Bab 36

2.5K 373 24
                                    


"Papi nggak setuju!"

"Pi. Mobil-mobil itu sama sekali nggak Prilly pakek jadi untuk apa ada di garasi Pi? Mubazir mending kita jual terus uangnya bisa nambah sedikit untuk dana perusahaan." Sejak makan malam dimulai Prilly terus membujuk Ayahnya yang keberatan sekali dengan keputusannya.

Ramlan menghela nafasnya. Inilah alasan dibalik diamnya dia, ia bungkam soal perusahaan karena tidak ingin putrinya kepikiran dan melakukan hal seperti ini.

"Nak mobil itu Papi belikan sebagai hadiah ulang tahun kamu. Kenapa kamu jual Sayang?"

"Dijual karena nggak dipakek terus kita lagi butuh banyak uang Pi." Prilly mulai kehabisan ide untuk membujuk Ayahnya. Sebentar lagi pernikahannya akan digelar dan Prilly ingin masalah ini segera selesai.

Prilly tidak ingin menikah dengan membawa beban seperti ini. Prilly sayang sekali pada Ayahnya jadi ia ingin diusianya yang sekarang Ayahnya tak perlu lagi bersusah payah memikirkan hal-hal yang membuat hati dan pikirannya lelah.

Masalah Maminya dan Jessica saja sudah cukup melelahkan apalagi ditambah dengan masalah perusahaan yang sedang goyah saat ini.

"Pi.."

"Papi sudah selesai. Papi ke tidur duluan." Ramlan langsung beranjak meninggalkan Prilly yang hanya bisa menghela nafasnya. Jika di lihat kerasnya hati sang Ayah sepertinya jalan Prilly untuk membantu Ramlan semakin sempit saja.

Apa Prilly harus menjual mobil-mobil itu secara diam-diam ya? Lagipula semua buku dan kelengkapan mobil ada ditangannya berikut nama kepemilikan mobil itu memang sejak awal atas namanya.

Prilly bisa menjual kapan saja mobil-mobil itu. Oke, Ayahnya pasti marah tapi niat Prilly kan baik ya kan? Tidak apa-apa Ayahnya marah yang penting urusan Ayahnya selesai.

Prilly membereskan semua piring berisi makanan yang tertata di atas meja setelahnya ia langsung ke kamarnya meraih ponsel lalu menghubungi Ali.

Benar Ali, ia akan meminta nomor ponsel Rendi pada pria itu. Kenapa Rendi? Karena ia pikir Rendi pasti mengenali orang-orang yang membeli mobil bekas entah untuk dijual kembali atau gimana yang penting Prilly mendapatkan uang.

Prilly menghela nafasnya saat Ali tak kunjung menjawab panggilan darinya. Apa pria itu masih sibuk? Tapi ini sudah malam, Ali sudah makan malam belum ya?

Prilly kembali menekan panggilan telepon untuk menghubungi Ali dan kali ini pada deringan ketiga Ali menjawab telponnya.

"Mas.."

"Ya Bundanya anak-anak?"

Blush!

Prilly sontak merasakan wajahnya memerah saat mendengar sapaan manis dari calon suaminya. "Mas lagi dimana?" Prilly berdehem pelan untuk mengusir kecanggungan dirinya. Ia malu sekali.

"Masih dijalan arah ke kota kita. Kenapa?"

Prilly menggigit bibirnya pelan. Kenapa ia tiba-tiba ragu begini ya? Padahal ia cuma perlu meminta Ali mengirimi dirinya nomor Rendi itu saja ya kan?

"Kenapa Ibu Prilly yang cantik?"

Prilly mendengus pelan saat mendengar suara Ali yang kembali menggoda dirinya. Ali sekarang senang sekali membuatnya kesal.

Prilly semakin memperdengarkan dengusannya saat mendengar tawa Ali di seberang sana. Pria itu kenapa harus tertawa saat mereka berjauhan seperti ini sih? Kan Prilly juga pengen menikmati ketampanan Ali yang paripurna ketika tertawa seperti itu.

Menyebalkan sekali.

"Mas aku boleh minta kamu kirimin nomornya Rendi nggak?" Prilly mengernyit bingung saat tiba-tiba suara tawa Ali lenyap. Pria itu kenapa?

"Halo Mas?" Masih senyap hingga Prilly pikir sambungan telpon sudah terputus namun ternyata masih tersambung. Ali kemana sih?

"Mas.. Halo.."

"Tunggu saya di rumah kamu! Saya segera ke sana!"

Tut..

Prilly membulatkan matanya. "Lah kan lagi dipingit loh Mas. Gimana sih?" dumel Prilly sebelum menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.

***

Setelah memutuskan sambungan telponnya dengan Prilly, Ali segera meminta supirnya untuk menuju ke kediaman calon istrinya.

Bodo amat dengan urusan larangan berjumpa yang ditetapkan oleh Ibunya. Jelas semua urusan pernikahan mereka sebagian besar di urus oleh Ibunya karena Mami Prilly sedang tidak ada ditempat.

Ali tidak terlalu memperpanjang urusan perihal keluarga Prilly selama Ramlan memberi restu ia rasa semuanya sudah beres kecuali nanti jika ia benar-benar sudah resmi menjadi bagian keluarga Ramlan jika dimintai bantuan maka Ali akan dengan sepenuh hati memberi bantuannya.

Perihal Jessie untuk sekarang ini skandal wanita itu sudah mulai mereda karena Rendi sudah mengalihkan perhatian netizen dengan menyebarkan berita tentang pernikahan Ali dan Prilly.

Hari ini adalah hari terkahir Ali keluar kota menjelang pernikahannya. Setelah ini ia akan mengambil cuti untuk beberapa minggu ia ingin menjalani kehidupan rumah tangganya senormal pernikahan orang lain maksudnya orang-orang yang menikah karena dasar cinta.

Meskipun ia dan Prilly menikah bukan karena dasar cinta tapi Ali berjanji akan membahagiakan Prilly sepenuh hatinya.

"Maaf Pak ini Ibu nelpon saya." Ali mengerjap pelan lamunannya buyar seketika saat suara supirnya terdengar. "Angkat saja bilang kita lagi di jalan pulang. Jangan kasih tahu Ibu kalau kita akan kerumah calon istri saya." Perintah Ali yang langsung di laksanakan oleh supir pribadinya.

Sebenarnya Ibunda Ali sudah menentang keras keinginannya untuk menghadiri meeting di luar kota hari ini. Ibunya berkata jika calon pengantin baru tidak diizinkan untuk berpergian lagi menjelang pernikahan mereka.

Namun Ali tidak bisa menunda karena meeting hari ini adalah meeting penting dan tidak bisa diwakilkan.

"Baik Bu. Siap Bu. Siap."

Ali samar-samar mendengar suara supirnya yang sedang berbicara dengan Ibunya. Ali memilih menatap jalanan gelap di luar sana. Pikirannya melalang buana mengingat percakapan terakhirnya dengan calon istrinya.

Prilly meminta nomor telpon Rendi entah untuk keperluan apa tapi yang pasti Ali tidak bisa terima. Jika perlu sesuatu kenapa Prilly tidak meminta bantuan darinya saja? Kenapa harus Rendi? Memangnya calon suami Prilly dirinya apa Rendi sih?

Ali kesal sendiri mengingat Prilly yang lebih meminta bantuan orang lain dari pada dirinya yang sudah jelas-jelas berstatus sebagai calon suami wanita itu bahkan hitungan hari kedepan mereka akan sah menjadi suami istri.

Dan Ali berniat untuk menyambangi rumah Prilly dan menanyakan maksud wanita itu meminta nomor Rendi itu apa? Enak saja Prilly lebih mengandalkan Rendi ketimbang dirinya.

Ali tidak terima!

*****

Ketulusan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang