CHAIR

346 41 19
                                    

"Khun, di sini kosong," tunjuk Plan pada kursi di sebelahnya. Mean yang tengah berdiri sejak tadi dan merasa Si Imut itu memanggil dirinya menoleh dan menghampiri dirinya dengan masih agak ragu.

"Bolehkah aku duduk di sini?" tanya Mean dengan sangat sopan. Ia menunjuk pada sebuah kursi kosong tepat di sebelah Plan.

"Iya, tentu saja. Khun juga bermain di drama ini, bukan?" tanya Plan sambil melihat ke arah Mean dan tersenyum ramah.

"Uhm, aku figuran. Khun juga bermain di drama ini?" tanya Mean balik.

"Iya, aku juga figuran dan tak punya pasangan. Hanya teman pemeran utama, Frame dan Fuse di karakter. Khun, bagaimana?" tanya Plan lagi.

"Iya, sama. Aku juga. Aku juga teman pemain utama, tapi aku teman Tee," ujar Mean lagi.

"O, begitu. Baiklah. Sebagai sesama pemain figuran kita bisa bersama. Kita tak punya pasangan dalam drama ini, bukan? Lebih mudah bersama. Ada yang lain juga. Khun sudah kenal dengan mereka?" tanya Plan lagi dengan antusias.

"Sebenarnya, aktingku tak banyak. Jadi, aku jarang ke lokasi," ujar Mean.

"Aku bahkan tak kenal dengan Khun," sahut Mean lagi sambil menggaruk kepalanya pelan.

"Astagaa! Khun benar! Aku sampai lupa memperkenalkan diriku. Maafkan aku. Namaku Plan. Plan Rathavit. Siapa nama Khun?" tanya Plan sambil wai dan menyerahkan tangannya kepada Mean utuk berjabat.

"Ah, aku Mean. Mean Phiravich," sahut Mean sambil membalas wai Plan dan menerima uluran tangannya da berjabatan.

"Apa peran Khun?" tanya Plan lagi penasaran.

"Aku, uhm, Champ. Bagaimana dengan Khun?" tanya Mean.

"Aku Wit," ujar Plan.

Mereka asyik mengobrol lagi ngalor ngidul, bercerita tentang pengalaman mereka ikut drama remaja ini dan sampai akhirnya mereka bercerita tentang latar belakang mereka.

"Aku pikir Khun lebih tua dariku. Maafkan aku! Jadi, kau Nongku rupanya," komentar Plan tergelak. Obrolan mereka yang ngalor ngidul itu ternyata menyerempet ke arah umur dan mereka akhirnya saling tahu bahwa mereka adalah Nong dan Phi.

Sebelumnya, Masing-masing sudah salah paham. Mean pikir Plan Nong dirinya. Wajah dan tubuh Plan sangat imut sehingga wajar jika Mean berpikir bahwa Plan jauh lebih muda daripada dirinya.

Hal yang sama juga terjadi kepad Plan. Ia pikir Mean lebig tua daripada dirinya. Wajahnya menunjukkan dia terlihat tua dan postur tubuhnya juga. Jadi, ia pikir, Mean adalah Phi- nya.

Keduanya tertawa karena kesalahanphaman itu. Lalu,  mereka saling meminta maaf karena merasa bersalah satu sama lain. Setelah itu mereka melanjutkan obrolan mereka kembali tentang banyak hal.

Keduanya memiliki kesan yang sama. Selama proses mengobrol itu, Mean dan Plan sama-sama merasa nyaman dengan keduanya. Mereka terlibat pembicaraan yang lebih dalam tentang hobi mereka masing-masing dan olahraga juga. Akhirnya, mereka bertukar nomkr telepon dan melanjutkan pembicaraan melalui kontak mereka, kapan saja saat keduanya luang atau ada waktu.

Sejak awal pertemuan itu, keduanya seperti magnet yang saling menarik dan tak terpisahkan dan mereka juga merasa ada sesuatu yang berbeda dengan perasaan mereka tentang masing-masing. Waktu itu, mereka belum sama-sama berpikir bahwa perasaan itu akan menjadi benih-benih sayang dan cinta di antara keduanya.

Kursi itu adalah awal bagi Mean dan Plan untuk bisa saling mendekat dan dan kemudian menjadi kenal satu sama lain. Tak ada yang tahu bahwa pada masa depan, takdir akan mempertemukan mereka kembali dalam sebuah kesempatan dengan perasaan yang semakin jelas di antara keduanya.

Mereka tahu bahwa perasaan nyaman itu apa definisinya. Mereka  memahami bahwa mereka saling tertarik bukam hanya sebagai teman atau teman atau rekan kerja, melainkan sebagai seseorang yang istimewa. Namun, perasaan itu keduanya tutupi dengan rapi dan baik melalui candaan dan keisengan serta kejahilan yang kekonyolan yang seolah sengaja mereka ciptakan karena keduanya seolah bingung untuk memulai.

Kedua hati menjerit mengatakan cinta, tetapi semuanya tertahan di bibir mereka.

Tidak apa-apa.

Toh sekarang semuanya sudah jelas. Semuanya bisa melihat bagaimana dari hari hari keduanya mulai menunjukkan perasaannya secara lebih jujur. Meski ada banyak gosip yang mencecar, mulai dari si Jerapah, si Hambar satu dan Hambar dua, khususnya kepada Mean, Plan tak pernah goyah. Ia percaya kepada Mean, sama seperti Canteloupe kepada Tin Medthanan.

Semoga mereka bisa segera mengumumkan pernikahan mereka dan dipenuhi dengan ketenangan dan kebahagiaan dalam rumah tangga mereka.

Tamat

Track 3 Short Stories Mean and Plan CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang