CHAPTER 25 (Pembantaian)

1.2K 236 25
                                    

"Kau tahu? Dalam peperangan, pedang tidak pernah punya mata."

***

Recomended song : Hot Spade - Oh Joon Sung (repeat sepanjang chapter ini biar makin greget!)

Bendera besar lambang kerjaan Hanwujin berkibar di sekeliling istana. Dua puluh ribu pasukan berkuda dengan senjata perang paling mutakhir sudah bersiap di posisi masing-masing. Membentuk pagar betis tanpa celah sedikitpun.

Enam puluh ribu pasukan kavaleri bersiaga di distrik masing-masing. Bersiap mengepung pasukan pengkhianat dari segala arah. Sementara itu sekitar sepuluh ribu pasukan memanah sudah siap di atas benteng pertahanan dengan mata panah beracun yang disipkan oleh peramu racun terbaik.

Rakilla berdiri di benteng paling depan, tepat di atas gerbang utama. Bersama Ling Shi, Yuan Gi, juga Xiao Li dan Zhu Sheng.

"Kau yakin dia akan datang dengan berani ke mari tanpa tipu muslihat, Nyimas?"

Rakilla menaikan seulas senyum, "tentu saja tidak, kau pikir aku bodoh?"

"Lantas bagaimana kau akan menyiasati kedatangannya yang tiba-tiba ini Ratu?" Xiao Li melirik gadis cantik itu.

"Tunggu saja, dia akan datang dengan sendirinya." Yuan Gi menjawab pertanyaan itu lebih dulu.

"Dia benar, satu-satunya yang tidak dimiliki para pengkhianat ini adalah mekanisme pengintai milik Istana Hanwujin." Ling Shi menyahuti ucapannya.

"Tidak, mereka juga mempunyai mekanisme itu. Kakak tercintaku sendiri yang menyerahkannya pada musuh." Rakilla menyanggah.

"Lantas bagaimana kau akan mengatasi ini Gusti Ratu?" Zhu Sheng melirik perempuan di sebelahnya dengan penasaran. Penasaran karena ... entah bagaimana caranya, di saat genting seperti ini gadis itu sama sekali tidak tampak ketakutan sedikitpun.

Rakilla menyeringai, "tunggu dan lihat saja." Ucapnya.

'Mari kita lihat, bagaimana kau datang kali ini, Mei Quan Lim?'

Gadis itu menelengkan kepala, memejamkan mata seolah tengah mendengarkan sesuatu yang datang dari kejauhan.

Syuuut!

Prang!

Sebuah anak panah dengan mata berapi melesat dengan cepat dari arah belakang, Rakilla dengan sigap memutar tubuh seratus delapan puluh derajat, mengangkat tameng di tangan kirinya. Menangkis serangan itu.

"MUSUH ADA DI TIMUR LAUT ISTANA! SEGERA SIAPKAN TAMENG DAN PASUKAN PEMANAH!"

Gadis itu berteriak lantang. Setengah pasukan langsung berputar arah dan menyiapkan tameng.

Dan benar saja, dalam hitungan detik ribuan anak panah berlesatan secara serempak  di udara, bagai hujan badai.

Tak berselang lama setelah itu ribuan orang berpakaian serba hitam melompat dari segala arah, berteriak lantang secara bersamaan.

"SERANG!!!"

Rakilla menyeringai senang, semua ini betul-betul sesuai dengan pikirannya.

[✔]RANJAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang