Bab 25

2.6K 355 15
                                    


Sejak pertengkaran semalam Dewita belum melihat suaminya keluar dari kamar. Wanita itu terlihat khawatir namun tidak berani berbuat apa-apa. Ia takut suaminya kembali mengamuk seperti semalam bahkan sekarang ia sudah tidak lagi memikirkan tentang keberadaan putrinya yang sampai saat ini belum kembali ke rumah.

Prilly dan Jessica keduanya belum menapaki rumah sampai siang menjelang namun Dewita tidak lagi ambil pusing perihal anak-anaknya ia lebih mengkhawatirkan kondisi suaminya.

Ramlan belum pernah semarah ini padanya terhitung belasan tahun usia pernikahan mereka. Dewita mengusap wajahnya saat bayangan wajah kecewa Ramlan kembali terlintas di kepalanya. Ia benar-benar tidak menyangka jika Ramlan mengetahui apa yang selama ini ia lakukan.

Dewita akui jika ia telah melakukan kesalahan dengan berbagi kehangatan bersama pria lain yang menjadi cinta pertamanya hingga menghadirkan Jessica di antara mereka. Dewita tidak memberitahukan siapapun perihal kehamilannya kala itu.

Dewita sangat tahu jika Jessica adalah benih cinta pertamanya bukan Ramlan mskipun dari segi fisik Jessie terlihat mirip dengan Prilly putri kandung Ramlan.

Dewita kembali mengusap wajahnya, ia takut jika Ramlan tahu perihal Jessie yang bukan anak kandungnya membuat pria itu benar-benar melaksanakan keinginannya untuk menceraikan dirinya.

Dewita tidak mau berpisah dengan suaminya. Dulu mungkin ia tidak mencintai Ramlan namun seiring berjalannya waktu benih cinta itu timbul namun tidak pada Prilly yang sejak awal memang sudah ia benci.

Dewita kembali berjalan mendekati pintu kamarnya berniat mengetuk pintu kamar namun tiba-tiba tangannya terhenti saat otaknya kembali mengingat pertengkaran mereka dinihari tadi hingga akhirnya Dewita memilih berbalik dan menyendiri di kamar yang lain.

***

"Aku harus pulang." Jessica baru saja keluar dari kamar mandi setelah dua jam ia kerahkan semua tenaganya untuk melayani nafsu seorang Geo.

Geo masih berbaring tengkurap di atas ranjang menoleh menatap Jessie dengan pandangan mencela. "Jangan pakai apapun didepanku! Aku lebih suka melihatmu telanjang." Pria itu justru berkata lain yang sama sekali tidak nyambung dengan apa yang Jessica katakan tadi.

Jessica memilih diam, ia tidak menyangka jika sosok Geo yang selama ini mengejar-ngejar cintanya ternyata seorang psikopat.

"Aku harus pulang Geo." Ulang Jessica lagi. Dia tidak berani menggunakan kata elo-gue lagi didepan Geo setelah pria itu menampar wajahnya.

Geo benar-benar pria bajingan.

"Kau pikir kau bisa lepas dariku setelah apa yang kita lakukan?"

Dasar bajingan!

Jessie memilih mengumpati Geo di dalam hati. Sambil mengeringkan rambutnya Jessie memilih mengabaikan Geo yang kini terlihat sedang mengutak-atik ponselnya.

"Lihat ini!" Geo membalikkan ponselnya memperlihatkan sesuatu pada Jessica.

Jessie bisa melihat apa yang Geo perlihat melalui kaca cermin didepannya dan ketika menyadari dirinya yang ada di layar ponsel Geo membuat matanya sontak melebar.

"Apa itu?" Jessica melempar handuk ditangannya lalu bergerak cepat menuju ranjang dengan kasar ia raih ponsel Geo.

Model papan atas Jessica Ramlan terlihat menghabiskan malam bersama pria-pria lajang di sebuah club.

Model berinisial JR asuhan AP Entertainment ternyata memiliki sisi gelap.

Siapa yang menyangka sosok kalem nan cantik seperti Jessica Ramlan ternyata pengunjung tetap sebuah club di bilangan kota.

Jessica nyaris tumbang ketika membaca puluhan berita yang memuat dirinya sebagai topik utama. Jessica membulatkan matanya saat tangannya menekan tombol putar pada sebuah video yang tertera di salah satu berita yang ia baca.

Tubuh Jessica merosot ke lantai saat melihat bagaimana dirinya dengan binalnya menari bersama beberapa orang pria. Ia tidak menyangka buntut dari mabuknya tadi malam sampai ke tahap ini.

Hancur sudah semuanya. Hancur sudah karir yang selama ini ia bangun, masalah tentang kematian salah satu mantan asistennya saja masih belum benar-benar selesai kini timbul masalah baru.

"Arrghh!! Amelia sialan!!" Jessica berteriak kencang memaki temannya yang ia yakini menjadi dalang dibalik musibah yang menimpa dirinya.

"Arrghhhh..."

***

"Udah nggak sakit kan?"

Arjuna menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak Abi." Jawabnya dengan isak tangis yang masih terdengar lirih.

Ali baru saja mengolesi salap pada jari-jari mungil Arjuna yang memerah karena terkena kuah panas tadi. Setelah menutup botol salap, Ali mulai meniup pelan jemari putranya.

Arjuna mulai tertawa kecil saat merasakan hawa dingin pada jari-jarinya ketika Ali meniupnya. "Dingin Bi. Enak." Celetuknya sambil terkikik geli.

Ali ikut tertawa melihat kondisi putranya yang sudah baik-baik saja. Setidaknya Arjuna tidak terluka parah hingga tak membutuhkan pertolongan medis. Ali pasti kesulitan menembus banyaknya wartawan yang sedang mengepung loby apartemennya.

Untung saja keamanan di apartemen Ali sangat ketat jadi mustahil mereka semua bisa mengetuk pintu apartemen Ali. Jika para wartawan sampai tahu keberadaan si kembar Ali yakin hidup putra-putrinya tidak akan setenang ini lagi.

Ali sengaja menyembunyikan keberadaan si kembar dari media bukan karena tak sayang atau tidak mau mengakui anak-anaknya hanya saja Ali tidak mau kehidupan pribadinya menjadi konsumsi khalayak ramai. Mereka cukup tahu prestasi dan keberhasilan yang ia raih diusianya yang masih sangat muda, itu saja selebihnya Ali tidak akan mengumbar apapun.

Setidaknya sampai kemarin atau tadi pagi sebelum ulah iseng anak-anaknya merusak semua prinsip Ali. Sekarang salah satu ranah pribadi Ali mulai menjadi konsumsi masyarakat yaitu Prilly.

Masyarakat mulai bertanya-tanya sosok wanita cantik yang terlelap dalam pelukannya. Untungnya posisi wajah Prilly yang menyamping dan sedikit tertutup dengan wajah Ali diatasnya hingga masyarakat tak bisa langsung menebak sosok wanita di dalam foto itu.

Setidaknya Prilly masih aman sampai Ali menemukan cara untuk meredam gosip panas ini. Sebenarnya ia memang berniat mengenalkan Prilly sebagai calon istrinya namun bukan dengan cara seperti ini tapi apa boleh buat semua sudah terlanjur terjadi.

"Makan sama Bunda yok Bi!"

Suara serak putranya membuat Ali tersadar dari lamunannya. "Ayok Nak."

"Abang mau minta maaf sama Bunda." Ujar Arjuna setelah Ali menggendongnya. "Kenapa?" Tanya Ali meskipun ia sudah tahu jawabannya.

"Abang salah karena nggak dengerin omongan Bunda terus kualat deh." sahut Arjuna sambil memperlihatkan tangannya yang terkena air panas.

Ali terkekeh pelan. "Harus gitu dong sebagai laki-laki Abang harus berjiwa besar. Jika salah jangan malu atau gengsi untuk minta maaf begitupula ketika ada yang melakukan kesalahan pada kita jangan terlalu angkuh untuk memberikan maaf karena meminta maaf tidak membuat kita lemah dan menjadi pemaaf tidak juga membuat kita hina, mengerti Nak?"

"Siap mengerti Abi." Jawab Arjuna sambil mengangkat tangannya memberi hormat pada sang Ayah.

*****

PO cerita ini berakhir besok yaa, silahkan list ke wa 081321817808. Harga 50k beli 2 dpt potongan harga lagi.

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang