CHAPTER 16 (Siasat)

2.1K 363 19
                                    

"Dosa di masalalu selalu menghantui ... seperti karma, terus mengejar."

***

"Goblok! Bagaimana bisa kalian bertindak seceroboh ini?!"

Nayan Rakea membalikan meja hingga terjungkal, membuat perabotan mahal dari kramik yang ada di atasnya berjatuhan ke lantai hingga terpecah belah.

Juan Hong dan kembarannya terhenyak, mundur beberapa langkah. Saat ini adik mereka terlihat benar-benar murka.

"Aku hanya menjalankan siasatmu dinda ... bukankah kau sendiri yang bilang untuk menghabisi dinda Nayan Ranindra saat di perjalanannya ke Majapahit?" Juan Hong membela diri.

Plak!

"Siasat macam apa?! Aku memintamu untuk mengirimkan Pemburu Bayaran, bukan gerombolan tikus ladang!"

Perempuan itu menampar pipi Juan Hong dengan sangat keras. Membuat luka sobek di sudut bibir yang semula diberikan oleh Nayan Ranindra kini kembali berdarah.

'Kenapa perempuan bisa seganas ini kalau sedang marah? Tahu begitu dulu tidak usahlah kuminta adik perempuan pada Dewata.' Pria itu menggeram dalam hati.

"Apa yang bisa kulakukan dinda? Setan kecil itu ternyata jauh lebih kuat dari terakhir kali. Dia bahkan bisa membabat habis seratus orang bandit dengan mata tertutup!" Juan Hong meremat kepalanya frustasi.

"Itu benar, tadi saja dia terlihat amat sangat menyeramkan, seolah dikendalikan oleh iblis. Brutal!" Juan Hang menambahkan, bergidik sendiri ketika ingat bagaimana tubuh kakaknya dibuat babak belur.

Nayan Rakea tampak merenung di tempatnya dengan bahu naik turun, berpikir keras. "Ini jelas bukan Nayan Ranindra adik kita. Sekuat apapun dia dulu ... tidak akan pernah sampai berani menghajar kakaknya sendiri, apalagi sampai babak belur seperti ini."

"Itulah yang saat ini aku pikirkan dinda, dia tidak seperti adik kita." Juan Hong menjatuhkan pantat di atas kursinya. Memanggil emban untuk kembali menyiapkan arak.

"Tidak kah ini aneh kanda ... dinda? Maksudku ... Nayan Ranindra berubah menjadi sangat lain setelah bangun dari kematian itu. Apa mungkin-"

"Maksudmu ... sukma yang saat ini mengisi tubuh adik kita bukan lagi Nayan Ranindra tapi orang lain?" Rakea menebak.

Juan Hang mengangguk, "ini mungkin hanya perkiraan, namun tidak ada salahnya segera kita selidiki."

"Kau benar kanda, sebaiknya kita mengirim agen untuk mengundang dukun sakti, bagaimanapun caranya kita harus bisa membuktikan kalau Ratu saat ini bukanlah adik kita." Rakea mengangguk setuju.

"Sebelum itu baiknya kita merencanakan siasat baru untuk bisa menumbangkan adik kita, bagaimanapun juga ... kekuatannya benar-benar berbahaya. Cepat atau lambat dia akan membunuh kita." Lanjutnya.

"Kita harus punya seseorang yang bisa menandingi kesaktian gadis iblis itu dinda, seseorang yang mampu menghabisinya dengan mudah." Juan Hong tampak bernafsu.

"Aku ada nama yang mungkin kalian butuhkan." Juan Hang tiba-tiba bersuara, tersenyum licik ke arah dua kakaknya.

***

"Bagaimana keadaannya tabib? Apa yang menyebabkan Nyimas Ranindra bisa sebegitu kesakitannya?" 

Arya Ling Shi berdiri di sebelah ranjang, memandangi wajah pucat dari junjungannya yang tengah beristirahat. Seorang tabib istana yang dipanggil segera setelah gadis itu ambruk di balai irung baru saja selesai melakukan pemeriksaan.

"Saat ini saya belum bisa memastikan sebetulnya apa sakit yang tengah diderita oleh Gusti Ratu." Tabib itu duduk bersimpuh di lantai, mengeluarkan beberapa botol kramik berisi ramuan obat. Mulai meracik resep untuk sang ratu.

[✔]RANJAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang