SATU

3.9K 269 6
                                    

"Mungkin kita tidak jodoh" adalah hal yang tidak ingin Gigi dengar. Anggi Maharani yang biasa di panggil Gigi, cuma mampu mendengarkan dia berbicara. Jujur saja, Gigi paling tidak suka dengan basa-basi.

"Intinya?" Tanya Gigi yang sudah paham arah pembicaraan dia.

"Ya, kisah kita sampai di sini."

"Apa tidak ada cara lain? Jev, kita udah bertahan sejauh ini. Dan kamu datang memutuskan tanpa yang jelas."

"Gi, sejak awal kita akan tau resikonya seperti apa. Kamu paham dong. Kita beda Gi. Kecuali di antara kita ada yang mengalah. Aku? Mana mungkin."

"Kenapa nggak ?" Anggi mulai nyolot nantangin Jevan. Ya, siapa tau aja kan pikiran dia berubah. Nggak ada salahnya mencoba.

"Lalu kamu, apakah bisa meninggalkan Tuhanmu ?"

Seketika Anggi terdiam membisu. Jevan benar, mereka berdua terlalu kuat dalam keyakinannya. Apalagi Gigi, haduh paling rajin dah kalau ikut pengajian. Hubungan yang sejak awal beda, memang resikonya besar. Hanya saja Gigi dan Jevan terlalu di butakan cinta yang menurut mereka bahagia. Kenyatannya, saling menyakiti karena tidak bisa memiliki.

"Oke fine." Gigi menatap jalanan yang rasanya seperti tidak terasa di Bumi. "Aku kalah Jev."

"Bukan kamu Gi, tapi kita."

Anggi angguk-angguk kepala dengan tangisan yang menyakitkan. Hubungan seperti inilah yang pada akhirnya saling menyakiti.

Itu setahun yang lalu, dan Anggi masih saja teringat dengan kejadian di mana hubungannya harus kandas.

"Ngelamun aja terus."

"Paaan deh Juminten?!."

"Jumi. Nggak ada Ten, ya."

"Ya maaf. Lidah gue emang lebih nyaman manggil Juminten. Sensasinya beda."

"Kampret." Anggi tertawa. "Bikin konten apalagi kita?"

"Males gue. Baru semalam bikin konten cara mencari keributan."

"Yailah Gi, lebay amat. Kan viwers lo banyak."

"Ya namanya yutubers terkenal Jum." Dengan wajah sombong Gigi yang lagi dan lagi membuat Jumi males liat ke arahnya. Yutubers paling sombong di area komplek, ya Anggi Maharani anaknya bapak Rizal ketua RT setempat.

"Allahuakbar. Nama gue Jumi plis dong Anggi." Jumi sepertinya sudah gereget ingin makan Anggi hari ini juga. Gigi emang nggak ada sisi baiknya kalau sama Jumi.

"Serah gue lah."

"Tabok online nih."

"Monggo."

"Ada ya, manusia sejenis lo?"

"Adalah, namanya Anggi Maharani anaknya ibu Nirmala dan Bapak Rizal."

"Songong anjir!!"

"Iri bilang bos."

"Mati aja lo sono."

"Lo duluan. Gue belum nikah." Sahut Gigi jengkel. Anggi nih, kalau di ingatkan soal kematian pasti otak traveling ke arah belum nikah.

"Ngakak gue anjirr." Anggi pergi ninggalin si Jumi tertawa puas. Emang si Jumi tuh sahabat nggak ada akhlak. Mana Gigi punya satu doang sahabatnya. Udah gitu, Jumi tuh manusia ngelunjak.

"Itu kenapa Jumi?" Suara abang Gigi yang menembus perasaan sudah tidak enak. Kalau sudah ada abang di rumah, ini ada maksud tertentu kayaknya.

"Gatau." Gigi melanjutkan niat ke dapur untuk mengambil minuman. "Waaaahhh!! Apa nih rumah udah kayak jasa titip anak aja. Apaan coba?"

ANGGI MAHARANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang