Bab 38

2.8K 385 17
                                    


Menjelang tengah malam Ali mulai merasakan matanya perih karena terlalu lama menahan kantuk. Ia masih memeluk Prilly yang masih terlelap dalam dekapannya. Ali kembali memangku tatapannya pada sosok wanita yang sebentar lagi akan menjadi halal untuknya.

Tangan Ali bergerak untuk menyingkirkan rambut Prilly yang menutupi wajah gadis itu. Ali tersenyum kecil ketika melihat wajah polosnya wajah Prilly saat sedang terlelap nyaris persis seperti putrinya Ariska.

Ini untuk kedua kalinya ia melihat Prilly tertidur dengan begitu pulas. Dan ini juga kedua kalinya Ali membiarkan Prilly tidur dalam dekapannya, mungkin yang kemarin karena kondisinya yang tidak sadar tapi sekarang ia sadar 100 persen sadar dan ia begitu menikmati momen ini.

Ali meraih ponselnya lalu menekan panggilan untuk Parjo meminta supirnya untuk masuk ke dalam mobil. "Kamu pulang saja Parjo! Ini ongkos taksinya." Ali menyerahkan lima lembar uang berwarna merah untuk Parjo yang di terima pria itu dengan senang hati.

Setelah Parjo pergi Ali kembali menikmati momennya bersama Prilly. Entahlah malam ini ia benar-benar ingin bersama Prilly tidak apa-apa jika hanya ia yang terjaga sedangkan Prilly tertidur lelap dalam dekapannya.

Ali masih betah menatap Prilly yang terlelap hingga akhirnya ia ikut tertidur dengan kepala menyender ke kepala Prilly yang rebah di bahunya. Keduanya terlelap di dalam mobil hingga menjelang pukul 1 dini hari Prilly terjaga karena tiba-tiba merasa haus dan juga lapar.

Prilly sudah tahu ia akan terbangun tengah malam karena tadi ia hanya sedikit melahap makan malamnya. Prilly belum sadar jika posisinya tidur agak janggal tidak seperti biasanya hingga akhirnya mata Prilly terbuka dan sontak terbelalak saat melihat ia sedang ada di sebuah mobil.

"Ya ampun gue dimana?!" Prilly nyaris memekik histeris jika tidak mendengar dengkuran halus di sampingnya. Matanya kembali membulat saat melihat Ali terlelap dengan kini bersandar di bahunya.

Ali tidak terbangun karena gerakan Prilly tadi sepertinya pria itu benar-benar tidur lelap. Prilly menatap ke sekeliling mobil tepatnya kearah gerbang rumahnya masih tertutup rapat sepertinya tidak ada yang menyadari jika Prilly berada di dalam mobil bersama Ali.

"Aduh ini giman ya? Gue haus banget lagi." Prilly memegang tenggorokannya yang kering tapi ia tidak tega membangunkan Ali yang sepertinya pulas sekali.

Tiba-tiba sebuah botol air mineral ada tepat didepan wajah Prilly hingga membuat gadis itu langsung sumringah dan menyesap air itu dengan rakus. Prilly sama sekali tidak sadar jika sosok yang menyodorkan air mineral untuknya sedang menatap intens dirinya.

"Ah lega sekali." Desah Prilly puas hati setelah meneguk air nyaris setengah botol.

"Maka-- loh Mas Ali udah bangun?" Pekiknya dengan mata terbelalak kaget. "Jadi kalau bukan Mas yang bangun siapa lagi yang kasih kamu minum?" Jawab Ali setengah menyindir kelemotan Prilly.

"Ah iya juga ya. Hehe." Prilly cengengesan sendiri yang dibalas gelengan kepala oleh Ali.

"Masih jam 2 pagi. Mau makan nggak?" Tawar Ali yang langsung disambut penuh semangat oleh Prilly.

"Kebetulan sekali aku juga lagi lapar Mas. Ayo kita makan!"

***

Setelah setengah jam mengelilingi kota akhirnya Ali dan Prilly memutuskan untuk singgah di sebuah warung pinggir jalan.

"Mas yakin mau makan di sini?" Tanya Prilly sesaat sebelum mereka turun dari mobil.

Ali yang sedang mematikan mesin mobilnya menoleh. "Kenapa?"

"Ya enggak ini kan pinggir jalan memangnya Mas nggak jijik makan di sini?" Prilly tidak bersalah bertanya demikian mengingat latar belakang Ali yang berasal dari keluarga berada meskipun sama-sama dari keluarga kaya raya namun sepak terjang hidup mereka berbeda.

Prilly sudah terbiasa hidup seperti ini sejak dulu selain memang ia suka merakyat ia juga tak begitu diperhatikan oleh Ibunya sehingga akhirnya kehidupan merakyatnya  terbawa sampai ia dewasa seperti sekarang.

"Ya ngapain jijik. Tempatnya bersih kok kayaknya." Jawab Ali sambil menatap ke sekeliling warung tenda itu. Tempatnya memang pinggir jalan tapi terlihat bersih tidak ada tumpukan sampai atau apa.

"Ya sudah ayok kita turun!" Ajak Prilly yang diangguki oleh Ali.

Keduanya memasuki warung tenda bersamaan. Meskipun sudah dini hari ternyata yang menikmati makanan di warung tenda ini lumayan ramai rata-rata pasangan seperti Ali dan Prilly.

Ali memesan nasi uduk dengan ikan goreng sementara Prilly meminta dada ayam. Setelah itu mereka mencari tempat duduk. "Mas di pojokan aja." Ajak Prilly tanpa sadar tangannya kini sudah membelit lengan Ali untuk mengajak pria itu ke meja yang ada di pojokan.

Ali menatap lengannya yang didekap oleh Prilly, senyum kecil terukir di sudut bibirnya. "Aku tuh kalau makan paling suka pojokan memang duduknya Mas." Celoteh Prilly sambil melepaskan ikat rambutnya.

Prilly kembali mencepol rambut panjangnya yang membuat Ali terkesima dengan apa yang Prilly lakukan. Gadis ini begitu manis bahkan saat wajahnya tanpa riasan seperti ini. Perihal gaun tipis yang wanita itu kenakan Ali tak mempermasalahkan nya lagi karena ia berhasil memaksa Prilly memakai jaket miliknya. Jaket yang hampir mirip seperti coat yang mampu menutupi sampai lutut Prilly.

Tadi Prilly sempat protes namun aura intimidasi yang menguar dari Ali mampu membuat wanita itu patuh. Ali jelas tidak akan membiarkan calon istrinya berkeliaran dengan gaun tipis itu. Meskipun tidak menerawang kata Prilly tapi tetap saja Ali tidak suka.

"Aku pakai sendal jepit loh Mas masak iya pakek coat seperti ini. Malu!" Itu protes pertama yang Prilly layangkan pada Ali ketika pria itu menyerahkan jaket itu padanya. "Itu jaket biasa hanya saja karena kamu pendek jadi terlihat seperti kamu memaki coat." Kilah Ali yang akhirnya dituruti oleh Prilly.

Prilly masih mendumel katanya ia memakai coat ketika liburan keluar negeri di saat musim salju. Biasanya ia sering liburan keluar negeri ketika mendapat juara di sekolah dulu.
Prilly mulai larut dalam cerita nya hingga melupakan kekesalannya pada Ali.

"Selamat menikmati."

Lamunan Ali buyar saat pelayan membawa pesanan mereka. Prilly langsung menyambut heboh makanannya. Sepertinya gadis itu benar-benar lapar sekali.

Ali tersenyum kecil saat melihat Prilly makan dengan lahapnya tanpa mereka sadari dari sudut lainnya ada sebuah kamera yang sedang diarahkan ke arah mereka.

*****

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang