"Kalau sudah dibutakan rasa tidak suka ... mau sebaik dan sebenar apapun manusia, tetap saja dianggap salah dan tidak berguna."
***
放弃曾经不相见也不亏欠
(Menyerah pada masa lalu, tidak bertemu juga tidak berhutang apapun)
你我之间不过昙花一现
(Antara saya dan kamu hanyalah keindahan yang sementara)
断开执念断不开对你的思念
(Memutuskan hasrat namun tidak bisa memutuskan kerinduan terhadapmu)
那些诺言你无力兑现
(Janji-janji itu kamu tidak berdaya untuk menepatinya)
"Aiya ... pagi-pagi sudah bersendu ria seperti ini. Di mana jiwa mudamu Ra?"
Yuan Gi melipat lengan, seperti biasa, bertengger di daun jendela kayu yang terbuka. Memperhatikan gadis cantik dalam balutan hanfu berwarna merah muda dengan sulaman bunga plum pada jubahnya itu tengah asik bersenandung seraya memetik senar kecapi.
Rakilla sama sekali tidak mempedulikan ocehannya. Tetap terbuai dalam melodi sendu Duan Zhi Nian di lagu berjudul He Jie itu.
Sebuah lagu yang mengungkapkan kekecewaan dari putri Da-Wei, Yuan Chun'er yang merasa dibodohi dan dikhianati oleh orang terkasihnya namun tetap saja dia cintai. Di kehidupan sebelumnya Rakilla sering mendengar lagunya diputar oleh bunda dalam DVD di kamar baca.
"Hei ... ratu, ayolah ... sebentar lagi sidang istana akan segera dimulai." Yuan Gi kembali menegur. Sengaja mengambil sebuah ranting untuk mengusik telinga gadis itu.
"Kau tahu betul kemampuan pedangku lebih baik darimu Yuan Gi, dengan mata tertutup saja aku bisa menebas lehermu."
Rakilla berbicara tanpa menatapnya. "Jadi sebaiknya jauhkan ranting itu sebelum aku melakukan apa yang tidak ingin kau aku lakukan." Lanjutnya seraya menyelesaikan nada-nada indah lagu itu sampai ke bait terakhir. Termenung beberapa saat sebelum akhirnya menutup kembali kotak kayu tempat penyimpanan kecapi itu dan menaruhnya di atas meja.
Yuan Gi mendengus dengan kasar, merasa sudah diabaikan karena Rakilla pergi meninggalkan kamar tanpa mengatakan apapun kepadanya. Bahkan melirik saja tidak.
"Hei Kera! Kau sedang apa di sana?"
Dari arah taman istana, Arya Ling Shi memanggil pria itu seraya melambaikan tangan. Di tangannya ada sebuah keranjang yang ditutupi kain berwarna merah. Uap panas yang terlihat sama-samar ke luar dari celah kain membuat Yuan Gi yakin kalau isi keranjang itu adalah makanan.
"Tuan ... kau bawa apa? Apakah sesuatu yang bisa dimakan? Boleh kucoba? Satu ... saja, boleh ya?"
Pria yang hari itu memakai pakaian pengawal berwarna biru tua tergesa menghampiri Keranjang, hendak meraihnya namun Ling Shi sengaja benar menjauhkan keranjang itu dari jangkauan tangannya.
"Diam! Dasar Kera! Tidak bisa cium makanan sedikit, ngintil saja kerjanya." Pria itu mendengus kasar, menggeplak tangan kanan Yuan Gi yang nakal hendak menyingkap kain merahnya.
"Aiya ... tuan ini pahit sekali, masak kumintai satu saja tidak boleh?" Yuan Gi memasang tatapan anak kucingnya itu. Merengek seperti bocah.
"Tidak mau! Ini sengaja dibuatkan ibuku untuk Nyimas Ranindra. Kau jangan memakannya tanpa izin dari dia." Arya Ling Shi memeluk keranjangnya. Mempercepat langkah agar bisa segera masuk ke ruang tengah kediaman ratu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RANJAU
Historical FictionWARNING!!! 18+ Rakilla Huan Mei, seorang mahasiswi tingkat akhir Fakultas Hukum terpaksa harus bentrok dengan kekasihnya sendiri yang seorang anggota brimob saat terlibat unjuk rasa besar-besaran di depan gedung DPR. Keadaan yang semula berlangsung...