Bab 14

2.3K 358 41
                                    


"Selamat pagi menjelang siang Mi." Jessica baru turun dari kamarnya saat jam sudah menunjukkan pukul 11 siang.

"Sayangnya Mami. Tidurmu nyenyak Nak?"

"Nyenyak banget Mi."

"Pulang jam berapa semalam?"

"Jam 2 dini hari."

"Kenapa telat sekali Nak?"

Dewita yang sedang membaca majalahnya sontak terkejut mendengar putrinya pulang nyaris pagi.

"Biasa Mi namanya juga party. Lagian ini teman dekat aku loh yang mau nikah." Jessie menjawab santai sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas sofa di samping Ibunya.

"Ya tapikan--"

"Sudahlah Mi. Mami tenang aja Jessie bisa jaga diri kok yang perlu Mami khawatirin tuh putri sulung Mami. Biasanya orang yang diam-diam seperti itu yang menghanyutkan." Jessie mulai membahas segala hal buruk tentang Kakaknya.

Dewita juga terlihat setuju saja dengan apa yang dikatakan oleh putri kesayangannya.

"Makanya nanti malam Mami mau jodohin dia sama anak teman Mami. Ganteng sih tapi rada brengsek orangnya." Ujar Dewita.

"Wah bagus dong!" Jessie langsung terlonjak senang. "Aku tuh mau liat gimana hidupnya si cupu kalau dapat suami brengsek. Wah pasti seru Mi."

Dewita tidak mengatakan apapun. Ia memilih bungkam. Rasa bencinya pada Prilly membuat hatinya sebagai seorang Ibu tertutup. Ia benci karena Prilly ia harus kehilangan karirnya dulu.

Jika saja Prilly tidak tumbuh di rahimnya kala itu mungkin karirnya sekarang sudah secemerlang Jessie.

Dewita sudah tidak menyukai Prilly bahkan sejak bayi, ia memilih menyerahkan Prilly sepenuhnya pada sang suami yang kala itu memang sangat menantikan kehadiran putrinya.

Berbeda dengan Jessie yang kelahirannya memang sudah direncanakan dari awal. Dewita sangat antusias ketika mengandung Jessie semua yang ia lakukan pada Jessie berbanding terbalik ketika ia mengandung Prilly.

Dan semua itu terbawa sampai sekarang, ia hanya bisa memfokuskan dirinya pada Jessie tapi tidak pada Prilly jadi jalan keluar supaya ia tak lagi melihat Prilly adalah menikahkan anak itu dengan pria yang akan melamarnya nanti malam.

Jadi dengan itu Dewita tak perlu lagi melihat wajah sendu Prilly. Ia tidak bisa karirnya yang hancur dulu benar-benar penting untuknya dan ia tidak terima semua itu hancur hanya karena Prilly.

Karir yang sudah susah paya ia bangun. Dewita akui dulu adalah kelalaiannya karena jarang mengkonsumsi obat pencegah kehamilan namun ketika ia tahu ia tengah mengandung berbagai cara ia lakukan untuk menggugurkan kandungannya namun nihil.

Janin itu bertahan begitu kuat di dalam rahimnya hingga membuat Dewita semakin membencinya bahkan sampai janin itu tumbuh menjadi sosok gadis yang cantik.

"Mi.."

"Iya Sayang kenapa?" Dewita tersentak kaget ketika Jessie menyentuh lengannya.

"Mami ngelamun?"

Dewita tersenyum lembut senyuman yang tak pernah ia berikan pada putrinya yang lain. "Enggak kok. Kenapa Nak?"

"Enggak aku cuma mau bilang kalau nanti aku nikah sama Bos aku Pak Ali, aku maunya party melepas masa lajangku harus jauh lebih mewah dan wow dari temanku semalam ya Mi?"

"Tentu dong Sayang." Dewita mengusap lembut pipi putrinya. "Mami akan berikan pesta terbaik untuk putri Mami yang cantik ini." sambung Dewita yang membuat senyuman Jessica mengembang lebar.

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang