"Plan, akhir minggu ini, kau mau ke rumahku?" tanya Mean sambil menggaruk kepalanya. Wajah Plan memerah. Ia tahu arti undangan itu. Dan jika ia mengiyakan, itu artinya ia juga mau melakukannya.
"Akhir Minggu ini?" tanya Plan memastikan.
"Uhm. Mau?" Mean juga ikut memastikan. Matanya dalam menatap Plan. Plan kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Mean sumringah.
"Oke, nanti aku jemput, na!" ujar Mean. Plan menganggukkan kepalanya.
"Ke rumahnya? Akhir minggu ini?" Sammy dan Love kompak berbicara. Plan menganggukkan kepalanya.
"Ingatkan dia untuk memakai kondom," ujar Sammy.
"Euh, itu benar! Kau juga persiapkan dirimu dengan baik. Kau tahu, Perth tak bisa berhenti, kami main empat ronde setiap bercinta. Badanku serasa remuk, tapi sudahlah, dia selalu bisa memuaskan aku. Aku bahagia." Love tersenyum.
"Empat ronde. Banyak sekali," ujar Plan.
"Aku enam," sahut Sammy.
"Kami kadanh kehabisan kondom dan akhirnya aku memaksanya untuk mengeluarkan di luar kalau tidak, aku bisa hamil," ujar Sammy lagi.
"Ah, Oooo, aduuuh!" Plan meringis.
"Kau tahu ukuran kondom Mean?" sahut Love lagi. Plan menggeleng.
"Astaga! Selama ini kalian melakukan apa saja?" tanya Sammy.
"Punya Perth 52," ujar Love bangga.
"Punya Yacht 53," sahut Sammy tak mau kalah.
Keduanya menatap Plan.
"Aku sungguh tak tahu. Jika jadi, akhir minggu ini adalah pertama kalinya untuk kami," ujar Plan.
"Kalau begitu, minggu depan kau harus beritahu kami," ujar keduanya kompak. Plan hanya diam.
***
Mean memarkirkan mobilnya di garasi. Ia keluar dan menuntun Plan berjalan menuju rumahnya."Phi Meen dan Phi Est, baru akan pergi?" tanya Mean saat berpapasan dengan kakak Mean dan partnernya di depan pintu utama.
"Uhm," gumam Meen dan Est.
Plan wai kepada mereka dan mereka membalas wai Plan.
"Pacarmu?" tanya Meen sambil tersenyum melihat Plan.
"Uhm," sahut Mean dengan bangga.
"Pakai kondom, Mean. Masa depan kalian masih panjang," ujar Meen sambil menepuk bahunya. Wajah Plan merah seketika.
Mereka memasuki kamar dan duduk di sofa di depan sebuah TV dengan layar super besar. Pemandangan luar kamar Mean juga menyenangkan, sebuah danau dan rindang pepohonan. Plan berdiri lalu berjalan menuju dekat jendela dan mengamati pemandangan itu.
"Mean, di balik danau itu, ada apa?" tanya Plan sambil menoleh ke arah Mean dengan antusias. Mean yang baru saja memesan minuman kepada pelayan segera mendatangi Plan dan melihat ke tempat yang ditunjuk Plan.
"Di balik danau?" tanya Mean memastikan. Ia kini berdiri di belakang Plan dan memeluknya dari belakang. Plan hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Di sana ada taman dan gazebo dan tempat bermainku sewaktu kecil. Kenapa? Kau ingin melihatnya?" tanya Mean lagi.
"Kalau kau tak keberatan!" ujar Plan dengan antusias.
"Tentu saja, tidak. Ayoo!" sahut Mean dan ia menuntun Plan berjalan ke arah dapur dan berbelok menuju danau. Perjalanan dilanjutkan ke balik danau dan Plan hanya bisa menganga sebab pemandangan di balik danau itu sungguh memukau. Sebuah taman bunga di tengahnya sebuah gazebo dengan sofa dan tempat kudapan dan minuman.