Burj Khalifa, Uni Emirat Arab, 9 Juli 2050
"Bagaimana Profesor? Apakah percobaan kita berhasil?"
Seorang gadis cantik dengan jas laboratorium putih berdiri di hadapan tabung raksasa dengan cahaya kebiruan yang berpendar indah itu. Menatap objek yang terkurung di dalamnya dengan penasaran.
"Saat ini memori subjek masih berkelana di abad ke-20, masih satu abad lagi sebelum bisa sampai di tahun kita."
Salah seorang pria dengan rambut kecokelatan terlihat beberapa kali menggeser layar hologram yang terpampang di hadapan tabung raksasa itu.
"Itu artinya dia akan sampai dalam waktu satu bulan jika kecepatan otaknya ada pada rata-rata, iya kan?" Kejarnya.
Sang Profesor menganggukan kepala.
"Saya sangat berharap semoga dia memang akan sampai di tahun 2050 satu bulan dari sekarang." Pria itu menambahkan. Gurat wajahnya jelas tidak terlihat yakin.
"Memang kenapa? Apa yang salah jika dia tiba lebih cepat dari itu?"
Si pria terdengar menghela napas, menyingkirkan semua grafik dan folder pada layar hologram dengan tombol pada jam tangannya kemudian berjalan mendekat ke arah tabung kaca. Menatap sosok manusia berambut panjang yang meringkuk seperti janin dalam cairan kebiruan itu.
Di bagian paling atas, terukir dengan jelas nama si objek dalam tinta perak.
"RAKILLA HUAN MEI 1362/2020/2050"
"Kalau saudari kembar anda bangun lebih cepat dari satu bulan, maka dipastikan kapasitas otaknya ada di atas 20%." Pria itu kembali melirik gadis cantik disebelahnya.
Si gadis menautkan alis, "apa yang salah dengan kapasitas otaknya? Bukankah semakin tinggi persentasenya maka dia akan semakin pintar?"
Sang Profesor tertawa kecil, "akan bagus jika saudara kembar anda adalah Cyborg atau Robot Humanoid. Tapi sayangnya ... Nona Ra adalah manusia, manusia yang telah kita mutasikan dengan kecanggihan teknologi."
Gadis cantik itu menautkan alis dalam, mencoba untuk mencerna penjelasan dari Profesor muda di hadapanya. "A-apa itu artinya ... dia akan-"
"Anda benar sekali nona, dia akan sulit dikendalikan, kapasitas otaknya akan terus berkembang dengan pesat." Sang Profesor memangkas, sekali lagi menatap wajah membeku dari gadis di dalam tabung kaca dengan raut yang sukar dijelaskan.
Iris matanya yang masih gelap bagai danau mati itu seakan bisa menyala kapan saja. Melompa keluar dan menghancurkan segalanya.
"Jika itu sampai terjadi ... maka, dunia akan dilanda bencana yang sangat besar." Lanjutnya.
Si gadis tampak berubah pias, menatap professor itu dengan ketakutan.
"Dia bukan lagi terlahir sebagai pemberontak, bukan pula terlahir sebagai iblis, lebih buruk dari itu ... dia akan terlahir sebagai akhir dari dunia."
Yeay ... buat readers semua, ekstra part ini adalah bentuk spoiler dari sequel kedua yang bakal muncul.
Kalau di Ranjau genrenya fiksi sejarah + Time Travel, maka di sequel kedua nanti genrenya bakan ngambil fiksi ilmiah, thiller, sama action.
Berbagai jenis pertanyaan yang belum bisa terjawab/ masih misteri di RANJAU bakal kalian dapatkan jawabannya di Sequel ini.
Sebelumnya ... author mau bilang makasih banyak-banyak buat readers semua yang udah mau setia mantengin Ranjau sampai selesai, mohon maaf karena sering delay update. Maklum, disela kesibukan nulis, author juga kerja dan kuliah :v
Spesial di akhir chapter ini, author pingin kalian semua ngasih kesan-kesan sama pesan buat Ranjau sama penulisnya oke? Ah ya ... yang mau bertanya juga boleh, bebas asalkan enggak nanya kapan nikah (enggak deng canda :v)
Ah yaaa ... author hampir lupa, kamis nanti author bakal up cerita terbaru, sambil nunggu sequel Ranjau ditulis dan dikaji sebelum diposting, kalian bisa mantengin dulu cerita author yang satu itu. Dijamin seru, bikin ngakak, baper, dan pastinya penuh kejutan :v
See u dadah bye bye guys!!!
I love u 3 Juta
💕💕💕
-EM G-
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RANJAU
Historical FictionWARNING!!! 18+ Rakilla Huan Mei, seorang mahasiswi tingkat akhir Fakultas Hukum terpaksa harus bentrok dengan kekasihnya sendiri yang seorang anggota brimob saat terlibat unjuk rasa besar-besaran di depan gedung DPR. Keadaan yang semula berlangsung...