Rapat dadakan yang membuat Gigi kesal setengah mati. Raina benar-benar ingin menjatuhkan seorang Anggi Maharani. Apa tidak bisa diskusikan terlebih dahulu dengan Gigi? Sama saja sedang menaburkan penyakit dalam dirinya. Lantas untuk apa Gigi di tunjuk sebagai penanggung jawab.
"Jelaskan jas kantor di cancel." Suara Arshaka yang di mana menjabat sebagai wakil pimpinan perusahaan tersebut. Selain menjadi wakil pimpinan, ia adalah salah satu pemilik saham di perusahaan. Gigi beberapa kali menggelengkan kepalanya, menghela nafas pelan. Rapat yang di adakan Shaka, menjadi bomerang untuk Gigi. Terlebih, Raina belum ada lagi diskusi apa pun mengenai baju seragam pabrik yang akan di buat.
"Terlalu beresiko kalau di lanjutkan. Permintaan dari perusahaan ini, jas kantor tidak sesuai dengan fashion jaman sekarang."
"Misalnya?"
"Mbak Anggi memberikan contoh gambar jas berkantong di luar. Menurut saya, itu terlalu menonjol dan terlijat jelek." Rasanya duduk saja tidak nyaman, kala mendengar penjelasan Raina. Jelas-jelas ini semua permintaan Seira, yang di mana calon istri wakil pimpinan. Gigi hanyalah kacung, yang menurut saja keinginan atasannya. Dan sekarang, ia harus mendapat serangan dadakan dari rival kisah asmaranya. Ini semua pasti ada kaitannya dengan masalah pribadi. Gigi yakin, Raina merasa kesal karena Edgar mengabaikannya.
"Oke."
"Saya pikir akan lebih baik pembuatan jas di ganti dengan seragam pabrik perusahaan ini."
"Saya rasa itu ide bagus."
"Seragam yang akan saya buat berbeda warna." Shaka mencondongkan tubuhnya lebih ke depan. "Untuk seragam laki-laki berwarna hitam, dan untuk perempuan berwarna kuning."
Kuning?
Gigi dan Edgar saling menoleh, seolah memberi sinyal jelek. Seingat Gigi, Raina mengatakan untuk seragam perempuan berwarna salem. Dan kenapa berubah tanpa konfirmasi terlebih dahulu pada Gigi?
"Anggi, kamu sebagai penanggung jawab terhadap pembuatan jas yang di cancel, ada saran?"
"Tidak pak."
"Berarti kamu setuju dengan ide, Raina?"
"Iyah." Kalau Gigi mengajukan tidak setuju, ini akan memanjang pembahasaannya. Gigi tidak mau terkoceh dengan rencana Raina. Biarkan saja perempuan itu, melakukan sesuai keinginannya. Bilamana terjadi sesuatu, Gigi tinggal angkat tangan. Ya, meskipun dirinya penanggung jawab, tapi Raina yang memulai dengan idenya. Bukankah itu sama saja menaburkan penyakit?
"Kalau begitu rapat selesai." Semua bernafas lega, tangan Gigi yang berada di bawah meja, kini di genggam oleh tangan hangat penuh ketulusan. Gigi menatap Edgar, yang mana ia tengah berbincang dengan Shaka. Beberapa yang ikut rapat, sudah keluar duluan.
"Mbak Anggi!!" Satpam parkiran menerobos masuk, memanggil nama Gigi dengan lantang. Semua yang masih berada di dalam ruangan rapat, kini berdiri tegang.
"Pak Sapto, tarik nafas." Tegur Gigi, lalu Wisnu yang jaraknya dekat dengan satpam tersebut, memberikan minum. "Ada apa?"
"Di depan kantor banyak wartawan, pengen ketemu mbak Anggi."
"Wartawan?" Gigi nampak berpikir, apa yang sedang terjadi. Apa kisah asmaranya tercyduk? Bagaimana nasib Edgar, pasti di korek sampai akarnya. Gigi tidak akan membiarkan para wartawan tau mengenai Edgar. Tapi, untuk apa para wartawan meliput kisah asmaranya? Gigi tidak seterkenal itu.
"Gi, liat ini." Sarah berjalan menghampiri Gigi, memberikan ponsel miliknya.
Gosip.
Sialan. Gigi kecolongan perihal ini. Seharusanya ia bisa hati-hati, lalu ponsel tersebut di rebut gitu aja oleh Edgar. Keduanya saling menatap, lalu menoleh ke arah Shaka yang menghela nafas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGGI MAHARANI
HumorAnggi Maharani yang di kenal ceria dengan gaya cablaknya, siapa sangka harus merasakan patah hati sebelum berjuang. Menyukai atasan, adalah perjuangan yang menarik. Namun, di tengah bahagianya kala hati merasa menang, Anggi mendapatkan kenyataan yan...