2. LOVE

566 45 2
                                    

Perth berbicara dengan Plan dan orangg tuanya. Tentu saja Mean ada di sana juga. Mereka berbicara tentang perjalanan Merit Plan dan tawaran tinggal  Plan di apartemen bersama Mean.

Orang tua Plan pada awalnya agak keberatan. Namun, setelah Perth berbicara di belakang Plan tentang rencana pendekatan Mean kepada Plan, akhirnya mereka setuju. Mereka sangat ingin Plan segera menikah dan memiliki anak agar mereka tenang.

Sama halnya dengan orang tuanya, Plan juha menolak pada awalnya. Ada dua alasan. Pertama, ia tak mau membuat Mean repot dan kedua, lelaki itu telah memgokupasi pikirannya selama beberapa hari ia tinggal dengan keluarganya. Plan pikir ia mungkin menyukai Mean. Jika ia tinggal bersama dengan Mean, ia khawatir ia akan benar-benar jatuh cinta kepadanya.

Namun, Perth meyakinkan dirinya bahwa Mean bahagia jika ada seseorang yang membantu merawat rumahnya dan mengurus dirinya seperti memasak dan lainnya. Untuk hal ini, Plan juga tak keberatan. Toh, ia juga numpang tinggal di apartemen dan gratis pula. Sebagai rasa terima kasihnya, tentu saja ia bisa melakukannya permintaan Mean.

Akhirnya mereka tinggal bersama. Mrean menunjukkan kamar Plan dan dalam waktu dua hari, Plan sudah mengenal dan paham lingkungan apartemen Mean. Ia melakukan perjalanan merit ke beberapa kuil yang sudah ia agendakan sebelumnya dan kemudian ketika kembali ia akan melakukan tugas rumahnya.

Dua minggu bersama, mereka sudah lebih menunjukkan ketertarikan mereka terhadap satu sama lain dan ini tentunya sangat sulit untuk dihindari sebab mereka terlalu sering berinteraksi. Orang tua Mean juga sudah kenal dengan Plan. Mereka juga mengenal Perth sebab dulu Perth dan Mean satu apartemen sewaktu  mereka belajar di Australia.

Orang tua Mean juga sangat menyukai Plan. Mereka memberi penilaian yanh sangat positif dan ibu Mean bahkan bilang bahwa jika Mean menikahinya, dia adalah orang pertama yang mendukungnya.

Mean seperti mendapatkan lampu hijau. Semuanya mendukungnya. Hanya tinggal bagaimana mendekati sang perempuan yang menurut Perth saat ini begiti ketakutan jika ada lelaki mendekati dirinya. Alasannya bukan karena ia tak menyukainya melainkan ia lebih khawatir bahwa lelaki itu akan tetiba mengecewakan dirinya atau bahkan terkena hal buruk sebab kutukan yang seolah mengenai dirinya itu.

Kesempatan datang pada suatu malam saat Mean menjemput Plan dari perjalanan meritnya di sebuah kuil yang cukup jauh dari pusat kota dan bahkan apartemennya. Malam itu hujan pula. Plan dan Mean berlari menyusuri jalan kecil, dengan satu payung yang melindungi keduanya dan kemudian dengan cepat memasuki mobil yang terparkir di ujung gang. Mean tak bisa memasukkan mobilnya karena jalannya memang cukup hanya untuk pejalan kaki.

Plan sedang memasang sabuk pengaman saat ia menyadari bahwa bahu dan sebagian tubuh Mean basah.

"Mean, kau kehujanan!" pekik Plan dengan wajah yang agak khawatir. Tangannya menunjuk pada bagian bahu dan perutnya.

"Tidak apa-aap. Nanti ganti baju di rumah saja," sahut Mean.

"Tidak, Mean. Perjalanannya cukup lama. Kau bawa baju ganti, bukan. Ganti saja sekarang," ujar Plan. Meam diam dan ia kemudian mengangguk. Ia mengganti pakaiannya san menyimpan pakaian bekasnya di jok belakang. Plan mengeluarkan sapu tangan dari tasnya. Ia kemudian mengelap rambut Mean yang agak basah juga.

Mean terhenyak, tetapi ia membiarkan Plan melakukannya. Wajah mereka sangat berdekatan. Beberapa kali mereka saling menatap dan menyunggingkan senyuman malu sambil memalingkan wajah masing-masing sejenak.

Sekali lagi mereka berpandangan. Kali ini keduanya tak menghindar. Kedua napas mulai tak beraturan, seolah mencoba menenangkan jantunh mereka yang sama-sama berdebar kencang. Perlahan, Mean mendekatkan wajahnya ke wajah Plan dan Plan juga melakukan hal yang sama. Mereka memejamkan mata dan membiarkan bibir mereka bergamitan.

Mereka berciuman cukup lama. Tangan Mean menangkup pipi mungil Plan dan kemudian memperkuat hisapan bibirnya.

"Mmmph," desah Plan.

"Aku ingin melakukan lebih dari ini," ujar Mean dengan suara yang cukup berat dan tatapan yang penuh berahi.

"Di rumah na!" bisik Plan sambil mengelus wajah Mean lembut. Tatapan Plan juga sama. Ia tak bisa menaham dirinya lagi.

Mean menggelengkan kepalanya.

"Aku tak akan sanggup menahannya. Kita ke hotel, na!" sahut Mean lagi. Plan mengangukkan kepalanya. Mean tersenyum. Ia melajukan mobilnya dan berhenti di sebuah hotel di dekat pantai.

Mereka memasuki kamar dan tak membuanh waktu untuk bercumbu di atas ranjang sebelum akhirnya mereka menikmati satu sama lain.

"Aaaa, nnnnngh, hmmmm, enaaak sekaliii," desah Mean panjang di telinga Plan sambil menyodokkan naganya lebih dalam.

"Aaaa, Meaaan, nnnnngh! Hmmmm, nnnnghh, aaaaa," lenguh Plan sambik mengeratkan pelukannya pada leher Mean.

Keduanya sama-sama merasakan kenikmatan dari kegiatan percintaan mereka.

"Meaaaan, nnnnngh, aku keluar, nnnngh," desah Plan seiring tubuhnya yang menegang dan gemetar dan ia tengah mencapai puncaknya.

Mean tersenyum. Ia menggoyang Plan lebih kencang dan segera mencapai pelepasannya juga. Keduanya tidur berpelukan. Mereka saling menatap dan menyunggingkan senyuman.

"Aku  ingin menjalin hubungan yanh serius denganmu. Sejak awal aku melihatmu aku sudah menyukaimu," sahut Mean. Akhirnya ia mengungkapkan perasaannya.

"Benarkah? Kau tak bohong kepadaku?" tanya Plan. Mean menggelengkan kepalanya.

"Aku sungguh menyukaimu. Maukah kau memberiku kesempatan untuk bersamamu?" tanya Mean lagi dengan tatapan penuh harap.

"Ayo kita menikah. Aku akan ikut denganmu kemanapun kau pergi," ujar Plan sambil mengelus wajahnya.

"Aku juga sangat menyukaimu," ujar Plan sambil tersenyum malu.

"Benarkah?" Mean membelakkan matanya tak percaya. Plan menganggukkan kepalanya. Ia kemudian mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Mean lembut.

"Rak," bisik Plan. Wajah Mean sumringah. Ia mencium Plan dan Plan membalasnya dan mereka kemudian melakukannya lagi sampai pagi.

"Rak," bisik Mean.

Mereka menemui orang tua mereka dan kemudian menjelaskan rencana mereka. Kedua orang tua menyambut mereka dengan bahagia dsn akhirnya mereka melangsungkan pernikahan.  Plan ikut Mean ke Australia dan tinggal di Sydney.

Tiga bulan setelah menikah, Plan hamil anak pertama dan melahirkan sembilan bulan kemudian seorang bayi perempuan yang diberi nama Kot. Setelah dua tahun, Plan melahirkan lagi anak kembar lelaki dan diberi nama Dee dan Tee. Mereka sangat imut. Dee sangat mirip Plan dan Tee sangat mirip dengan Mean.

Begitulah.

Mereka hidup bahagia

Tamat


Track 3 Short Stories Mean and Plan CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang