TROUBLE

626 51 10
                                    

Mereka berkenalan di sebuah bar. Plan dengan Sammy menikmati makan malam mereka dengan santai saat tiga lelaki masuk dan melewati meja mereka sampai ke ujung.

Mereka tak terlalu mengamatinya pada awalnya, akan tetapi saat Plan menabrak Mean secara tak sengaja saat ia akan ke kamar kecil, barulah keduanya saling memberikan perhatian. Plan dan Mean duduk berhadapan meski tidak pada meja yang sama dan dengan jarak yang cukup berjauhan pula.

Mereka terlalu sering kontak mata sehingga pada akhirnya tatapan itu membangun sebuah komunikasi yang tidak rumit. Hanya satu interpretasinya. Keduanya sama-sama mengumumkan ketertarikan dalam ranjang.

Tak perlu makan waktu lama bagi keduanya untuk membagi tatapan itu ke dalam senyuman dan kemudian akhirnya menarik tubuh mereka ke belakang dan akhirnya berbagi kehangatan melalui ciuman dan cumbuan.

"Aku tak nyaman melakukannya di sini," bisik Plan.

"Mau ke hotel?" bisik Mean.

"Ya, tentu saja. Tapi, aku bersama temanku," ujar Plan lagi.

"Jangan khawatir! Temanku akan mengurusnya," bisik Mean. Ia menelepon sebentar dam sesudah itu menarik lengan Plan dan membawanya ke parkiran.

Mereka lalu menaiki sebuah mobil mewah dan dengan cepat mobil melaju meninggalkan bar itu ke sebuah hotel.

"Kau tinggal di mana?" tanya Mean sambil menciumi leher Plan.

"Hei, itu pribadi. Kita nikmati saja malam ini," bisik Plan dan menarik wajah Mean dan mereka berciuman lagi.

"Aaah, aaaah, nnnngh, so good," desah Plan dengan nada menggoda.

"Ooooh, nnnngh punyamu juga enak," desah Mean sambil menyodokkan naganya lebih dalam. Ia meringis lagi sebab Plan mengepit naganya kuat, menggodanya.

"Ooo, kau mencandaiku," bisik Mean dan Plan tergelak.

"Kau cantik sekali!" bisik Mean lagi sambil masih menggenjot.

"Aaaah, nnnngh, terima kasih.
Kau juga tampan," desah Plan. Ia kemudian mengepit naga Mean dan membuat Mean meringis panjang.

"Kau benar-benar menyenangkan," bisik Mean.

"Soooo goooood," desahnya lagi.

"Terima kasih," sahut Plan dan mereka sama-sama melenguh panjang.

"Aku benar-benar menikmatinya. Terima kasih untuk malam yang indah," sahut Plan sambil memakai baju.

"Kau tak akan tidur denganku?" Mean kaget.

"O, Baby. Sangat ingin, tapi aku tak bisa. Kalau tidak seseorang akan memenggal kepalaku," sahut Plan sambil mengedipkan satu matanya.

Mean memasang ekspresi seolah ia ketakutan dan kemudian tertawa. Plan merangkak binal ke atas ranjang dan mencium pipi Mean dan kemudian memberikan satu tanda merah di leher Mean.

"Jangan lupakan aku, na! Bye, Baby," ujar Plan sambil menatap Mean dan melambaikan tangan.

"Malam yang terindah," bisik Mean kepada dirinya sambil merebah dan tersenyum. Ia kemudian memejamkan matanya.

Dua minggu kemudian, Mean Phiravich dan keluarganya mengunjungi  sebuah keluarga. Orang tua Mean menjodohkan Mean dengan anak bungsu mereka yang bernama Dream. Entah kenapa harus dengan anak bungsunya sebab setahu Mean kakak tiri Dream juga belum menikah.

Mean tak bisa melawan perintah orang tuanya. Dia anak semata wayang dan penerus keluarganya. Hidupnya sudah dipetakan sejak kecil termasuk perjodohan ini.

Track 3 Short Stories Mean and Plan CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang