Bab 1

3K 343 3
                                    


"Selamat pagi anak-anak.."

"Selamat pagi Ibu Cantik."

Wajah Prilly terlihat sumringah saat anak-anak didiknya menyambut sapaannya dengan ceria.

Inilah kebahagiaan Prilly. Bukan deretan mobil mewah atau jajaran berlian tapi cukup dengan senyuman malaikat kecil yang selalu membuat harinya menjadi lebih berwarna.

"Tasya cantik sekali hari ini." Prilly memuji salah satu murid perempuannya yang duduk di barisan depan dekat dengan mejanya.

"Terima kasih Ibu Prilly. Ibu juga cantik sekali hari ini." Balas Tasya dengan begitu manis.

Prilly meletakkan tas dan beberapa buku yang ia bawa sebagai bahan ajarnya. Prilly sudah dua tahun ini menjadi wali kelas untuk anak-anak kelas 5 A.

Kelas unggulan yang selalu mendapat pujian dari guru-guru yang lain. Prilly berhasil mendidik anak-anaknya menjadi anak yang santun dan saling mengasihi sesama teman-temannya.

Jarang sekali anak didiknya terlibat perkelahian atau masalah karena Prilly selalu mengingatkan anak-anaknya untuk menyelesaikan masalah dengan cara baik-baik. Dan sampai saat ini tahun keduanya menjadi wali kelas semuanya berjalan lancar.

Prilly sangat bersyukur akan hal itu.

Setelah menyapa beberapa orang anak didiknya Prilly mulai membuka buku tema yang menjadi bahan ajarnya.

"Nah minggu lalu kita belajar tentang apa?"

"Matematika Bu."

"Iya benar. Nah sekarang Ibu tanya ada nggak di antara kalian yang masih belum mengerti? Kalau ada silahkan tunjuk tangan kita ulang lagi sampai kalian mengerti."

Prilly tersenyum lembut menatap anak didiknya yang saling melirik dengan ekspresi kebingungan sepertinya ramai di antara mereka yang masih belum mengerti tentang pelajaran minggu lalu.

"Baiklah sepertinya kita ulang saja ya hitung-hitung untuk mengingat kembali supaya tidak ada yang lupa." Prilly tidak pernah menekan anak-anaknya, ia lebih memilih menerapkan sistem belajar dengan cara santai dan bersahabat seperti ini.

Menurut Prilly cara ini lebih memudahkan dirinya untuk mendapatkan perhatian dari anak-anak didiknya. Dan lagi-lagi Prilly berhasil membuktikan bahwa sistem mengajarnya benar-benar efektif untuk membuat anak-anak patuh.

Brak!

Prilly yang sedang menulis di papan tulis seketika terlonjak kaget saat terdengar bantingan pintu dari ruangan sebelah.

"Kayaknya si Chacha buat ulah lagi deh."

Prilly menoleh ketika mendengar celetukan salah satu anak muridnya.

"Iya kan Chacha biang masalah kelas sebelah." Sambung murid lainnya.

Prilly mengalihkan pandangannya ke arah pintu, Ariska yang kerap di sapa Chacha itu memang sudah terkenal sebagai biang onar di sekolah mereka. Bahkan sejak pertama kali menginjakkan kakinya di sini sebagai murid pindahan Chacha memang diakui cukup berani membuat onar di sekolah barunya.

Sekarang Chacha sudah terkenal seantero sekolah sebagai biang masalah.

"Kenapa nggak dikeluarin aja sih si Chacha itu?"

"Anak-anak tidak boleh berbicara seperti itu apalagi pada teman sendiri." Prilly langsung menegur anak didiknya ketika mereka mulai bersikap tak sopan.

Anak-anak dikelas itu langsung menundukkan kepalanya. "Maaf Bu." kata mereka serentak.

Prilly tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Sudah sekarang kita belajar ya." Prilly kembali memusatkan perhatiannya pada papan tulis sebelum matanya menangkap sosok anak kecil yang berlari menuju taman belakang yang berada tepat di belakang ruang kelasnya.

"Tasya tolong ibu bisa?"

"Tolong apa Bu?"

"Tasya tulis ini dulu, Ibu ada keperluan sebentar." Prilly menjelaskan pada Tasya yang mana saja harus ditulis di papan tulis.

"Nah anak-anak, Ibu ada keperluan sebentar dan tolong selama Ibu nggak ada di ruangan kalian tetap tenang. Oke?"

"Siap Oke Ibu cantik." Prilly tertawa kecil saat muridnya menjawab dengan serentak.

***

Dengan perlahan Prilly berjalan mendekati bangku taman sekolah dimana sosok murid cantik bernama Chacha sedang duduk merenung di sana.

"Chacha?"

Merasa namanya dipanggil Chacha menoleh menatap Prilly dengan mata tajamnya. "Kenapa Bu?" Tanyanya dengan wajah judes khas seorang Chacha.

Prilly tersenyum lembut menatap anak didiknya. "Chacha kenapa di sini? Nggak masuk kelas?"

"Males!" Jawabnya singkat sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke penjuru taman.

Prilly kembali memperlihatkan senyuman lembutnya. "Boleh Ibu duduk di sini?" Tanya Prilly yang dibalas kedikan bahu oleh Chacha. "Terserah! Inikan bangku taman sekolah bukan punya Chacha jadi nggak perlu ijin Chacha juga Ibu bisa duduk di sini." Seru Chacha masih dengan wajah tak bersahabatnya.

Prilly tidak tersinggung sama sekali. Ia tahu pasti ada yang membuat Chacha kesal hingga melampiaskan padanya seperti ini. Prilly tahu Chacha kesepian karena nyaris semua anak-anak disekolah ini menolak untuk bersahabat dengan gadis manis ini.

Prilly tidak tahu sebabnya selain karena Chacha yang terkenal sebagai biang onar di sekolah ini.

"Chacha kenapa? Kalau Chacha mau cerita Ibu mau kok jadi teman ceritanya Chacha."

Chacha menoleh menatap Prilly. "Jangan sok baik Bu! Chacha tahu di dunia ini nggak ada yang sayang sama Chacha termasuk Ibu!"

Prilly terhenyak kaget ia benar-benar tidak menyangka jika gadis seumuran Chacha bisa berkata sekasar itu.

"Cha?"

"Chacha benarkah Bu? Jangan Ibu yang cuma guru di sekolah Mama Chacha sendiri aja nggak pernah tuh sayang sama Chacha!" bantah Chacha dengan mata berkaca-kaca. Mata bulat itu menunjukkan jika si empunya sedang terluka parah saat ini.

Ya Tuhan, Prilly tidak menyangka jika gadis sekecil Chacha bisa terluka sedalam ini. "Jadi Chacha nggak heran kalau di sekolah ini nggak ada yang mau berteman dengan anak pembawa sial seperti Chacha ini."

Prilly tak mendengarkan apapun lagi saat tubuh mungilnya kini mendekap erat tubuh kurus Chacha. Hati Prilly ikut sakit ketika mendengar isak tangis Chacha. Gadis biang onar ini bisa menangis sehisteris ini itu tandanya luka yang dipendam olehnya tak main-main.

Chacha terluka dan Prilly ikut merasakannya.

Kehidupan Chacha nyaris sama seperti dirinya hanya saja ia masih bisa menatap Ibunya meskipun sejak dulu ia nyaris tak pernah merasakan kasih sayang Ibunya seperti yang beliau berikan untuk Jessie.

"Mama tega ninggalin Chacha." Gadis itu masih mengadu pada Prilly disela isak tangisnya.

Dan tanpa sadar Prilly kini mulai mengutuk siapapun wanita yang sudah melahirkan Chacha lalu menelantarkan gadis kecil semanis Chacha seperti ini. Benar-benar tidak tahu diri wanita itu!

*****

Yang udah ikut PO Karma Cinta tenang yaa pdf-nya pasti dikirim ini masih proses pengetikan. Begitu ready langsung d kirim.

Untuk yang mau ikut po masih boleh ya silahkan chat ka wa 081321817808

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang