Pagi ini ibukota terasa begitu dingin karena hujan yang mengguyur sejak subuh tadi. Hujan masih setia turun dari langit kota hingga membuat penduduk kota merasa berat untuk beraktivitas. Mereka lebih memilih bergelung di bawah selimut untuk menghangatkan tubuh mereka yang bergetar karena udara dingin yang menusuk tulang.Hal yang sama juga sedang dirasakan oleh pasangan calon suami istri yang memilih bergelung di bawah selimut yang sama tanpa menyadari jika anak-anak yang menengahi mereka semalaman sedang duduk bersama sambil terkikik geli melihat orang tuanya.
"Bang lihat Abi mulai meluk Bunda." Itu suara si centil Ariska.
Arjuna yang sedang menyuapi adiknya roti yang ia temukan di tempat penyimpanan bahan makanan di apartemen Ayahnya menoleh. "Biarin aja kan katanya kalau saling sayang itu bobonya harus pelukan kayak kita semalam." jawab Arjuna sok bijak.
Ariska terlihat berfikir sejenak sebelum kembali membuka mulutnya menerima potongan roti dari Abang satu rahimnya. "Iya sih tapi Abi keknya sayang deh sama Bunda."
"Kamu tahu darimana Dek?"
"Lah kan kalau nggak Sayang Abi nggak mungkin ajak Bunda ke tempat Abang terus sampai bobo bareng gitu." Ariska menunjuk kearah Ayah dan calon Ibunya yang kini sudah saling berpelukan.
Ali dan Prilly sama-sama masih terlelap hingga tidak sadar jika posisi mereka sudah sedekat ini. Prilly justru semakin menyusupkan wajah ke leher Ali dan Ali semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Prilly.
Hembusan nafas mereka yang teratur menandakan jika mereka sama sekali tidak terganggu dengan celotehan-celotehan menggemaskan si kembar.
"Iya sih. Abi kan paling nggak suka kalau ada yang sentuh kita ya kan Dek?" Arjuna meminta pendapat Adiknya.
"Bener banget Abang. Chacha masih ingat dulu saat Tante siapa ya namanya yang cara jalannya kayak jelangkung itu?"
"Miras ya?" Arjuna balik bertanya karena ia juga tidak terlalu mengingat deretan Tante-tante yang berusaha menarik perhatian Ali melalui mereka.
Ariska terlihat berpikir sejenak. "Kayaknya iya deh Bang. Nah Tante Migas itu nyentuh pipi Adek dikit aja Abi langsung negur nah liat Bunda." Ariska menunjuk kearah Prilly yang masih terlelap. "Kita dipeluk dicium sama Bunda, eh Abi malah diam aja ya kan Bang?"
Arjuna kembali menyuapi adiknya sebelum mengangguk setuju. "Iya Abang aja dicium sama Bunda, Abi nggak marah." Arjuna membenarkan apa yang Adiknya katakan.
"Bang.."
"Iya Adek Chacha.."
Ariska terlihat berfikir sejenak sebelum mengutarakan keinginannya pada sang Kakak. "Kira-kira kalau kita minta Adik, Abi sama Bunda mirah nggak ya?"
Arjuna menatap Abi dan Bundanya yang masih begitu pulas. Mereka berdua duduk di sisi kiri dekat sofa supaya tidak menganggu tidur orang tua mereka.
"Abang nggak tahu tapi kayaknya nggak Dek. Kan Abi sayang banget sama kita jadi semua yang kita minta pasti Abi penuhi." Jawab Arjuna penuh keyakinan.
Ariska juga setuju dengan apa yang Arjuna katakan karena sejak dulu Ali selalu memenuhi keinginan mereka contohnya ketika mereka menginginkan Prilly menjadi Ibu mereka Ali penuhi kan?
Apalagi meminta Adik, pasti Abinya langsung mengabulkan keinginannya itu.
"Oke deh nanti pas Abi sama Bunda bangun. Chacha mau minta Adik." Ujar Ariska dengan santai seolah permintaan yang akan ia ajukan bukanlah hal besar.
***
Prilly mengerjapkan matanya beberapa kali saat merasakan sentuhan lembut di pinggangnya juga suara anak-anak yang sedang tertawa geli.
Prilly merasa seperti berat sekali untuk membuka matanya. Ia masih sangat mengantuk memangnya jam berapa sekarang ini? Prilly ingin menggerakkan tangannya namun tubuhnya seperti tertindih sesuatu yang berat hingga membuatnya kesusahan untuk bergerak.
"Eugh.." Prilly seketika membelalakan matanya saat melihat wajah Ali yang begitu dekat dengan wajahnya.
"Mas!!" Pekiknya kaget, dengan cepat Prilly beranjak dari posisinya hingga membuat boneka-boneka milik Ariska yang disandarkan pada pinggang Prilly terjatuh hingga mengundang protes dari gadis itu.
"Ih Bunda! Bonekanya jatuh semua."
Ali yang mendengar suara keributan di sampingnya sontak membulatkan mata. "Ya Tuhan.." Yang membuat Ali terkejut adalah posisi tangannya yang berada tepat di pinggul Prilly sepertinya wanita itu tidak sadar karena terlalu sibuk menenangkan Ariska yang sedang kesal.
Ali buru-buru beranjak namun langkahnya tertahan saat melihat putranya sedang mengotak-atik ponselnya.
"Abang ngapain Nak?" Tanya Ali hingga menarik perhatian Arjuna dari ponsel Abi-nya.
"Nih lagi upload foto."
"Upload foto apa Sayang?" Ali bertanya pada Arjuna sesekali ia menoleh pada Prilly yang masih membelakangi dirinya. Sepertinya Ariska benar-benar merajuk pada Bundanya.
"Foto Abi sama Bunda."
"Ya?" Ali terlonjak kaget mendengar perkataan putranya. "Foto apa Nak?" Tanyanya lagi, entah kenapa tiba-tiba perasaannya mulai tak enak. Sepertinya putranya sudah melakukan sesuatu dengan ponselnya.
Arjuna tak langsung menjawab ia memilih kembali mengutak-atik ponsel Abinya sebelum ia serahkan benda pipih itu pada sang Ayah.
"Itu Bi. Baru satu jam Abang post foto Abi sama Bunda udah ribuan aja yang kasih love-nya." Celetuk Arjuna bak orang dewasa.
"Abang apa ini Nak?!" Ali benar-benar nyaris terkena serangan jantung saat melihat sosial media miliknya tepatnya instagram pribadinya sudah terdapat ratusan notifikasi.
Jutaan pengikutnya mulai 'ribut' dikolom komentar foto yang diposting oleh Arjuna. Yang membuat kepala Ali nyaris pecah adalah pose mereka, dirinya dan Prilly yang berpelukan dengan posisi tertidur lelap.
Ya Tuhan kenapa anak-anaknya harus senakal ini?
"Ada apa Mas?" Prilly baru berhasil menenangkan Ariska bertanya saat melihat wajah kusut Ali.
"Sepertinya kita harus menikah secepatnya."
"Ya? Maksudnya gimana?" Prilly jelas terkejut karena baru bangun tidur Ali langsung membicarakannya tentang pernikahan.
"Ada apa sih Mas?" Prilly kembali bertanya saat melihat Ali tak memberi reaksi apapun.
"Kamu lihat ini." Ali menyerahkan ponselnya pada Prilly. Ia tidak tahu harus melakukan apa sekarang ia harus tenang dan berfikir untuk mencari cara supaya gosip miring tidak menerpa Prilly.
Ali tahu semua komentar negatif akan mengarah pada Prilly karena Ali sudah membaca beberapa komentar dan semua celaan di sana ditujukan untuk Prilly.
"Mas ini apa?!" Prilly tidak bisa untuk tidak memekik saat melihat fotonya yang tertidur pulas di dalam pelukan Ali terpampang di media sosial milik pria itu.
Ali menoleh menatap Prilly lalu mengarahkan dagunya pada Arjuna yang saat ini sedang tertawa bersama Adiknya. "Jika mau marah, marahi saja pria kecil itu karena semua ini ulah jahil tangan mungilnya." Jelas Ali begitu pasrah.
Sedangkan Prilly terlihat kebingungan ia tidak mungkin memarahi Arjuna ia terlalu mencintai pria kecil itu tapi jika bukan Arjuna lalu siapa lagi yang harus ia marahi?
*****
PO pdf cerita ini harga 50k.
List 081321817808
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketulusan Hati
RomanceNext story aku setelah Karma Cinta yaa.. Ceritanya gk kalah seru kok.. Jangan lupa dibaca terus Vote dan komennya ya dear..