"Bahkan Dewa sekalipun akan kubuat bertekuk lutut, memohon ampun karena sudah mempermainkan nasib manusia seperti ini."
***
Suara erangan serta ciprat darah adalah hal pertama yang dia lihat saat itu. Ratusan prajurit bersenjata tajam bergelimpangan di atas darah mereka sendiri, sebagian besar anggota tubuh mereka tidak lagi utuh. Terpenggal atau terpotong dengan brutal.
Ling Shi menahan napas, di sana ... dengan bocah menempel di gendongannya, Nayan Ranindra terlihat dikepung oleh puluhan orang. Pedangnya bekelebatan dengan cepat, membalas serangan siapa saja dengan brutal.
Duak!
Argh!
"Nyimas!"
Pria itu spontan memekik, Salah seorang prajurit baru saja menendang pelipis kiri dari Nayan Ranindra dengan kuat hingga tubuhnya limbung.
"Bajingan! Kuhabisi kalian!"
Pria itu menghunus pedang kemudian melompat ke kancah pertempuran. Membabat habis musuh yang masih bersisa, terus merangsek maju ke arah Nayan Ranindra-nya.
Argh!
Gadis itu terdengar mengerang lagi, jatuh terjerembab dengan luka menganga di bahu serta darah yang berleleran keluar dari mulut.
"Brengsek! Kubunuh kau!"
Arya Ling Shi melompat ke udara, menerjang sosok pria yang baru saja menikam gadis itu dari belakang kemudian menebas kepalanya.
"Nyimas? Astaga ... kau sekarat!" Pria itu meraup tubuh Nayan Ranindra dan memeluknya. Melepaskan bebat kain yang dia gunakan untuk menggendong Juan Zha. Membaringkan bocah yang tidak sadarkan diri itu sembarang di atas rumput yang penuh lincak darah.
Saat ini kondisi Nayan Ranindra jauh lebih membahayakan.
"Ling Shi ... tolong aku," gadis itu bersuara dengan nada yang putus-putus. Kesadarannya sudah sangat tipis.
"Kumohon bertahanlah, aku akan membawamu pulang." Pria itu hendak berdiri membopong Ranindra. Namun tiba-tiba saja gadis itu kembali bersuara, membuatnya urung.
"Selamatkan Juan Zha ... dia terluka,"
"Kondisimu lebih parah!" Ling Shi menggeram, rahangnya bergemeletuk dengan kuat.
"Kumohon ...."
"Argh! Dasar tidak berguna!" Pria itu mengumpat dengan kesal, sebelah tangannya dengan kasar menarik tubuh Juan Zha, bermaksud menggendongnya di bahu sementara dia membopong Ranindra.
"Astaga tuan, kau kerepotan sekali sepertinya."
Seekor kuda tiba-tiba berhenti di dekatnya. Meringkik kecil di sebelah Toufan si kuda putih milik Ranindra.
"Kenapa kau bisa ada di sini?" Ling Shi menautkan alis, menatap kedatangan pria dengan hanfu brokat berwarna merah tua itu lurus.
Xiao Li menarik segaris senyum kemudian tanpa di suruh meraup tubuh Juan Zha dan menggendongnya. "Sewaktu hendak menaiki benteng istana aku sempat melihat kau pergi, jadi yasudah, aku ikuti saja. Siapa tahu kau butuh bantuan." Jelasnya.
"Aku tidak butuh-"
"Lihat, aku benar kan? Kau sekarang kerepotan sendiri dengan dua orang terluka sekaligus." Xiao Li menambahkan, dengan sigap diraihnya jubah milik Ranindra yang masih membelit di tubuh bocah itu kemudian mengikatnya di belakang punggung.
"Sebaiknya kita bergegas membawa ratu ke istana tuan, Zhu Sheng akan mengobatinya di sana." Pria itu melanjutkan, melompat ke atas kudanya.
Ling Shi menghela napas kemudian membopong Rakilla menaiki kudanya. Sebelah tangan memegang tali kekang kuda, lainnya merangkul pinggang dari gadis yang sudah jatuh pingsan itu agar tidak sampai terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]RANJAU
Historical FictionWARNING!!! 18+ Rakilla Huan Mei, seorang mahasiswi tingkat akhir Fakultas Hukum terpaksa harus bentrok dengan kekasihnya sendiri yang seorang anggota brimob saat terlibat unjuk rasa besar-besaran di depan gedung DPR. Keadaan yang semula berlangsung...