"Ini rumah Ibu?""Iya kenapa Nak?"
"Gede ya rumahnya tapi kenapa Ibu pakek motor nggak pakek mobil kayak Abi?" Tanya Ariska yang sebenarnya sudah sejak tadi sudah penasaran kenapa Ibu gurunya mengajaknya naik motor bukan mobil seperti Abi-nya.
Prilly tersenyum manis selepas membuka helm-nya. "Ibu belum punya mobil cuma punya motor aja." Jawabnya kalem.
Prilly tidak berbohong hasil jerih payahnya cuma mampu membuatnya membeli sebuah motor matic itu pun bekas tidak langsung baru dari toko. Prilly memang membeli cash ia tidak mau berhutang takutnya ia mati dan tidak ada yang membayar hutangnya.
Yaya katakan dia berfikir lebay namun tidak ada salahnya Prilly berfikir jauh seperti itu bukan? Ia hanya berjaga-jaga saja.
Lagi pula Prilly tidak ingin bergaya seperti orang lain karena ia belum sampai pada tahap itu. Prilly masih berjuang bermodalkan gaji yang ia dapati setiap bulannya karena ia tidak ingin bergaya dengan mengandalkan kekayaan orang tuanya.
Itulah prinsip Prilly hingga tak heran jika banyak yang tidak tahu jika dirinya adalah putri sulung dari sosok Ramlan pengusaha kaya raya itu. Kalaupun ada yang tahu beberapa di antaranya masih belum percaya jika sosok Prilly lah yang menjadi putri sulung dari Ramlan.
Apalagi jika disandingkan dengan Jessie jelas Prilly tidak ada apa-apanya. Gaya Jessie selalu glamor sama seperti Ibu mereka sedangkan Prilly sehari-harinya ia hanya memakai jeans murah dengan kaos biasa.
Prilly tidak memiliki barang-barang impor seperti Jessie, memang ada beberapa tas koleksi miliknya tepatnya hadiah dari Ayahnya yang harganya setara dengan satu unit mobil namun Prilly jarang sekali memakai tas itu. Ia malu tidak cocok katanya.
"Wah rumah Ibu kayak rumah Nenek ya banyak gucinya."
Prilly tersenyum geli ketika melihat reaksi Ariska ketika memasuki rumahnya.
"Maminya Ibu memang suka sekali mengoleksi guci-guci besar seperti ini." Jawab Prilly sambil menuntun Ariska menuju kamarnya di lantai atas.
Setidaknya Prilly bersyukur perihal kamar yang ia tempati tidak dipermasalahkan oleh Ibu dan Adiknya. Prilly terbiasa mengalah jadi apapun yang ia sukai jika Jessie ikut menyukainya maka Prilly yang akan mundur dan memilih mengalah.
Selalu seperti itu sejak mereka kecil apalagi dengan pembelaan dari sang Ibu membuat Jessie tumbuh menjadi pribadi yang egois dan sangat manja.
Prilly menyuruh Ariska duduk manis di ranjangnya sementara ia menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Ariska tidak bisa mengganti pakaiannya karena Prilly tidak memiliki baju seukuran Ariska.
Setelah beberapa menit berlalu Prilly akhirnya menghampiri Ariska yang duduk anteng di atas ranjang seperti perintah Prilly.
"Sekarang ayo kita makan." Ajak Prilly yang disambut heboh oleh Ariska. Gadis kecil itu mengeluh sudah merasa lapar sejak tadi namun tidak berani meminta karena segan.
Prilly tertawa saja ketika mendengar celotehan Ariska sepertinya jika memiliki putri seperti Ariska hidupnya tidak akan sepi lagi benarkan?
***
Prilly sibuk bereksperimen di dapur ketika Ibu dan Adiknya pulang dengan wajah-wajah ceria serta tentengan di tangan yang mampu membuat Prilly menghela nafasnya.
Prilly tidak iri hanya saja ia merasa kasihan pada Ayahnya yang banting tulang mencari uang tapi dihambur-hamburkan seperti ini. Pendapatan Ayahnya memang sangat banyak setiap bulannya tapi kenapa harus dihabiskan untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dipakai oleh Ibu dan Adiknya.
Prilly sangat hafal kebiasaan Jessica dan Ibunya. Mereka membeli semua barang-barang itu hanya lapar mata sedangkan Jessie hanya untuk topik majalah yang selalu memuji kekayaan dan kemewahan yang Jessie perlihatkan.
Prilly sudah terlalu sering membaca berita tentang Jessie yang tidak jauh-jauh dari kemewahan yang selalu Adiknya tampilkan.
Miris sekali disaat saudara-saudara kita diluar sana menahan lapar karena tidak memiliki uang untuk membeli beras di sini Ibu dan Adiknya justru menghamburkan uang seolah bagi mereka uang yang mereka hamburkan sampai puluhan juta itu sama sekali tidak ada artinya.
Namun semua kesesakan itu hanya mampu Prilly telan sendiri. Ia tidak bisa berkomentar apapun jika tidak ingin dimarahi oleh Ibunya.
Aneh bukan diusianya yang sudah memasuki 24 tahun ia masih sering di marahi oleh Ibunya. Prilly memang beruntung diusianya yang masih muda ia sudah berhasil menjadi seorang pegawai negeri. Itulah rejekinya dan Prilly bersyukur meskipun tidak bisa mengumpulkan uang hingga puluhan juta setidaknya ia sudah bisa hidup mandiri.
Berbeda dengan Jessie meskipun sudah memiliki penghasilan ia tetap menggunakan uang kiriman Ayahnya untuk memenuhi kebutuhannya sedangkan Prilly uang bulanan yang Ayahnya kirimkan setiap tanggal 1 masih utuh bahkan ia tidak tahu sudah berapa banyak uang yang sudah mengisi rekeningnya itu.
Prilly menggunakan uangnya sendiri hasil gajinya untuk memenuhi kebutuhannya. Bukannya ia tidak mau menerima uang dari Ayahnya tapi selama ia mampu sendiri kenapa harus mengandalkan orang lain bahkan jika itu Ayahnya sendiri.
"Anak siapa tuh?"
Prilly mengerjap beberapa kali saat suara sinis Jessie memasuki gendang telinganya. "Anak didik gue." jawab Prilly sambil mengusap kepala Ariska dengan lembut.
"Wah jangan-jangan lo dekat sama duda anak satu ya?" Ejek Jessica sambil menatap Ariska dengan pandangan meremehkan. "Nggak apa-apa sih kayaknya anak ini cocok jadi anak lo!" sambung Jessie lagi.
"Tante nggak pernah sekolah ya? Kok mulutnya kayak orang nggak ada sekolahan?" Prilly membulatkan matanya ketika Ariska begitu cepat membalas perkataan Jessica.
Prilly nyaris tersedak tawanya ketika Ariska membalas tatapan meremehkan Jessie dengan gayanya yang angkuh namun terlihat sangat imut itu.
"Diam lo anak kecil!" marah Jessie yang justru ditanggapi dengan santai oleh Ariska.
"Chacha memang kecil tapi kepala Chacha otaknya udah penuh kok makanya nggak ngehina orang lain. Kata Abi kalau ada orang yang ngehina orang lain itu tandanya otak orang itu belum penuh dan Chacha yakin otak Tante pasti belum penuh kan? Makanya ngehina Ibu Prilly-nya Chacha." Ariska bercerocos tanpa perduli wajah Jessie yang sudah merah padam.
"Anak sia--"
Ting tong!
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketulusan Hati
RomanceNext story aku setelah Karma Cinta yaa.. Ceritanya gk kalah seru kok.. Jangan lupa dibaca terus Vote dan komennya ya dear..