Mean tak berhenti mengganggu Plan. Mengganggu di sini sebenarnya tidak benar-benar mengganggu. Ini lebih dekat dengan menggodanya, meski tentu kedua aksi itu tetap saja membuat Plan kesal dan mengerling.
Mean menitipkan bunga pada setiap anak yang diperiksa oleh Plan, selalu menyediakan minuman dan makanan di meja Plan, bahkan membersihkan barak tidurnya. Itu ia lakukan setiap hari sampai-sampai semua mahasiswa Plan ikut menggoda Plan juga.
Godaan itu semakin hari semakin bertambah manis dan ini membuat orang-orang yang bekerja di kamp dengan mereka menjadi semakin sering juga mendekatkan Mean dan Plan. Mereka juga ternyata mendukung hubungan mereka. Ini seperti rahasia umum, tapisemua orang di kamp itu sangat menyukai interaksi mereka yang kadang-kadang konyol.
Suatu hari, Antoine datang dengan beberapa kru. Ini kunjungan rutinan untuk mengantarkan perbekalan dan suplai obat-obatan serta makanan dan lainnya.
"Apa kabar?" Antoine duduk di sebelah Plan yang tengah mendata semua obat-obatanobat-obatan yang baru saja datang. Beberapa kolega membantu dirinya dan ia kemudian menyerahkan data itu kepada salah satu kolega untuk dicek kembali.
"Aku baik. Tentu saja. Bagaimana denganmu?" tanya Plan sambil menatap Antoine dan tersenyum.
"Selalu merindukanmu," Sahutnya sambil tersenyum.
"Berhenti menggodaku," sahut Plan sambil tersenyum. Ia menonjok dada sang lelaki itu pelan. Antoine hanya tersenyum. Mean melihat interaksi mereka dari kejauhan dan kini sesuatu yang panas seolah dadanya terbakar itu menguasai dirinya. Beberapa temannya yang melihat itu hanya tersenyum dan menepuk bahunya. Yang lainnya menghiburnya dan mengatakan sabar kepadanya.
Antoine dan beberapa kolega lainnya tinggal dua hari di sana. Selama dua hari itu, ia banyak mengetahui yang terjadi di sana, termasuk tentang Mean yang mengejar Plan.
"Semoga kau beruntung," ujar Antoine saat suatu malam ia punya kesempatan untuk mengobrol dengan Mean. Mean yang tengah memperhatikan Plan dari kejauhan menoleh dan Antoine tengah berjalan menuju kepadanya.
"Maafkan aku! Aku tak mendengar perkataanmu baru saja. Bisa tolong sekali lagi?" ujar Mean dengan sopan.
"Kubilang semoga kau beruntung!" ujar Antoine sambil menyodorkan sekaleng bir. Ia menunjuk Plan dengan isyarat matanya.
"Ah! " Wajah Mean langsung memerah.
"Dia sangat sulit untuk ditaklukkan. Aku bisa memiliki tubuhnya tapi tidam pernah hatinya," sahut Antoine lagi. Tatapannya masih mengarah pada Plan.
Mean terhenyak.
"Kalian, uhm, ..." Mean tak melanjutkan.
"Kau tahu! Aku menyukainya sejak di kuliah. Dia adik kelasku. Dulu dia tak seperti ini. Agak dingin dan sinis kepada lelaki. Dulu dia orang yang penuh dengan antusias, selalu ceria. Aku selalu suka dengan wajahnya yang sumringah dan matanya yang berbinar indah dan penuh harapan," terang Antoine.
Mean mengernyitkan alisnya.
"Kenapa ia berubah?" tanya Mean sambil menatap Antoine dan kemudian Plan.
"Seseorang menghancurkan hatinya dan membuatnya seperti sampah. Hatinya hancur sejak saat itu. Ia bilang kepadaku. Ia terlalu bodoh karena mencintai lelaki itu terlalu dalam dan ia tak bisa menemukan hatinya yang sudah hancur. Ia bilang kepadaku bagaimana ia bisa memberikan hatinya kepadaku jika ia tak lagi memilikinya. Seseorang sudah mengambilnya dan menghancurkannya sekaligus. Setelah itu, dia jadi seperti ini. Lima tahun kami berhubungan, tapi aku merasa dia masih mengurung dirinya di suatu tempat yang aku bahkan tak bisa menjangkaunya. Sungguh aku ingin mendapatkan hatinya dan membuatnya kembali seperti dulu, tapi aku tak sanggup. Aku tak berdaya. Karena itu, kubilang kepadamu, semoga beruntung." Antoine meneguk bir terakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Track 3 Short Stories Mean and Plan Collection
Storie d'amoreMean and Plan Romance