1. MISTAKE

414 48 6
                                    

Malam itu saat ibu Plan yang memiliki penyakit depresi manik itu pulang dalam keadaan menangis dengan darah ada di  mana-mana di tubuhnya, Plan tahu bahwa sesuatu yang sangat serius  sudah terjadi.

Hal ini benar. Plan memantau berita di TV dan keesokan harinya ia mendapati berita bahwa seorang perempuan telah  menjadi korban tabrak lari dan meninggal di tempat.

Plan tahu ibunya adalah pelakunya. Namun, ibunya pasti tak akan ingat dengan kejadian itu sebab ia tengah berada dalam fase ganggun manic depresinya. Ia tahu sebab sang saksi menyebutkan ciri-ciri mobil ibunya. Dan ibunya pun sudah mengakui sendiri bahwa ia telah mencelakai seseorang dan membuatnya mungkin mati.

Plan bingung. Selama beberapa minggu ia masih dalam kegalauannya sampi akhirnya tak ada lagi berita itu dan kemudian ia memutuskan untuk diam. Ia jelas sadar bahwa ia bersalah  dan ia telah mengambil langkah yang salah dengan memutuskan untuk menutup mulutnya rapat-rapat.

Merasa bersalah, ia diam-diam menghadiri pemakaman sang perempuan dan kemudian berdoa untuknya sambil terus meminta maaf kepadanya. Plan tahu bahwa itu tak cukup. Ia mulai mencari tahu siapa sang gadis, dan dari informasi orang suruhannya, ia menemukan bahwa sang perempuan adalah anak dari seorang ibu yang bernama Pong.  Gadis yang bernama Jida itu adalah anak tunggal dan ayahnya kabur dengan permpuan lain dan  meninggalkan utang yang begitu besar dan sekarang tengah dibayari Jida dan ibunya.

Saat masih hidup, Jida berprofesi sebagai seorang staf administrasi di sebuah kantor pengacara dan dengan gaji yang lumayan, cukup untuk menopang kehidupan dirinya dan ibunya untuk sehari-hari.

Sekarang, Jida meninggal karena ibunya dan menjadikan ibunya seorang diri yang kini tengah mengalami kesulitan karena rumah dan tanahnya akan dijabel bank sebab pinjaman yang membengkak oleh ayahnya yang kabur itu.

Untuk menebus kesalahannya, Plan melunasi semua utang ibu sang gadis dan bahkan mengirimi uang secara tunai kepada ibunya setiap bulan agar ia bisa hidup dengan tenang. Tidak apa-apa. Ia kaya, keturunan bangsawan Rathavit, tapi tak pernah bahagia sebab ayahnya memiliki banyak selir dan ibunya menderita depresi manik juga karena ayahnya.

Karena melihat sikap ayahnya itulah, Plan tak pernah berniat untuk menikah. Ia berpikir semua lelaki brengsek dan tak ada yang baik. Tak ada satupun di dunia ini yang mencintai dirinya dengan tulus bahkan kakak-kakaknya lebih memilih menjadi pesaingnya, siap berebut harta dengannya.

Oleh karena itulah, ia lebih memilih bekerja menjadi koki dan ia terkenal akan masakannya. Sekarang ia menjadi bagin dari selebritis yang membawakan program acara memasak di sebuah stasiun TV yang sangat besar.

Ibu Jida sangat kaget saat pihak bank mengembalikan sertifikat tanah dan rumahnya dan juga menerima uang tunai dalma amplop yang dirimkan seorang kurir Western Union dengan isi surat uang dan permintaan maaf.

Kekagetannya itu ia beritahukan kepada calon suami Jida yang bernama Mean Phiravich, seorang staf  di kantor keimigrasian dengan posisi yang sudah lumayan tinggi. Ia menjadi curiga dan rasa curiganya itu ia utarakan lagi kepada temannya, Tonnaam, seorang pengacara yang bekerja di sebuah kantor pengadilan negeri.

Atas sarannya, Mean akhirnya menyewa seorang detektif untuk menyelidiki hal ini dan setelah enam bulan akhirnya terkumpullah semua informasi dan Mean menjadi tahu yang sebenarnya terjadi kepada tunangannya.

Mean mendatangi Plan pada suatu malam. Ia menunggu di depan apartemen Plan ditemani Tonnaam dengan tujuan untuk konfrontasi. Ia berhasil menemui Plan dan Plan tak bisa mengelak lagi kecuali mengakui semuanya.

Mean mengutuk Plan habis-habisan. Ia kemudian mengancam Plan bahwa ia akan mengambil langkah hukum untuk melaporkan ibunya ke kantor polisi. Plan memohon kepada Mean agar tak melakukannya. Terlebih kondisi ibunya sekarang yang semakin labil dan memburuk. Ia bahkan mengatakan semuanya tentang ibunya dan kini ibunya tengah dirawat di rumah sakit jiwa.

Mean tak terima. Ia ingin Plan membayar. Nyawa dengan nyawa. Pokoknya kalau tunangannya meninggal maka seseorang dari keluarga Plan harus kehilangan juga. Untunglah Tonnaam ada di sana meredakan Mean. Mereka pamit untuk sementara dan Mean mengancam bahwa  urusan mereka belum selesai.

Mean tak tinggal diam. Lewat Tonnaam ia melayangkan gugatan kepada ayah Plan. Ini membuat ayah Plan marah. Ia tak pernah tahu yabg terjadi sebenarnya tentang tabrak lari itu. Plan memang menutupinya dan memendamnya sendiri. Akibat salah langkahnya ini, ia kena damprat ayahnya.

Diam-diam, ayah Plan melalui pengacaranya,mendatangi ibunya Jida dan memberi sejunlah uang kompensasi dan memintanya agar tak mempersalahkan lagi. Namun, ibunya Jida bingung dan ia kembali kepada Mean dan menjelaskan semuanya.

Mean naik pitam. Ia bertambah geram. Ia pikir ini semua ulah Plan. Mean kembali mendatangi Plan di apartemennya dan menghinanya habis-habisan. Lagi-lagi Plan harus meneteskan air mata. Semuanya jelas memang kesalahannya. Plan datang kepada ayahnya disusul Mean, ibu Jida, dan Tonnaam pada hari yang sama tanpa janjian.

Mereka mendengar pertengkaran hebat di dalam rumah megah itu. Kedua kakak Plan, Neena dan Jida, menyalahkan Plan karena bersikap ceroboh dan mengambil keputus nama sendiri. Mereka kesal dan ayahnya bahkan mengusirnya dan mengancamnya akan mencoret namanya dari warisan dan tak lagi menganggap dirinya bagian dari Rathavit.

Plan sedih. Ia pergi dari rumah itu dan kaget mendapati ketiga orang berada di ruang tamu dan pastinya mendengar pertengkaran mereka. Plan menatap semuanya dan wai dan menghapus air matanya dan kemudian pergi meninggalkan mereka.

Keesokan harinya, Plan mendatangi kantor polisi dan menyerahkan dirinya dan mengakui perbuatan tabrak lari yang sebenarnya dilakukan oleh ibunya. Berita ini langsung menyebar di media dan juha didengar oleh Mean dan Tonnaam serta ibu Jida. Sementara itu, keluarga Rathavit menjadi kesal dan bertambah marah karena keputusan Plan yang ceroboh. Mereka mendatangi kantor polisi dan sekali lagi Plan dimaki habis-habisan okeh ayahnya. Ia dihukum selama enam tahun dan dikenai denda sebanyak kurang lebih sejumlah 30 juta Baht.

Bersambung




Track 3 Short Stories Mean and Plan CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang