Mobil parkir di sebuah gudang. Plan terkejut. Ia kenal baik gedung itu. Itu gudang anggur milik keluarga Mean. Mereka masuk dan Plan tercengang. Isinya sangat eksentrik dan koleksinya lebih banyak. Ia melihat-lihat ke semua bagian dan sampai pada suatu ruangan yang menjadi kenangan sangat berarti bagi mereka berdua.
Di balik ruangan itu, Plan memberikan dirinya untuk pertama kalinya kepada Mean seusai minum anggur, salah satu koleksi ayahnya. Plan diam mematung dan agak terhenyak saat suara Mean memanggil lagi namanya.
"Kau tak apa-apa?" tanya Mean.
"Uhm, i-iya," ujar Plan sambil meneguk ludahnya.
Mereka memasuki ruangan itu dan keduanya saling menatap dan tersenyum. Pasti keduanya ingat pada masa itu.
"Aku suka desain interiornya. Siapa yang merancang?" tanya Plan sambil mengamati ruangan.
"Aku," ujar Mean sambil tersenyum.
"Keren!" sahut Plan sambil melirik dan tersenyum. Plan berjalan menuju ke salah satu dindingnya. Ia kemudian meraba-raba dinding yang dipenuhi dengan gambar dan tulisan tentang slogan anggur.
"Sudah kuduga ini bukan cat biasa!" ujar Plan lagi.
"Uhm," gumam Mean suaranya terdengar sangat dekat. Plan berbalik. Mean berdiri sangat dekat dengannya.
Ia menatap Plan sambil tersenyum. Plan menundukkan kepalanya. Ia khawatir dengan benteng pertahanan dirinya. Mean selalu menghanyutkan dirinya."Kau mengubah gaya rambutmu?" lirih Mean. Ia semakin mendekat dan Plan mundur. Ia tak bisa lagi lari ke mana-mana sebab ia sudah bersender pada tembok.
"Uhm," gumam Plam sambil menunduk. Mean tersenyum. Ia selalu suka saat Plan bersikap seperti itu. sangat menawan dan mengundang.
"Kau semakin cantik!" suara Mean terdengar berat.
"Terima kasih," sahut Plan sambil memalingkan wajahnya. Mean tersenyum lagi.
Mean mencium ujung rambut Plan dan jantung Plan semakin berdebar kencang.
"Meaaan!" lirih Plan sambil mendorong Mean pelan.
"Kau sudah punya kekasih. Aku tak pernah mendengar berita tentangmu," ujar Mean sambil menatap Plan dan ia mengangkat dagu Plan pelan.
Plan diam tak menjawab. Ia hanya menatap Mean sedih. Bagaimana ia bisa punya kekasih, ia belum bisa beralih dengan lelaki yang sudah memberinya pengalaman yang indah.
Mean mendekatkan wajahnya dan kemudian menggamit bibir Plan pelan. Plan membalasnya. Ia sungguh merindukan bibir itu dan mereka berciuman lama. Perlahan tangan Plan bergerak menuju dada Mean dan mengelusnya dan mereka saling menjamah dan kemudian bercumbu mesra.
"Mmmmph," desah Plan perlahan. Mean menarik tali pita yang menghiasi baju pada bagian leher Plan. Perlahan, ia kemudian membuka kancingnya satu demi satu. Plan melakukan hal yang sama. Ia membuka kancing kemeja Mean dengan kedua bibir yang masih bertautan.
"Meaaan, nnngh," desah Plan. Mereka sudah merebah sekarang pada sebuah sofa dengan posisi Mean di atas Plan.
"Astagaa! Akun sungguh merindukan baumu, Plaanie," bisik Mean dan ia menciumi leher dan bagian dada Plan tiada henti.
"Nnnnngh, Meaaan, mmmmph, aaah," desah Plan lagi. Mean memasukkan naganya pelan dan Plan merintih panjang. Ia menggelinjang merasakan kenikmatan.
"Nnngh, aaaah, mmmmph, Meaaan, aaaah," rintih Plan saat Mean mulai menggoyang Plan dengan cepatnya. Plan memeluk Mean erat dan Mean masih melakukan goyangan.
"Astagaaaa! Baby, enaaak sekaliiiiii," desah Mean. Plan sangat suka saat Mean meracau seperti itu. Itu adalah salah satu hal yang Plan simpan dalan memorinya sekaligus rindukan.
"Aaangh, hmmmmm, ssssg, aaaah," rintih keduanya bersamaan dan tak lama keduanya mencapai pelepasan.
Mereka berciuman lagi cukup lama dan tak lama kemudian mereka sudah memakai baju mereka masing-masing. Keduanya bertatapan dan saling menyunggingkan senyuman. Mereka berjalan keluar dari ruangan dan sebelum Mean menutup pintu ruangan itu, dengan cepat, ia melayangkan kecupan di pucuk kepala Plan. Plan memukul dada Mean pelan sambil mengerling dan Mean hanya tersenyum.Mereka tengah melihat-lihat kembali koleksi saat suara Neena mengagetlan mereka.
"Kalian di sini rupanya!" ujar Neena sambil mendekati Mean dan Plan dam dengan cepat menggandeng tangan Mean seolah takut kehilangan.
"Apa kabar, Plan?" tanya Neena sambil tersenyum.
"Baik. Kau bagaimana?" tanya Plan sambil tersenyum.
"Baik. Kami akan menikah tahun depan. Kau tahu?" sahut Neena seolah sengaja pamer.
"Tidak, tapi terima kasih sudah memberitahuku. Aku ingin memberimu hadiah berupa gaun pengantin. Ada rancangan yang kau inginkan? Aku bisa memperlihatkan katalognya," ujar Plan.
"O, tidak perlu. Aku sudah punya perncang sendiri. Namanya Lady Canteloupe. Kau pasti kenal dia. Rancangannya sangat luar biasa," sahut Neena dengan agak sombong.
"O, ah, begitu!" ujar Plan. Neena tak tahu Lady Canteloupe dan Plan adalah orang yang sama. Sudahlah! Nanti pada akhirnya ia akan tahu sendiri.
"Kau sudah makan siang? Kami akan makan siang," ujar Neena.
"Bergabunglah dengan kami," ujar Mean sambil tersenyum.
"Ya, tentu saja," sahut Plan.
Mereka masuk ke sebuah restoran dan Plan mengamati lagi interionya.
"Restoran ini baru?" Plan mengernyitkan alisnya seolah mengingat-ingat.
"Baru dua tahun," ujar Mean.
"Uhm," gumam Plan sambil menganggukkan kepalanya.
Mereka makan bersama. Neena tampak kesal karena Mean begitu berfokus kepada Plan. Melayaninya dengan sangat istimewa, sementara dia diabaikan.
"Baiklah, terima kasih untuk hari ini! Aku sangat menghargai undangannya. Sampai jumpa," sahut Plan lagi. Mean mengangguk sambil tersenyum.
Malamnya seusai makan malam, Plan kembali ke kamar. Ia mengerjakan beberapa urusan di laptopnya. Setelah itu, ia mandi dan berganti pakaian. Ia kemudian merebah dan mematikan lampu. Setelah itu, ia memejamkan matanya.
Ia tengah tidur saat merasakan bibirnya tertutupi sesuatu. Matanya membuka dan Mean ada di atasnya. Plan melotot.
"Apa yang kau lakukan?" bisik Plan sambil melihat ke balkon. Mean pasti masuk lewat pohon dan balkon sebab pintu kamar tertutup rapat.
"Kau tahu satu kali tak pernah cukup denganmu," nada Mean merajuk.
"Baaaa!" bisik Plan sambil memukul kening Mean perlahan.
"Plaaan, pleasee!" desah Mean.
Plan hanya diam. Ia menatap Mean dan kemudian mengelus kepalanya dan tak lama berselang, bibir mereka bergamitan mesra.
"Ooo, astagaa!" lenguh keduanya.
"Meaaaan, nnnngh, aaaah!" desah Plan.
"Nngh, Baby, ooooh, aaaah," rintih Mean.
Keduanya tenggelam dalam kenikmatan bercinta dan setelag hampir satu jam bermain, mereka akhirnya melalukan pelepasan.
Keduanya tidur bersebelahan. Mereka saling menatap sejenak sebelum kembali pada posisi masing-masing.
"Kau harus hentikan kebiasaanmu ini! Kita sudah tak bersama lagi," sahut Plan. Ada yang sakit di dalam hatinya saat ia mengatakan kalinat terakhir.
"Kalau begitu, berhenti menggoda diriku atau aku tak akan tahan," ujar Mean lagi sambil mencium tangan Plan lembut.
"Lagi, na!" ujar Mean.
Plan hanya menggelengkan kepalanya dan mengerling. Mean tersenyum. Ia kembali menindih Plan. Malam itu mereka melakukan sebanyak enam kali plus di gudang anggur totalnya menjadi sepuluh kali. Mereka gila!
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/246197161-288-k116222.jpg)