Ali tak main-main ketika mengatakan bahwa ia serius ingin membahagiakan calon istrinya. Karena saat perjalanan pulang, Prilly kembali menerima telfon dari Ayahnya tepatnya Prilly yang menghubungi Ayahnya lalu menceritakan perihal perjodohan yang Ibunya rencanakan.Untungnya anak-anak sudah tertidur jadi Prilly bisa fokus berbicara dengan Ayahnya. Prilly berniat menyembunyikan perihal ini tapi ketika ia mendengar saran Ali yang sepenuhnya benar maka ia segera melaksanakan apa yang Ali perintahkan.
Pria itu meminta dirinya untuk jujur perihal perjodohan malam ini dan juga mengenai keinginan mereka yang ingin menikah.
Prilly tidak perduli jika di antara dirinya dan Ali belum ada cinta toh ia percaya seiring berjalannya waktu Prilly pasti mencintai Ali, tidak sulit mencintai pria sebaik Ali.
"Maafin Prilly Pi tapi Prilly benar-benar tidak bisa menerima perjodohan yang Mami rencanakan karena Prilly sudah memiliki seseorang yang sangat Prilly cintai." Mata Prilly menyorot lurus pada sosok Ali yang terlihat fokus menyetir tanpa Prilly tahu jika sejak tadi pria yang dikira fokus itu ternyata justru fokus pada pembicaraan dirinya dengan sang Ayah.
Ali merasa jantungnya berdegup kencang ia seperti deg-degan namun entah kenapa, Ali tidak merasa memiliki perasaan pada Prilly tapi kenapa ia merasa gugup saat ini?
"Iya Pi. Terima kasih atas pengertian Papi. Sekali lagi maafin Prilly ya Pi." Suara Prilly terdengar serak entah kenapa tiba-tiba ia merasa sedih dan ingin sekali menangis.
Ali menoleh dan sedikit terkejut saat melihat Prilly sedang menunduk dengan bahu sedikit bergetar. Panggilan telepon dengan Ayahnya terputus disaat itulah satu persatu air mata Prilly menetes.
"Kenapa?"
Prilly buru-buru menyeka air matanya sebelum ia mendongak menatap Ali. "Enggak ada apa-apa kok Pak."
"Mas."
"Ya?"
Ali kembali menoleh menatap Prilly. "Mulai sekarang biasakan panggil saya Mas jangan Pak karena sebentar lagi saya jadi suami kamu bukan atasan kamu."
Prilly melebarkan senyumannya, ada saja kalimat yang pria ini ucapkan yang mampu mengangkat gundah di dalam hatinya. Pria ini cuek dan perhatian dalam waktu bersamaan.
Walaupun terkesan dingin dan tak perduli tapi Prilly tahu, Ali adalah pria yang hangat dan perhatian. Memang dia belum lama mengenal Ali maka dari itu sejak malam ini ia memutuskan untuk mengenal Ali lebih dalam lagi tak perduli meskipun pria itu cuek atau apa yang pasti Prilly benar-benar akan membuka hatinya untuk Ali.
"Mas."
"Heum."
Ali menoleh menatap Prilly sebentar sebelum kembali menatap jalanan yang mulai padat sepertinya mereka akan terjebak macet.
Bukannya kesal Prilly justru senang jika macetnya lama otomatis mereka akan tiba tengah malam di kota mereka dan itu artinya pria yang datang melamar dirinya pasti sudah pulang dan perjodohan pun batal.
"Kamu udah manggil saya malam senyum-senyum."
Prilly menoleh memusatkan perhatiannya pada Ali. Senyumannya semakin lebar dengan berani ia raih sebelah tangan Ali lalu ia genggam dengan hangat.
Ali sedikit tersentak namun tidak memberikan reaksi lebih, pria itu memilih diam dan membiarkan Prilly menggenggam tangannya.
"Kita menikah memang bukan karena cinta tapi aku harap Mas tidak menutup hati untuk mencintaiku." Suara lembut Prilly mengalun indah membuat jantung Ali kembali berdetak kencang.
"Karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Mulai malam ini aku akan membuka hatiku untuk kamu Mas."sambung Prilly yang semakin membuat jantung Ali berdetak kencang.
Ali kenapa? Ada dengan jantungnya ini?
***
"Selamat malam Mbak Dewita." Dewita tersenyum lebar menyambut calon besannya.
"Selamat malam juga Mbak Ratna." Dewita dan Mbak Ratna -calon besannya- terlihat bercepika-cepiki sebelum Dewita mempersilakan mereka semua masuk ke dalam rumahnya.
"Silahkan Nak Andre."
"Terima kasih Tante." Andre tersenyum lebar menatap Dewita, lidahnya sedikit terulur ketika mencium tangan Dewita.
Dewita sampai terjengkit kaget karena Andre yang menjilat punggung tangannya dengan sensual.
Benar-benar brengsek anak ini!
"A..ah iya silahkan duduk semuanya." Dewita berusaha bersikap biasa saja ketika mempersilahkan tamu-tamu masuk.
Setelah keluarga Andre duduk manis di ruang tamunya, Dewita memilih duduk didepan mereka. "Maaf ya Mbak anak saya yang mau kita kenalkan pada Nak Andre sedang diluar kota."
"Loh kenapa? Bukannya anak Mbak tahu tentang kedatangan kami malam ini?" Ratna sedikit tegang karena ucapan Dewita, ia merasa kedatangan keluarganya tidak dihargai oleh putrinya Dewita.
"Sebentar lagi putri saya pasti pulang." Ujar Dewita sedikit risih karena sejak tadi mata Andre tak lepas dari dirinya.
"Mamii.."
Semua mata tertuju pada sosok Jessie yang baru saja turun dari tangga dengan penampilannya yang glamor dan seksi seperti biasanya.
"Kenapa Sayang?"
"Jessie keluar sebentar ya ada acara sama temen." Jessie berbicara pada Ibunya sebelum tersenyum sopan pada tamu-tamu Ibunya.
Andre yang melihat keseksian Jessie langsung 'tegang' di tempat. Andre benar-benar 'bangun' melihat keseksian tubuh Jessica.
"Ini siapa Mbak?"
"Oh ini putri kedua saya Jessie." Dewita memperkenalkan Jessie pada keluarga Andre.
Semua memuji kecantikan Jessie hingga membuat wanita itu tersenyum lebar, Jessie bahagia sekali di puji seperti ini.
Kecantikannya benar-benar tidak diragukan lagi.
"Betisnya mulus sekali." Andre mendesah pelan sambil menatap kemulusan betis Jessie.
"Loh kenapa nggak sama putri Mbak yang ini saja anak saya Mbak jodohin?"
"Ya?" Dewita dan Ratna serentak terkejut, keduanya saling berpandangan dengan mata membulat sempurna.
"Nggak mau saya Tante!" Jessie langsung menolak dengan lantang.
"Kenapa Sayang?" Tanya Andre yang tiba-tiba memanggil Jessie dengan panggilan Sayang yang membuat Jessie bergedik ngeri.
"Apaan sih lo!" Hardik Jessie keras.
Ekspresi Andre dan Ibunya sontak berubah karena hardikan Jessie. Wajah keduanya memerah karena amarah yang membuat Dewita kalang kabut.
"Maaf Mbak. Putri saya ini sudah memiliki calon suami." Dewita buru-buru menjelaskan sebelum Ratna dan putranya salah paham.
"Siapa?" Andre bertanya terlebih dahulu sebelum Ibunya. "Siapa calon suami putri Tante yang ini."
Jessie langsung tersenyum penuh kebanggaan sebelum menyebutkan nama pria yang selama ini ia idamkan menjadi suaminya.
"Aliandra Wijaya. Lo kenal?" Ejek Jessie yang membuat wajah Andre kembali memerah. "Lo jelas bukan apa-apanya jika dibandingkan calon suami gue kan?" sambung Jessie lagi. Gadis itu tersenyum puas saat melihat wajah-wajah kaget orang-orang didepannya.
Jelas nggak ada yang bisa ngalahin calon suami gue!
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketulusan Hati
RomanceNext story aku setelah Karma Cinta yaa.. Ceritanya gk kalah seru kok.. Jangan lupa dibaca terus Vote dan komennya ya dear..