Sepuluh tahun sudah berlalu. Mean sekarang seorang pengacara di sebuah perusahaan yang bernama Tanappon Enterprises. Ini perusahaan terkenal yang bergerak di bidang Teknologi dengan jumlah karyawan ribuan.
Perth Tanappon sebagai dewan direksi perusahaan sekaligus pemilik perusahaan itu adalah atasan Mean. Ia sudah menikah dengan Love, perempuan yang ia kencani sejak kuliah dan sudah memiliki dua anak.
Suatu hari, Mean diajak Perth dan Love ke sebuah acara keluarganya di Paris. Perth ingin menghadiahi Mean liburan sebab Mean sangat berdedikasi pada perusahaannya. Mean juga membantunya memenangkan banyak tender untuk perushaan dan membuat perusahaannya menjadi lebih maju.
Mean menyetujuinya. Ia pikir ia juga butuh liburan setelah ia putus dari Dream beberapa bulan lalu. Hubungan Mean dan Jane tak berlangsung lama. Jane memutuskan Mean saat selesai sekolah sebab Jane pindah ke Korea. Mean tidak merasa terlalu sedih, tidak sama dengan saat ia berpisah dengan Plan. Meski tak pernah terucap kata cinta di antara keduanya, Mean merasa ia kehilangan setengah jiwanya saat Plan pergi meninggalkan dirinya.
Ia sedih dan menyesal sebab ia tak mengatakan kata-kata yang selama ini ingin ia ucapkan. Mean jatuh cinta kepada Plan. Tapi ia ragu-ragu sebab ia juga sedang bersama dengan Jane. Setelah putus dengan Jane, ia kemudian menutup dirinya dan memilih fokus pada studinya. Beberapa kali ia sempat berkencan, tapi tak serius. Kewpla dan Neena adalah dua perempuan yang pernah membuat dirinya sibuk pada akhir Minggu sewaktu masa kuliah.
Dan setelah ia mendapat pekerjaan di kantor Tanappon, ia menjalin hubungan dengan Punpun, Middle Manager di perusahaan itu. Namun, itu juga tak bertahan lama. Hanya enam bulan saja. Terakhir, ia berkencan dengan Dream, seorang news anchor di sebuah stasiun TV besar. Sayangnya, ini juga tak bertahan lama. Mereka kemudian putus setelah menjalin hubungan selama kurang lebih delapan bulan.
Mereka terbang ke Paris dan Mean diperkenalkan kepada banyak saudara Perth di acara itu. Perth sengaja menjodohkan dengan beberapa perempuan, sepupu, dan teman dekatnya juga, tapi Mean tak meresponsnya.
Pada akhir Minggu, Mean memutuskan untuk berjalan-jalan. Ia memasuko sebuah toko pakaian dan melihat-lihat. Ia tengah asyik melihat-lihat saat seseorang menabraknya dari belakang. Ia terdorong sehingga jatuh terduduk. Posisinya mengingatkan dirinya saat ia jatuh di arena es dulu.
"Maafkam aku! Kau tak apa-apa?" seorang perempuan berbicara denvan bahasa Prancis. Tangan mungil dengan cincin emas bermata hijau menjulur kepadanya dan ia menganga saat melihat siapa yanh memberikan uluran tangan itu.
"Plaaan!" Mean kaget setengah mati. Plan juga sama, tapi keduanya kemudian dengan cepat menenangkan dirinya. Tanpa sadar bahwa ia tengah di ruang umum, Mean memeluk Plan dengan eratnya. Plan membalas pelukannya sambil tersenyum bahagia.
"Aku sangat merindukanmu," ujar Mean sambil masih memeluknya. Mereka memutuskam pergi ke sebuah kafe dan berbicara di sana. Mereka saling memandang lama dan jelas kedua tatapan menyimpan kerinduan yang begitu besar.
Mereka bercerita yang terjadi selama sepuluh tahun berpisah. Plan tinggal di Wimbledon, Inggris dengan kakek dan neneknya. Ia tidak menikahi siapapun sebab ia hamil anak Mean dan ia memilih memutuskan pertunangan.
Mean sangat kaget saat ia mendengar informasi itu. Ibu Plan marah besar saat mendengar itu dan mengirimkan Plan ke neneknya. Setelah melahirkan, Plan melanjutkan sekolah sekaligus merawat anaknya dan ia kemudian membuka usaha sendiri, mendesain pakaian pengantin dan itulah yang ia lakukan sampai hari itu.
"Kau bawa Tee bersamamu?" tanya Mean. Ia sungguh ingin melihat anaknya.
"Tidak. Aku ke sini untuk bekerja, bukan liburan sepertimu," sahut Plan sambil tersenyum. Ia mengambil tasnya dan kemudian membuka sebuah domper dan mengambil sebuah foto dari dalamnya.
"Ini foto sewaktu dia berusia dua tahun. Ia sangat mirip denganmu," ujar Plan dan menyerahkannya kepada Mean. Mean menerimanya dan ia melihatnya dan matanya berkaca-kaca.
"Ia tampan," ujar Mean.
"Ayahnya juga tampan," ujar Plan sambil menatap Mean dengan cara menggodanya.
"Hari ini kau sibuk?" tanya Mean.
"Nanti malam ada galeri pengantin. Aku harus berada di sana, tapi hanya sebagai tamu. Kau mau menemaniku?" tanya Plan.
"Eh, boleh?" tanya Mean.
"Ya, undangannya untuk dua orang. dengan pasangan. Aku tak punya pasangan. Jika kau mau, aku akna sangat senang," ujar Plan.
"Oke," ujar Mean.
"Baguslah!" ujar Plan.
"Siang ini, apa rencanamu?" tanya Mean memastikan.
"Tidak ada. Kau mau menghabiskannya bersamaku," sahut Plan sambil tersenyum.
Mean langsung menganggukkan kepalanya. Plan tersenyum. Keduanta sudah sama-sama tahu ke mana pembicaraan itu mengarah pada akhirnya. Buktinya keduanya kini tengah melenguhkan nama masing-masing sambil bergelut di dalam selimut dan bergamitan bagian atas dan bawah.
"Ooo, Meaaaan, nnnngh, aku sangat merindukanmu," desah Plan sambil memeluk Mean erat. Kepalanya ke atas dan ke bawah seiring genjotan Mean di bawahnya.
"Aku juga. Aku mencintaimu, Plan," desah Mean. Plan kaget. Ia meneguk ludah. Ia bahagia sebab ia juga merasakan hal yang sama.
"Aku juga. Aku juga sangat mencintaimu," desah Plan.
Mean menghentikan genjotannya. Ia menatap Plan dengan lembut dan mengelus wajahnya.
"Ayo kita menikah," lirih Mean.
"Aku tak mau berpisah denganmu," sambungnya.
Plan tersenyum bahagia. Ia menganggukkan kepalanya dan berkata iya lalu mereka berciuman sambil melanjutkan percintaan.
"Aaaa, nnnngh, Baby, enaaak sekali, nnnngh! desah Mean.
"Nnnngh, aaaa, Meaaaan, aku sudah!" desah Plan saat tubuhnya menegang dan ia kalah dalam permainan sebab ia keluar duluan.
"Mmmmph, rak mak mak!" desah Mean dan tak lama ia mendorong naganya kuat dan menggamit bibirnya juga dengan kuat sambil memyemprotkam cairannya di dalam lubang.
Sianh itu tak terhitung berapa babak yang sudah mereka mainkan. Yang jelas pada malammya mereka tak menyelesaikan acara menonton galeri baju pengantin itu sebab kelelahan. Mereka kembali dan kemudian melanjutkan permainan.
Selama liburan di Paris, Mean lebih banyak meluangkan waktu di hotel atau di mana saja yang jelas di sampingnya pasti ada Plan. Tak lupa ia mempertahankan Plan kepada Perth. Perth bahagia karen ia melihat Mean tampaknya begitu mencintai Plan. Setidaknya yang ini ia terlihat sungguh-sungguh bucin.
Mean terbang ke Inggris menemui Plan sebulan setelah kembali ke Thailand. Ia melamar Plan dan bertemu dengan Tee untuk pertama kalinya. Mereka menikah secara sederhana dan kemudian pindah ke Thailand. Tiga bulan kemudian, Plan hamil anak kedua mereka dan melahirkan anak perempuan yanh diberi nama Kot.
Begitulah.
Mereka hidup dengan bahagia.
Tamat