CHAPTER 24 (Gejolak Tanah Merah)

1.4K 231 18
                                    

"Hari paling menyakitkan, adalah dimana aku harus mengakui, bahwa kau memang benar."

***

"Y-Yuan Gi ... s-sedang apa kau di sini?"

Kedasih tergagap, berdiri dengan kikuk di hadapan pria itu. Di sebelahnya Juan Zha terlihat pucat pasi, tidak mampu bersuara walau seucap.

"Tidak usah berbasa-basi. Aku sudah mendengar semuanya."

Yuan Gi menatap kedua orang di hadapannya dengan tajam, menelisik dan penuh intimidasi. Nyai Kedasih susah payah menelan ludah, kedatangan pria ini betul-betul diluar dugaan.

"Kau ... bagaimana bisa kau adalah salah satu Manusia Kiriman Langit?" Tatapan mata itu tertuju pada Juan Zha.

"A-aku sendiri tidak tahu, kenapa aku ada di sini? Terperangkap dalam tubuh anak kecil seperti ini." Juan Zha berusaha menjawab dengan terpatah-patah.

Sekalipun secara hormonal dia adalah pria berusia 26 tahun, terperangkap dalam tubuh anak kecil membuat kepribadiannya bercampur aduk, labil dan berubah-ubah.

"Kemungkinannya hanya satu, kau ... adalah satu dari ke 6 Yang Utusan Langit."

Pangeran Xiao Li tiba-tiba masuk ke dalam kamar itu, melipat lengan di balik punggung dengan sikap tenang.

"A-apa maksud pangeran?"

"Dilihat dari tatapan matamu ... aku bisa tahu kalau kau memang Utusan Langit, tapi bukan dari golongan kami." Xiao Li melanjutkan, berdiri menjulang di hadapan Juan Zha yang hanya punya tinggi sepinggang dirinya.

"Omong kosong! Manusia Kiriman Langit katamu? Aku? Yang benar saja!"

Xiao Li tersenyum tipis, menepuk-nepuk kepala anak itu dengan tangannya yang lebar namun terawat, "dari gelagat bicaramu saat ini saja sudah menandakan dari golongan mana kau ini sebetulnya, Zhafran Ganesha."

"Dan kau bibi ... jadi, selama ini kau tahu?" Yuan Gi menatap Kedasih dengan dahi terlipat.

Perempuan tua kesayangan Nayan Ranindra itu menelan ludah, tampak jelas sedang tertekan dan bingung.

"Jawablah."

"Aku ... sebenarnya ... sejak awal, Nyimas Ranindra sudah memberitahu diriku tentang kedatangan kalian semua."

Ketiga pria di hadapan perempuan itu mengerjap, "apa  ... apa maksudnya?"

"Seperti yang kalian semua tahu, ratu kami adalah Cenayan, dan dia punya kemampuan melihat masa depan." Kedasih mulai berbicara, duduk  di atas meja kayu dengan wajah lelah bercampur sedih.

"Sehari menjelang kematiannya, Nyimas Ranindra menceritakan kepadaku tentang para Manusia Kiriman Langit. Orang-orang dari masa depan yang diberi tugas untuk memastikan sejarah tidak berubah." Lanjutnya.

"Selain itu ... Nyimas Ranindra juga menceritakan golongan lain dari mereka, dengan tugas yang bertolak belakang."

Yuan Gi terdiam, 'kalau iya ratu itu tahu sejak awal akan kedatangan mereka semua ... kenapa dia tidak meninggalkan ingatan itu pada Rakilla? Kenapa dia membiarkan Rakilla mengetahui semuanya secara perlahan?'

"Kalau kau sudah tahu semuanya, kenapa tidak menceritakan itu semua kepada ratumu yang sekarang?" Xiao Li betanya dengan sebelah alis terangkat.

Kedasih diam beberapa saat, menghela napas dengan berat.

"Karena semua yang harus diketahui oleh Rakilla sudah ditulis oleh Nayan Ranindra dalam suratnya. Entahlah ... sampai saat ini aku juga tidak tahu apa gerangan pesan yang ditulis oleh Gusti Ratu kepada penerusnya. Rakilla tidak pernah mau meceritakan itu semua."

[✔]RANJAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang