2. TOGETHER

408 45 5
                                    

Mereka masih di ruangan itu saling menatap sambil  menyunggingkan senyuman. Mean berjalan mendekati Plan dengan perlahan dan ia mengambil tangan Plan dan menciumnya lembut. Wajah Plan langsung memerah. Ia sungguh malu dan jantungnya berdebar kencang sekali.

"Boleh aku menciummu?" tanya Mean sambil menatap lembut. Ucapannya sangat tenang dan itu membuat perasaan Plan nyaman sehingga ia menganggukkan kepalanya.

Mean tersenyum. Ia menarik Plan ke pelukannya, lalu menangkup wajah mungil Plan dengan kedua tangannya dengan lembut dan mendekatka bibirnya ke bibir Plan. Mereka berciuman perlahan lalu berangsur dalam dan intens. Keduanya memejamkan matanya dan menikmati pagutan itu. Tak lama keduanya kemudian membuka matanya seraya melepas ciumannya dan keduanya tergelak.

Berita tentang Mean dan Plan yang berhubungan disusul Perth dan Love dan Yacht dan Sammy sudah tersebar di sekolah. Sebulan mereka bersama, mereka sudah menunjukkan bagaimana interaksi di antara keduanya yang terlihat sangat mesra.

***
Hari Minggu sianh seusai makan siang, Mean mengajak Plan menonton di rumahnya. Plan sebenarnya agak khawatir saat Mean menerina ajakan itu. Ada dua penyebabnya. Pertama, pergi ke rumah Mean, artinya bertemu dengan keluarga besarnya. Ia sangat khawatir jika mereka tak menyukainya karena perbedaan status yang mencolok itu. Kedua, pergi ke rumah Mean juga berimplikasi bahwa ia siap untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya.

Well, keduanya paham arah ajakan itu ke mana. Selama sebulan mereka berpacaran, Mean dan Plan belum sampai ke tahap ranjang. Mereka sudah lulus tahap saling jamah dan sentuh dan jamah. Namun, mereka memang belum sampai pada bagian bercinta.

Plan menganggukkan kepalanya meski ia tahu bahwa ada risiko besar di depannya. Mean tersenyum bahagia. Ia langsung melajukan mobilnya membawa Plan pulang ke rumahnya. Setibanya di sana, Plan tak bisa berkata-kata sebab ia terlalu kagum akan semua dekorasi dan keindahan rumah Mean. Bagi Plan, itu bukan rumah orang, itu seperti istana di surga, meski ia tak yakin sebab ia belum pernah ke sana. Tapi, setidaknya ia telah membaca deskripsi bagaimana gambaran sebuah surga itu.

Mean menuntun Plan menuju kamarnya dan sekali lagi ia menganga. Terlalu indah untuk dideskripsikan, sama seperti sang pemilik kamar. Ia duduk di sofa di hadapan sebuah TV yang amat besar. Dan sofa itu sangat empuk dan nyaman dan lebih mirip seperti ranjang daripada sofa. Padahal ranjang besar nan megah dengab kasur yang pastinya super empuk itu ada tepat di belakang mereka.

Beberapa pelayan masuk dan menyuguhi dia dengan makanan dan minuman. Ia berterima kasih . Hari itu, mereka sepakat akan menonton sebuah film yang sama-sama mereka sukai, Interstellar.

Film diputar. Plan menikmati film itu sambil sesekali minum dan makan dan memperbaiki posisi duduknya. Mean juga sama. Mereka duduk bersebelahan sangat dekat dan Mean membentangkan tangannya apda sandaran sofa merangkuo Plan dan mengelus bahunya pelan.

Film masih berjalan. Tangan Mean mulai mengelus lembut kepala Plan dan telinganya dan ia menekan kepala Plan lembut agar mau bersandar di bahunya. Plan menurut. Di dalam hatinya, ia sangat paham dengan yang Mean lakukan kepadanya. Mereka bertatapan sebentar sambil tersenyum dan Plan mengistirahatkan kepalanya di bahu Mean.

Perlahan, Mean mencium pucuk kepala Plan lembut dan Plan hanya tersenyum. Mereka menikmati film kembali dan setelah beberapa menit, Mean kembali pada kegiatannya. Ia mengangkat kepala Plan dan mereka bertatapan. Mean mendekatkan wajahnya ke wajah Plan dan menggamit bibirnya pelan. Mereka memejamkan mata dan berciuman lama. Tangan Mean menelusup ke balik pakaian maxi dress kuning motif bunga dan menjamah pahanya perlahan. Plan agak tersentak kaget. Tapi, ia berusaha menahannya.

Mereka masih berciuman dan tangan Mean menjelajah semakin dalam. Sang tangan nakal itu menyentuh bagian di antara selangkangan Plan dan mulai mengelusnya pelan.

"Mmmph!" desah Plan saat Mean memasukkan tangannya ke dalam celana dalam putih Plan. Mean mengeui ludahnya. Ia menggamit bibir Plan lebih agresif dan kemudian merebahkannya di sofa.

Perlahan mereka berciuman lagi dan tangan Mean menurunkan celana dalam Plan dan kemudian merangsek pelan pada bagian pakaian yang lain hingga akhirnya keduanya tak berpakaian sama sekali.

"Plan, kau cantik sekali!" suara berahi Mean sangat mendominasi. Tanganya mulai menjamah tubuh mungil di bawahnya dan ia mencondongkan tubuhnya dan tanpa membuang waktu menjelajahi semua bagian itu dengan bibirnya. Satu pun tak ada yang disisakan untuk ditandai.

Sentuhan bibir Mean itu telah membuat tubuh Plan menggelinjang hebat dan ciumannya yang berbekas dan sedotannya di antara selangkangan itu membuatnya telah mencapai puncaknya berkali-kali.

"Ooo, astaga! Meaaan, hmmm, aaa, nnngh,desah Plan sambil memejamkan matanya. Mean mendorong naganya perlahan ke dalam lubang Plan dan keduanya  merasakan sensasi yang luar biasa. Hangat dan nikmat.

"Oooo, Plaaan, nnnngh, enaaaak!" desah Mean sambil mulai menggoyang.

"Aaah, mmmmh, nngghhh," desah keduanya saat bergoyang. Permainan aktif dilakukan keduanya dan ini semakin intens dan mereka benar-benar terlihat menikmatinya. Plan memeluk Mean erat dan Mean terus menggenjotnya sampai akhirnya, keduanya mencapai puncak pelepasan.

Keduanya beristirahat saling memandang masih dalma keadaan bugil dan ditutupi hanya dengan selimut tipis sampai pada bagian pinggang. Mereka berciuman sambil tersenyum dan saling membelai wajah.

"Pindah ke ranjang, na! Aku masih mau," bisik Mean sambil mencium kening Plan. Plan menganggukkan kepalanya dan mereka berjalan ke ranjang dan melakukannya lagi di sana.

Sudah malam saat babak kedelapan dan mereka memutuskan untuk berhenti. Kondom hanya tersisa empat dan mereka tertawa geli saat melihat hal itu. Plan harus pulang. Ibu dan ayahnya akan khawatir jika ia tak pulang. Mean mengantarnya dan mereka berciuman di dalam mobil sebelum berpisah.

"Hei, rak," bisik Mean seusai melepaskan ciuman.

"Iya, rak, Mean," ujar Plan sambil terlihat malu.

Mereka berciuman lagi.

"Bye, Mean. Fandinaa," sahut Plan dengan lembut.

"O, aku masih ingin bersamamu," bisik Mean.

"Besok kita bertemu di sekolah," ujar Plan.

"Uhm," gumam Mean dengan nads kecewa.

"O, jangan seperti ini! Kita bisa melakukannya lagi besok, uhm!" bisik Plan menghibur.

Mean langsung sumringah.

Dua sejoli yang berbahagia. Perjalanan cinta mereka masih panjang. Semoga semuanya lancar dan menyenangkan, Mean dan Plan.

Tamat

Track 3 Short Stories Mean and Plan CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang