Mean tak menyelematkan. Ia menawari Ohm uang dengan angka yang fantastis. Mean bahkan menawari pekerjaan dengan posisi yang lebih tinggi di perushaan lain dan semua utangnya akan ia lunasi dengan sayu syarat. Ohm harus memberikan Plan kepadanya.

Ohm setuju. Ia menandatangani perjanjian. Ia kemudian membujuk Plan untuk datang ke sebuah alamat dan menunggunya di sebuah kamar. Plan menyetujuinya. Ia pergi ke alamat itu dan menunggu Ohm di sebuah kamar megah.

Plan duduk di tepi ranjang untuk beberapa waktu dan kemudian berjalan mendekati jendela dan menatap keluar. Ia melamun sejenak, memikirkan yang dikatan Ohm sebelumnya bahwa ia memenangkan undian dan ia ingin memberikan kejutan.

Sejaran Ohm dan Plan tak kalah kelam. Setelah Plan diperkosa Mean, ia bercerita kepada ayah dan ibunya. Mereka marah besar dan mengusir Plan dari rumah. Plan terlunta-lunta. Ia hidup dari satu penginapan ke penginapan lainnya dan uangnya habis dan keadaan memaksanya untuk bekerja di mana saja, kecuali klub malam dan sejenisnya karena ia tak sudi melakukannya.

Saat ia bekerja di salon Phi Gong, ia bertemu dengan Ohm, salah satu pelanggannya. Ohm seorang staf kantor yang lumayan mapan. Mereka menjalin hubungan dan kemudian memutuskan untuk menikah. Kehidupan pernikahan mereka biasa saja dan bisa dikatakan cukup membosankan. Plan sebenarnya ingin punya anak yang banyak tapi Ohm selalu beralasan belum siap karena karirnya yang belum bagus.

Suatu hari Ohm kena PHK dengan alasan pengurangan tenaga kerja di kantornya. Namun sebenarnya, ia dirumahkan karena ia menggelapkan uang kantor untuk berjudi dengan beberapa temannya.

Ohm sudah mencari pekerjaan dari satu kantor ke kantor lainnya, tapi tak ada yang mau menerima karena rekam jejaknya yang buruk ketika ia bekerja pada perusahaan sebelumnya itu. Plan tak pernah tahu ini. Ia selalu percaya apapun yang dikatakan Ohm.

Nasib baik datang kepada mereka saat paman Ohm yang sudah tua mencari pengganti untuk dirinya di perusahaan Mean. Ia adalah satpam di sana dan Ohm ditawari olehnya. Ia tentu saja menyanggupinya dan Plan pindah ke kota kecil di dekat Jala, Thailand Selatan.

Mereka mulai tinggal di sana dan  meskipun mereka sudah lama menikah dan Plan ingin punya anak, Ohm masih tetap pada pendiriannya. Plan mengalah. Ia hanya bisa menunggu.

Plan pikir hari itu saat Ohm bilang ingin memberikan dirinya kejutan, ini adalah tentang anak dan masa depan mereka, tapi lihatlah yang terjadi. Seseorang datang memasuki kamarnya dan Plan tersadar dari lamunan panjangnya.

Plan menoleh dengan wajah yang sumringah karena ia pikir itu adalah suaminya. Sayangnya, yang berdiri  tak jauh di hadapannya adalah seseorang di masa lalunya.

"Meaaan!" pekik Plan. Ekspresi di wajahnya seketika berubah dan ia mundur.

"Halo, Plaan!" sahut Mean sambil tersenyum. Mean sudah menguci pintunya dan Plan juga tak bisa membuka jendelanya seolah memang sudah dikunci juga. Plan semakin ketakutan saat Mean mendekati dirinya.

"Pergi!!!" teriak Plan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pergi!!!" teriak Plan.

"Aku sangat merindukanmu. Ayo kita bicara," ujar Mean. Plan kaget. Ia jongkok dan menyembunyikan wajahya. Ia sungguh ketakutan.

"Baby, tidak apa-apa. Ayo kita bicara!" suara Mean terdengar sangat lembut membuat Plan mengernyitkan alisnya dan mengangkat kepalanya.

Tatapan matanya mengandung rasa tak percaya. Plan yang juga berjongkok di hadapan dirinya tersenyum dan menatapnya lembut. Mean memberikan beberapa dokumen dan ia kemudian berdiri.

"Bacalah dan kau akan mengerti semuanya," sahut Mean dan ia meninggalkan dokumen di dekat Plan lalu beranjak meninggalkan kamar.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara tangisan yang kencanh dari dalam kamar. Beberapa makian, umpatan, dan hinaan terselip di antaranya. Mean yang mendengarnya hanya tersenyum tetapi juga tatapannya sangat sedih.

Ia bisa bayangkan bagaimana perasaan dan keadaan Plan saat ini mengetahui bahwa selama ini suaminya membohongi dirinya dan bahkan menjual dirinya. Dokumen yang Mean berikan adalah dokumen yang merupakan bukti kebohongan Ohm kepada Plan selama ini.

Plan tak sanggup menerima kenyataan. Ia menangis semakin keras dan terdengar sangat memilukan dan ini berlangsung seharian. Mean membiarkannya. Ia ingin Plan melepaskan semuanya dan mulai hidup dengan dirinya.

Itu berlangsung seharian. Mean agak penasaran saat ia tak lagi mendengar isak tangis Plan. Ia pikir Plan tidur karena kelelahan. Namun, saat pelayan mengecek ke kamarnya, ia berteriak keras sebab Plan sudah dalam keadaan pingsan dan tangannya dipenuhi dengan darah. Rupanya ia memotong urat nadinya sendiri dengan gunting yang ia temukan di laci.

Mean kaget bukan main. Ia melarikan Plan ke rumah sakit dan dokter dengan cepat menanganinya. Setelah beberapa hari, Plan siuman. Ia membuk matanya dan mendapati Mean duduk di sisinya, melipat tangan dan memejamkan matanya. Wajahnya terlihat kelelahan. Ia berusaha bangun dan saat ia berbalik ia menyenggol sebuah alat dan terjatuh dan Mean terbangun karenanya.

Mean bahagia. Plan akhirnya siuman. Dengan sigap ia memanggil dokter memintanya dengan segera memeriksanya sementara ia menunggunya di luar dengan wajah yang sumringah. 

Bersambung

Track 3 Short Stories Mean and Plan CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang